#AC6
"Hufftt!"
Ily menghempaskan punggungnya kepermukaan empuk. Lumayan, lelahnya seolah terbayar kala ia meregangkan otot-ototnya ditempat yang nyaman.
Sejak bertemu dengan kakek Abraham ia tak lagi tinggal digang yang sempit dan mendapat tempat tinggal yang layak dibanding sebelumnya.
Sebenarnya kakek Abraham menawarkan tinggal dirumahnya bahkan sebuah apartemen saat ia menolak karna merasa lebih pantas di quest house seperti saat ini saja.
Gawainya terdengar nada panggil saat ia baru saja memejamkan mata. Ia meraba-raba kesamping tubuhnya, kemudian ia melihat layar gawai yang ia raih setelahnya.
Tuan Abraham senior
"Kakek Abraham?" Brainly mengeryitkan alis. Ada apa beliau menelpon?
"Assalamualaikum, kek?" Sapa salam Brainly dengan nada pertanyaan. "Ada yang bisa saya bantu?"
"Junior baru saja pamit, apakah kau tak diajak?"
Apa? Si brewok itu ternyata tidak mengurungkan niatnya untuk pergi bersenang-senang. Padahal kapan lalu ia sudah seret paksa ia pulang kerumah. Dan ia sempat bertemu dengan kakek Abraham disana waktu itu.
Keluar dari ruang kerja kakek Abraham, ia bahkan dihadang seorang wanita setengah baya dengan wajah mengajak perang.
"Jangan usik putraku!" Bisiknya namun dengan nada mengancam. Matanya sesekali melirik pintu ruangan kakek Abraham. Rupanya siap siaga kalau-kalau kakek tiba-tiba keluar dari ruangannya itu.
"Saya hanya menjalankan tugas nyonya!" Sahutnya sesantai mungkin. Ia tak ingin terlihat lemah dan mudah diintimidasi.
"Menjalankan tugas atau sengaja mengincar hartanya?" Tuduh perempuan itu tajam setajam pisau dapur yang baru diasah.
"Justru tugas saya menyelamatkan aset keluarga Abraham agar tak jatuh lagi ke-orang yang salah nyonya!" Bantah Miss Brainly membela diri.
"Omong kosong, saya tidak percaya kau tidak silau dengan harta keluarga Abraham!"
"Apakah nyonya silau?" Miss Brainly membalikkan pertanyaan pada nyonya itu, yang ia tahu statusnya menantu sampai suaminya meninggal. Suaminya putra tunggal kakek Abraham.
"Sejak ayahnya tiada, putraku bertanggung jawab atasku, jadi jangan kau usik dia demi mendapatkan hartanya!" Desisnya dengan rahang yang terlihat keras.
"Saya hanya melakukan tugas saya, nyonya Bonita!"
"Jangan mimpi untuk kaya mendadak dan menjadi nyonya putraku, nona!!"
Apa? Miss Brainly tidak habis pikir dengan ucapan terakhir perempuan yang ia sebut nyonya itu. Dia adalah ibu mister Brewok bernama Bonita. Berwajah dingin dan kaku, rupanya raut mister brewok warisan darinya.
"It's not my dream, nyonya!" Ucapnya sungguh-sungguh.
Kaya mendadak dengan menjadi nyonya mister brewok tidak ada sama sekali didalam pikirannya. Iuhh sekali pemikiran seperti itu. Ia kira putranya siapa? Pesonanya memang meruntuhkan hati para gadis yang melihatnya. Bahkan memandang jambangnya yang sudah ditipiskan semalam, gadis-gadis dikantor berghibah ribut.
"Mister cool dengan brewok tipis dan rambut yang dicepak makin terlihat seperti sugar man, surga banget melihatnya ya Allah!"
Sugar man? Surga banget? Apaan tuh? Mereka tidak tahu saja kelakuannya yang minus di-bar rahasia. Digelayuti gadis bahenol apakah mereka akan masih bisa bilang dia sugar man apalagi surga hanya karna kesempurnaan parasnya?
Okelah merokok hal yang biasa bagi seorang pria, bahkan wanita perokok pun ada. Tapi minum dan perempuan? Apakah ia menyadari bahaya yang sudah ia undang bagi kelanjutan hidupnya kedepan? Hidup terjamin tapi batin terjaminkah? Bukankah tak ada wanita yang mau dijadikan yang pertama. Karna kalau jadi yang pertama akan ada yang kedua. Wanita pastinya ingin menjadi satu-satunya bukan hanya terjamin kehidupannya dengan harta.
"Apakah dia pergi karna urusan pekerjaan, kek? Kalau urusan pribadinya bukankah tidak harus dengan saya?" Miss Brainly mencoba untuk mangkir hari ini. Ia ingin sekali istirahat mengurusi bayi besar itu sampai malam.
"Kalau dulu memang tugas asisten harusnya seperti itu, tapi dengan Brandon tidak ada pemisahan antara tugas negara dengan tugas pribadi karna dia pasti minta temani, justru dengan tidak diajaknya kau, saya jadi khawatir dengannya!" Jelas kakek Abraham disebrang sana. Miss Brainly dapat membayangkan raut kakek Abraham saat mengkhawatirkan cucunya.
Seharusnya setua itu seorang kakek tidak perlu lagi merisaukan kelangsungan hidup cucunya. Namun sepeninggal ayahnya, kakek Abraham merasa tanggung jawab jatuh padanya.
"Jadi saya harus bagaimana, kek?" Tanya miss Brainly pada akhirnya. Ia luluh dengan ketidak tegaan pada sang kakek.
"Jalankan saja tugasmu sesuai dengan perintahku!"
"Baik, laksanakan, kek!"
"Assalamualaikum!"
Klik. Tuttt.....
Sambungan terputus, miss Brainly memandang layar ponselnya.
"Kemana si brewok itu? Menyusahkan saja!" Rutuknya seraya bangun dari berbaringnya.
Padahal ia memimpikan dapat langsung beristirahat dengan nyaman setelah tugas hari ini. Menjadi asisten mister brewok itu melelahkan. Bagaikan mengurus bayi besar sama lelah dengan mengurus bayi yang baru lahir nampaknya.
'Seperti pernah saja mengurus bayi kau, miss Brainly!' Rutuknya pada diri sendiri.
Bagaimana tidak melelahkan, kapan lalu ia harus memaksa tuannya itu kembali kerumah karna ia ingin bersenang-senang. Sekarang malah ia kabur setelah jam kerja berakhir.
Ia mulai bersiap-siap meninggalkan kamarnya yang wangi khas perempuan. Yang selalu mengundangnya untuk tidur seharian.
Ia melesat dengan fasilitas mobil yang ia dapatkan sebagai asisten pribadi mister brewok. Yang ketika bertugas akan ia tinggalkan diparkiran kantor karna mereka menggunakan luxury car tuannya dengan atau tanpa driver.
Miss Brainly menancap gas mobilnya kesuatu tempat yang berulang kali ia gagalkan saat mister brewok ingin kesana. Menurutnya unfaedah. Namun bagi mister brewok tempat itu adalah tempat dimana ia bisa melepaskan penatnya. Tempat rahasia yang dari luar hanya terlihat seperti gedung pencakar langit biasa. Tak ada yang menyangka didalamnya sarang kemaksiatan.
"Tak salah bukan, si brewok itu ketempat ini, dasar susah sekali disuruh tobat, sia-sia sudah mulai sholat jumat, ini akibat sholat wajib masih bolong-bolong, ibadah hanya karna terpaksa bukan dari hati! Dasar!"
Miss Brainly mengomel saat ia menemukan mobil tuannya terparkir diparkiran dibaseman gedung itu dan ia parkir disebelahnya.
Menuju lift yang berada dilantai dasar yang ia tahu saat bersama mister brewok kapan lalu ia memencet tombol untuk membuka lift.
Beberapa saat ia menunggu, saat lift terbuka ternyata didalam lift sudah ada seorang pria botak, orang yang sama saat ia datang bersama dengan mister brewok kapan lalu.
"Miss Brainly?"
Rupanya pria botak itu mengenalinya.
"Saya diperintahkan mister Abraham menyusulnya kemari!" Bohong miss Brainly.
"Begitukah? Baiklah, ikut saya!"
Antara kebetulan karna ia tidak mungkin bisa naik tanpa akses, miss Brainly sempat bersyukur pria botak itu turun kebawah dan bertemu dengannya.
Miss Brainly merasa beruntung dan menang saat pria botak itu tidak curiga ia hanya berdusta diminta mister Abraham untuk menyusulnya. Tidak berdusta sepenuhnya karna yang menyuruh menyusulkan Abraham senior.
Lift bergerak menuju lantai 15. Miss Brainly menahan nafasnya. Entah kenapa dadanya berdebar-debar. Ia harus siap dengan reaksi mister brewok saat melihat kedatangannya. Apakah ia akan diusir dari tempat itu?
Saat pintu lift terbuka, tentu saja terdengar hingar bingar musik khas bar. Lampu yang redup sesekali berkilat. Asap rokok dan aromanya tercium menusuk hidung dan membuat matanya perih. Pemandangan yang sama seperti saat ia dan mister brewok datang ketempat itu, mereka duduk mengelilingi sebuah meja dan disamping mereka masing-masing perempuan bergelayut mesra dan manja, namun tak ada mister Abraham disana. Miss Brainly menaikkan satu alisnya. Dimana dia? Apakah dia sedang maksiat ditempat lain seperti ajakan perempuan penghibur waktu itu? Pikiran miss Brainly sudah sangat buruk. Jantungnya benar-benar berdegup tak karuan rasanya. Apa ia sudah terlambat?
Meski perih akibat asap rokok, lensa miss Brainly nyalang tajam mengenali setiap orang yang ada disana, sampai suara si pria botak menyadarkannya.
"Mister Abraham!"
Pria botak itu terdengar memanggil, kemudian menuju kesudut bar. Terlihat mister Abraham duduk disana dengan minuman bahkan ia sedang menengak dari botolnya, seraya menatap miss Brainly tanpa terlihat terkejut. Rupanya mister Abraham sudah siap dengan kedatangannya.
"Tuan!" Miss Brainly mendekat dengan kaki yang tiba-tiba melunglai.
"Miss Brainly, hai, sini, ayo kita bersulang!"
Mister Abraham bergerak turun dari bar stool lalu meraih bahu miss brainly dan mendekapnya.
Aroma tubuh dan aroma minuman keras dari mulutnya menyentuh hidung miss Brainly.
"Anda sudah mabuk, tuan?"
Meski sudah tahu apa yang akan ia temukan ditempat itu, miss Brainly tetap merasa kecewa melihat ulah mister Abraham. Dadanya terasa sesak seolah ia telah gagal karna mister Abraham tidak bisa berubah. Ia tahu mister Abraham sedang terpengaruh minuman beralkohol sekarang dan ia harus menyeretnya pulang.
"Kita pulang sekarang!"
Miss Brainly menahan dekapan mister Abraham yang posesif dan bersiap menyeretnya seperti kapan lalu.
"Tidak, jangan dulu sayang, ini belum selesai kau harus mencoba ini, ini manis seperti sirup!" Tolak Mister Abraham dengan tubuh melayang dan tubuh miss Brainly yang mungil harus menahan beban tubuhnya.
'Sayang? Benar-benar sudah mabuk ni orang!' Rutuk miss Brainly disela kekecewaan dalam hatinya.
Miss Brainly harus berjuang menahan tubuh mister Abraham yang tiba-tiba sangat berat untuk ia sanggah sekaligus menahan tangannya yang memaksa untuk menyuruhnya minum dari botol minuman yang ia pegang.
"Tuan sudah mabuk berat! Lebih baik kita pulang!"
"Sayang, ayolah coba!"
Tidak menolak dengan mengatakan tidak, namun miss Brainly menggeleng menjauhkan kepalanya dari botol yang mister Abraham Abraham arahkan padanya.
Astagfirullah!
Dalam keadaannya yang terjepit, menolak minum dalam dekapan orang yang sedang lupa karna mabuk, miss Brainly sempat beristigfar.
"Tuan, sudahlah, tuan sudah mabuk, kita pulang!" Miss Brainly hampir menyeret mister Abraham namun mister Abraham justru mengeratkan dekapan dan menahan kepalanya agar tidak bisa bergerak lalu menumpahkan air didalam botol itu kesela bibirnya yang terbuka.
Mister Abraham nampak tertawa melihat miss Brainly seakan tersedak karna terpaksa tertelan minuman ditangannya.
Plakk!!!!
Telapak tangan miss Brainly melayang kewajah berbulu tipis, namun kasar dan tajam karna mulai tumbuh setelah berhasil lepas dari dekapan mister Abraham.
Mister Abraham tersenyum sinis seolah tak merasakan sakit tanpa memegang wajahnya yang baru saja diserang telapak tangan mungil itu.
"Tuan sudah keterlaluan!"
Dada miss Brainly turun naik. Kesal, kecewa, marah, dan dongkol berbaur jadi satu. Dadanya serasa sesak saat menyadari minuman itu melewati tenggorokannya. Terasa getir, seperti minum obat kumur. Pedas seperti mint.
"Bagaimana enak bukan rasanya? Sebentar lagi akan lebih enakan lagi!"
Mister Abraham mencoba meraih miss Brainly lagi, namun tentu saja tangannya ditepis.
"Jangan sentuh saya dengan tanganmu yang menjijikkan tuan!"
Miss Brainly terdengar sangat marah. Ia meraba tenggorokannya yang terasa panas. Mendadak kepalanya terasa pusing. Ia belum pernah sekalipun mencoba minum, apakah karna itu saat ini ia merasa tubuhnya mendadak menjadi panas.
"Miss Brainly? Are you okay?" Mister Abraham bertanya dan tanpa disadari miss Brainly, mister brewok menyeringai melihat ia menyentuh kepalanya yang tiba-tiba pusing. Matanya berkunang-kunang. Sekelilingnya serasa bergoyang.
"Miss Brainly!"
Ia masih mendengar suara mister Abraham. Dan ia tak bisa menolak saat tubuhnya yang limbung bertahan dalam dekapan pria itu. Ia merasa suhu tubuhnya memanas. Ada yang bergejolak saat tersentuh tubuh tegap yang mendekapnya. Lalu ia tanpa sadar menggesek dada pria itu dengan telapak tangannya. Ada yang dibutuhkan tubuhnya dari hanya sekedar dekapan. Rasa apa ini?
'Lihat saja, setelah ini kau akan tunduk padaku, nona!'
Mister Abraham menyeringai. Ia sangat yakin kali ini dia akan menang. Miss Brainly akan hancur dan tunduk padanya. Ia takkan lagi berada dibawah bayang-bayangnya setelah miss Brainly kehilangan segalanya ditangannya.
Astagfirullah. Miss Brainly, kau dalam bahaya!
######
Banjarmasin, 8 April 2022, 6 Ramadhan 1443H
Syok Part!!
Saya sudah tidak sabar menanti komen kalian.
Rencana busuk apa sebenarnya yang sedang dilakukan mister Abraham terhadap miss Brainly?
Apakah miss Brainly akan selamat dari misi jahatnya yang tak disangka?
Jangan lewatkan besok ya!
Terima Kasih loh vote dan komentarnya, seneng banget ditemenin. Ngerasa makin exited baru tidur tengah malam nyelesain setiap part dan bangun lagi 2 jam kemudian untuk masak sahur dan update.
Ajak yang lain juga membaca cerita ini ya!
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top