#AC24
"Abortus insipiens?" Nyonya Davina mengulang ucap petugas medis tersebut.
"Disebut juga keguguran yang tidak bisa dihindari!" Jelasnya membuat nyonya Davina terkejut.
"Innalilahi wainnailahi rojiun!"
Nyonya Davina menutup mulut dengan sebelah tangannya. Ia sungguh terkejut dengan apa yang sedang dialami miss Brainly.
"Selamat siang, Kakek Abraham!" Ucapnya saat panggilannya mendapat sambutan.
"Nyonya Davina? Ada yang bisa saya bantu? Kalau mempertanyakan mengenai apakah cucu-cucu saya jadi pindah, tentu saa..."
"Bukan, Kek, ini tentang miss Brainly!" Potong nyonya Davina mengerti arah pembicaraan kakek Abraham. Kakek Abraham mengira ia akan mempertanyakan kelanjutan kontrak Guest House. Siapa yang mengira ternyata nyonya Davina bertindak segera mengikuti kemana miss Brainly dibawa meski bukan langsung menghubunginya. Kalau menghubungi siapapun, tentu ia tidak akan fokus mengejar orang-orang itu dan mengetahui dibawa kemana miss Brainly hingga melihatnya keluar dengan bersimbah darah.
"Ily? Iya, bagaimana nyonya Davina?" Terdengar suara disebrang sana lebih bersemangat mendengar ucap nyonya Davina.
"Miss Brainly ada di Rumah Sakit Health Hospital, kek, diaa..."
"Rumah sakit? Apa yang terjadi, saya segera kesana!"
Kakek Abraham memotong ucap nyonya Davina. Beliau merasa semakin cemas setelah belum mendapat titik terang kala bertukar pikiran dengan Ali.
Beruntung mereka masih berada di Guest house saat nyonya Davina menelpon. Hampir saja mereka keluar dari sana karna Ali ditelpon seseorang yang mentertawakan kalau ia sudah dibodohi miss Brainly.
Ali terlihat sangat marah. Rahangnya bergerak-gerak. Harusnya ia yang akan membuat miss Brainly tak berkutik, saat itu bahkan ia yang merasa dipermainkan.
"Ditinggalkan saat sedang sayang-sayangnya, mister?" Tawa disebrang sana terbahak.
Rupanya penelponnya orang gila hingga setelah tertawa memutuskan sambungan telpon namun setelah dihubungi kembali nomor tersebut tidak aktif, setelah berkata diujung percakapan, "Dia tidak akan dimiliki siapa-siapa, jika tidak denganku, tidak juga denganmu!"
"Sialan!"
Mister Abraham menggenggam tangannya. Ia tahu dirinya dan miss Brainly sama-sama sedang berproses dalam pernikahan mereka. Ia adalah orang yang sedang terluka karna ditinggal asisten dan wanita yang sedang dekat dengannya. Menikahi miss Brainly hanya semata keharusan karna ia ingin menuruti kakeknya. Biar bagaimanapun ia tidak punya pilihan. Namun begitu, biar bagaimanapun hubungan mereka baik-baik saja selama menikah. Mereka menjalani hari-hari sebagai suami istri yang normal meski ia masih mencari tahu siapa miss Brainly yang sebenarnya.
"Li! Kita kerumah sakit!"
"Kenapa, kek?"
"Ikut saja!"
Ali mengikuti dan ikut bersama kakek Abraham didalam satu mobil. Kenapa Ily dirumah sakit, apa yang terjadi?
"Kakek juga penasaran apa yang terjadi? Tapi lebih baik kita segera sampai dirumah sakit!" Kakek berada dibalik kemudi dan Ali menyadari harusnya kakek ikut dengannya bukan sebaliknya.
Astagfirullah, Ali merasa blank. Kenapa jadi tidak ada akhlak?
"Jangan khawatir, sengaja biar kakek yang mengemudi, biar lebih fokus, kakek tahu kau lebih blank daripada kakek!"
Sedari tadi kakek seolah mampu membaca pikirannya. Kakek ajaib. Sementara ia masih blank kakek malah sudah mampu berpikir lebih daripadanya. Apa yang terjadi kalau tidak ada kakek, pasti ia akan gegabah.
Mister Abraham mengusap wajahnya. Ia belum tahu apa yang terjadi, tapi ia berharap bukan kabar buruk yang akan ia dengar setelah ini.
#####
Prillyce Brainly membuka mata dan menemukan langit-langit yang putih tak jelas sesaat. Setelah beberapa waktu lensanya sudah terbiasa dengan sekitarnya.
Ia teringat yang sudah ia alami sebelum dibawa kedalam ruang perawatan pasca ia diberikan tindakan.
"Keguguran!"
Miss Brainly meraba perutnya. Jadi ia sudah hamil? Namun akibat benturan-benturan, ia harus merelakan janinnya yang masih berbentuk segumpal darah yang dikuret atau dibersihkan pasca perdarahan hebat yang ia alami.
Beberapa saat lalu ia diberikan tindakan untuk membersihkan rahimnya. Ia merasakan aktivitas tim medis dibagian bawah tubuhnya, sekaligus nyeri didadanya. Bukan akibat tindakan itu, namun ada rasa kehilangan mengingat harusnya ia akan bahagia meski hanya berdua saja dengan benih yang ada dalam kandungannya.
"Kau gila, Rodeo!"
Tetes airmata Miss Brainly tak tertahankan. Mengalir dari sudut mata hingga ketelinganya. Ia membayangkan dirinya berulang kali dihempaskan dengan beringas. Pria itu memang gila. Masih tidak bisa menerima kenyataan. Padahal saat dia menikahi Cordona, miss Brainly mengira Cordona akan dapat membuat Rodeo melupakan dirinya. Ternyata tidak. Malah ia tetap mencari-cari celah untuk membuatnya menderita.
Dan ia merasa beruntung karna nyonya Devina berinisiatif untuk membututi mereka saat itu. Ia tak bisa membayangkan bagaimana kalau tak ada yang melihatnya.
"Yaa Allah, terima kasih atas pertolonganMu!" Bisik Ily penuh syukur.
Allah Maha baik. Ia dikelilingi orang-orang yang baik. Bukan orang-orang sumbu pendek yang melihat dengan pikiran negatif namun Allah menggerakkan hati mereka dengan langkah yang benar-benar menguntungkan baginya.
"Astagfirullah hal adzim, Yaa Allah, ampuni segala dosa-dosa hamba!" Bisiknya sepenuh hati.
Tidak ada yang kebetulan, segala sesuatu yang terjadi tentulah atas ijin dan kehendak Allah. Berulang kali ia diselamatkan, bersyukur Allah selalu membersamai dan menjaganya.
"Ily!"
Suara yang sangat ia kenali serasa mendenging ditelinganya. Membuat jantungnya seolah berpacu lebih cepat.
"Kakek!" Suaranya bergetar melihat kakek Abraham terlebih orang yang berada dibelakangnya mendekat.
"Kau tidak apa-apa?" Kakek bertanya dan Ily menggeleng.
"Apa yang sudah ia lakukan padamu?"
Tangis Ily pecah saat ia mendengar pertanyaan itu dari Ali.
"Li!" Kakek menyentuh lengan Ali dan berusaha membuatnya lebih dekat lagi.
Mereka sudah mendengar sebagian cerita dari nyonya Davina. Bahkan polisi yang mengejar mobil penculik yang berusaha melarikan diri itu baru saja menelpon telah berhasil menangkap para penjahat itu.
"Dia sudah menyakitinya dan membunuh anakku, kek!"
Mister Abraham berkata saat ia memutuskan ingin langsung datang kekantor polisi dan memberi pelajaran pada orang yang telah menculik istrinya. Namun kakek mencegah dan mengajaknya untuk melihat miss Brainly terlebih dahulu sebelum berurusan dengan penjahat itu.
Melihat miss Brainly terbaring dengan wajah yang pucat sambil meraba perutnya, dada mister Abraham menyeri seketika.
"Kakek keluar dulu!"
Mister Abraham tidak mencegah kakek Abraham untuk meninggalkannya. Sepertinya tindakan kakek tepat meninggalkannya berdua saja dengan miss Brainly.
Ia lebih mendekat kepadanya yang memejamkan mata karna dipenuhi kristal yang seolah tak bisa dibendung.
Tangannya meraih wajah dan mengusapnya membuat miss Brainly makin tergugu. Dadanya makin sesak menahan tangis yang pada akhirnya pecah seketika saat mister Abraham memeluknya dengan cara menahan punggungnya yang masih terbaring. Punggungnya setengah terangkat hingga ia dapat membalas peluknya.
Sesaat hanya ada diam, ia menangis dalam peluk yang hangat tanpa sepatah katapun darinya. Hanya erat, yang seolah memberi kekuatan. Dan ia menjadi tenang.
"Maaf, aku tidak bisa menjaganya!" Sesal Ily saat Ali menyentuh perutnya yang rata sesaat kemudian.
"Tidak, aku yang maaf tidak bisa menjagamu!" Sahut Ali menenangkan.
"Tidakk, bukan salahmu, salahku!" Bantah Ily masih merasa salahnya.
"Dia sudah ditahan, kamu jangan kuatir!"
"Rodeo itu gila, aku pikir setelah menikahi Cordona dia tidak akan lagi mencariku, aku takutt!"
"Cordona?"
"Ya, Cordona, dia sudah memperistri Cordona, kenapa kamu kenal Cordona?"
"Cordona yang datang kekantor!"
"Jadii...."
Miss Brainly termangu.
"Yaa, aku mengerti sekarang! Dia cemburu padamu, mencoba merusak hubungan kita seperti hubungan mereka yang rusak karnamu," Ali menyimpulkan sendiri.
Terjawab sudah atas dasar apa wanita itu mendatanginya. Terjawab sudah semua yang dikatakannya bohong. Dan rencananya bagi Ali benar-benar sampah.
"Dengar! Dia tidak akan menyentuhmu lagi, ada aku, aku akan mencincangnya, menggilingnya seperti daging, merebusnyaa, me..."
Mister Abraham tak melanjutkan ucapnya karna ia merasa Ily mengeratkan pelukan.
Ternyata mister Abraham lebih mengerikan daripada yang ia pikir. Menggiling, mencincang, merebus, memangnya dia sedang apa? Ily bergidik.
"Apa yang sudah dia lakukan? Aku akan balaskan untukmu, untuk anak kita!"
####
Banjarmasin, 26 April 2022, 24 Ramadhan 1443H
Sudah hari ke 24 aja ya, gak kerasa kurang lebih seminggu lagi, kita bertemu sahur ditahun ini....
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top