#AC23
"Apa yang kau harapkan lagi dari aku? Aku sudah mengembalikan apa yang kau beri!"
Seorang pria lain datang ketempat dimana miss Brainly disekap. Dengan senyum sinis ia menatap miss Brainly yang terikat tak berdaya puas. Ia memberi tanda agar dua pria suruhan yang berhasil menyekap miss Brainly keluar dari ruangan itu, setelahnya ia membuka ikatan ditangan Ily.
"Aku menginginkan dirimu, sayang!"
Pria itu makin mendekat dan menyentuh wajah Ily. Ily menghindar dengan mengalihkan arah wajahnya tanda tak ingin tangan kotor baginya itu menyentuhnya.
Akibatnya, jari lelaki itu mencengkram rahangnya dan Ily menggerakkan kepalanya agar terlepas dari cengkraman itu. Wajahnya terasa sakit, ia yakin pasti bekas jari pria itu tercetak memutih diwajahnya.
Dengan memaksa, pria itu hampir saja mendaratkan bibirnya ketipis milik Brainly yang terangkum tangannya yang kokoh.
Cuihh.
Menggerakkan kepala lebih keras, busa yang tidak maximal harus terlontar kewajah pria bengis itu.
Plakk!!
Meski fatal akibatnya, miss Brainly tak menyesal wajahnya terasa panas akibat lima jari yang melayang kewajahnya. Sudut bibirnya terasa perih. Mungkin berdarah akibat pukulan jari kasar itu.
"Wanita sialan!!!" Umpat pria itu teramat kasar.
"Kau tau aku sialan lalu kenapa kau masih juga menginginkanku?" Geram Ily tertahan.
"Aku akan puas jika melihat kau menderita, Prillyce sayang!" Bisik pria itu sambil mendekatkan wajah ketelinga Prillyce.
"Kau sakit! Dari dulu kau sakit! Kau selalu ingin menyakitiku, itulah sebabnya aku pergi darimu, kau tau itu, Rodeo!" Prillyce memundurkan kepalanya yang sudah merapat kedinding.
"Aku bilang aku akan berubah untukmu, tapi kenapa tak kau berikan padaku kesempatan?" Usik pria yang disebut Ily, Rodeo itu.
"Aku sudah berapa kali memberimu kesempatan, hah?" Sentak Ily tak tahan untuk tidak terpancing dengan ucapan pria itu.
Sebenarnya ia sudah tidak ingin mengingatnya lagi. Ia pernah begitu sayang pada pria itu tetapi sifat keras dan kasarnya membuat Prillyce tak tahan. Ia memang diberikan segalanya tetapi harta tak cukup bagi seorang wanita yang seharusnya juga diberikan kasih sayang.
Ia selalu mengatakan cinta tetapi juga terlalu kasar jika mendapati ia berkomunikasi dengan pria lain. Puncaknya saat ia memaksa untuk melakukan perbuatan tak halal dengan alasan cinta dengan kasar agar Prillyce tak mudah berpaling pada pria lain. Beruntung ia berhasil melepaskan diri saat itu dan berhasil pula kabur darinya.
"Kesempatan palsu percuma saja, kau lebih memilih dia daripada aku!" Bantah Rodeo dengan rahang mengeras.
"Prasangka burukmu yang kesekian tuan, Fladimir hanya membantu aku saat itu setelah apa yang akan kau lakukan, kau selalu ingin menjamahku tanpa ikatan!" Sanggah Ily tak takut.
"Itu karna kau tak mau dinikahi!" Pria itu seolah menuduh.
"Kau masih dalam masa tenggang untuk berubah tuan, kau belum membuktikan apa-apa!" Sahut Ily terpaksa menjelaskan meski ia rasa sudah tidak ada lagi yang harus dijelaskan.
"Alasan!!" Pekik Rodeo makin berapi dengan mata memerah.
"Jadi apa maumu?"
"Aku sudah katakan, aku menginginkan dirimu!"
"Aku sudah bersuami!"
Miss Brainly merasa dadanya perih mengakhiri ucapannya sendiri. Bersuami? Seketika ia ingat pada mister Abraham. Sekelebat pria dingin, dengan wajah dihiasi brewok, rambut yang ikal dan mulai panjang kembali dengan mata elangnya membayang jelas dipelupuk matanya. Suaminya. Mister Allison Abraham.
"Suami terpaksa? Yang hanya kau incar hartanya demi dendammu pada kakek buyutnya yang menolak nenekmu?"
Miss Brainly tercenung. Bukan demi harta yang membuatnya terkejut, namun dendam pada keluarga Abraham karna menolak neneknyalah yang ia herankan kenapa bisa Rodeo mendapat kesimpulan itu?
"Apa urusannya denganmu?" Tanyanya dingin.
"Dia telah lancang mendahului aku menjamahmu!" Geram Rodeo makin menjadi.
"Gila kau!"
Prillyce Brainly mendorong tubuh Rodeo keras saat berkesempatan karna himpitan pria itu melonggar.
Berusaha melawan namun tentu saja pria itu lebih kuat bahkan melemparkannya kedinding.
Miss Brainly terpekik saat tubuhnya limbung dan jatuh kelantai akibat lemparan itu.
"Bunuh saja aku!"
"Tidak semudah itu!"
Rodeo mendekat dan mulai menjamah kembali tubuh Ily yang tergeletak dilantai dan berusaha membuatnya berdiri lagi agar sejajar dengan tubuhnya. Ily meronta dan berusaha melepaskan diri hingga tubuhnya lagi-lagi terhempas kelantai.
"Auhhhhh!! Shhhhh!"
Langkah Rodeo tak juga tertahan melihat Ily meringis kesakitan. Rodeo mengira ringisan itu akibat ia melemparkan Prillyce berkali-kali kelantai. Namun saat ia menarik dan mencoba mensejajarkan tubuh miss Brainly kasar dengan mencengkram bahunya, miss Brainly nampak meringis memegang perutnya. Miss Brainly merasa ada yang merembes dari hadapannya yang menggunakan setelan longgar berwarna krim. Ada yang mengalir melewati pangkal paha kearah mata kakinya. Rodeo melihat kearah pandang miss Brainly yang mendadak pucat. Darah.
"Sialannn!!"
Miss Brainly terhempas kelantai bersama umpatan Rodeo. Dan ia tak lagi memikirkan bagaimana pria itu akan memperlakukannya, ia terfokus pada sakit seolah ada yang meremas perutnya.
"Astagfirullah, yaa Allah!" Ringisnya menahan lilitan perih yang mengalirkan darah segar keujung kakinya.
Ia tak tahu apa yang terjadi padanya. Yang pasti, Ily merasakan kesakitan yang luar biasa dan ia beruntung membuat Rodeo menghentikan aksinya.
"Rohoooooo!!!" Teriak Rodeo.
Rupanya ia memanggil salah satu pria suruhan yang menculik miss Brainly. Pria tersebut tergopoh masuk kedalam ruangan dimana tadi ia disuruh meninggalkan.
"Siapp, boss??"
Pria itu melirik miss Brainly yang terkapar dengan pakaian bagian bawah berlumuran darah. Pakaian masih lengkap tanda belum terjadi sesuatu tetapi kenapa darah segar mengalir disana? Wajah Ily yang pucat pasi menandakan sakit yang sangat.
"Bawa dia! Buang kejalanan!"
Rodeo melangkah keluar ruangan diiringi Roho.
"Bos!"
"Dengarkan perintahku!" Pekik Rodeo tak peduli.
Perdebatan mereka menimbulkan kekuatan baru bagi Ily. Ia berusaha berdiri meski tertatih menyeimbangkan tubuhnya. Dengan sisa kekuatan ia meraih gagang pintu yang setengah terbuka setelah ditinggalkan Roho yang mengejar bosnya. Ia berusaha dengan sekuat tenaga lari menabrak Rodeo dan Roho yang sedang melangkah mendahuluinya.
"Haii mau kemana kau?!"
Miss Brainly meraih sebuah kursi dan melemparkannya pada kedua orang yang berusaha mengejarnya. Berhasil mencapai pintu ia berusaha keluar dan menutupnya dari luar dengan cepat saat dua pria itu makin mendekat.
Ia tak mungkin kuat menahan tarikan dari dalam lalu melepasnya hingga Roho dan Rodeo terjengkang. Kemudian Ily berusaha meninggalkan beranda rumah dan halaman dengan terburu serta hampir saja tersandung batu.
"Miss Brainly!!"
Sebuah mobil melintas dan berhenti didepannya yang berlari tak tentu arah.
"Nyonya Davina!"
Nyonya Davina adalah pemilik Guest House yang ia tempati selama tiga bulan ini. Miss Brainly tak bisa berpikir apalagi bertanya kenapa ia bisa ada ditempat itu? Ia justru bersyukur, kebetulan atau tidak, kehadirannya tepat.
"Naik, miss, cepat!!"
Pengemudi mobil yang membuka kaca mobilnya memerintahkan menaiki mobilnya segera. Membuka pintu mobil dengan kekuatan yang hampir habis, Ily akhirnya berhasil masuk saat sudah hampir tak berjarak dengan Roho dan Rodeo yang mengejarnya.
"Astagfirullah, kau kenapa miss? Kau pendarahan!" Pekik Nyonya Davina terlihat cemas.
"Tolong ngebut nyonya, bisakah kita menjaga jarak dengan orang-orang itu, mereka mengejar kita!"
"Baik-baik!"
Nyonya Davina menginjak gas bagai kesetanan melaju dengan kencang.
"Ohh Tuhannn!"
Sebuah mobil polisi lalu lintas didepan sana terlihat menghalangi mereka. Terpaksa nyonya Davina melambatkan laju mobilnya.
"Selamat siang, nyonya, anda melanggar..."
"Maaf pak polisi, teman saya pendarahan, harus segera sampai ke Rumah Sakit!"
Citttttt, Brrrrrmmmmm!
Suara ban mobil berdecit karna menginjak rem dan memutar balik membuat fokus mereka pecah.
"Sebaiknya bapak-bapak kejar mobil hitam itu, pak, mereka penculik, segera, pak!!" Teriak Nyonya Davina pada kedua polisi itu.
Beruntung, kedua polisi itu sepertinya percaya dan menaruh curiga karna tiba-tiba saja mobil hitam itu berbalik arah saat melihat mobil yang membawa Ily dihentikan polisi. Sigap salah satu polisi itu menaiki mobilnya dan mengejar mobil hitam itu. Sementara yang lainnya menaiki sepeda motor dan mengarahkan tangannya agar mobil nyonya Davina mengiringinya.
"Ayoo, saya kawal sampai kerumah sakit!" Teriak polisi itu samar.
"Miss Brainly, bertahanlah, kita akan tiba dengan cepat kerumah sakit terdekat, kita dikawal, syukurlah!"
Miss Brainly hanya bisa mengangguk dengan tatap sayu. Wajahnya makin pucat pasi. Tangannya menekan perut yang sebentar-sebentar kram seperti menggigiti isi perutnya. Ia masih belum bisa berpikir apalagi bertanya, kenapa nyonya Davina ada ditempat itu?
Nyonya Davina bagai sedang balapan tak peduli jalanan dipenuhi kendaraan lain, namun pengguna jalan membuka jalan untuk mereka karna didepan mereka seorang polisi seolah mengawal dan meminta jalan dengan suara sirine.
"Maaf, saya blank, tak tahu harus apa saat memantau mobil yang membawa miss Brainly!" Ucapnya mulai bercerita. Ia hanya ingin miss Brainly tetap sadar sebelum sampai dirumah sakit.
"Nyonya, aku sudah tak tahan lagi, rasanya ada yang mau jatuh dari dalam sini!" Lirih miss Brainly meremas perutnya.
"Baik, sabar miss, kita akan sampai!"
Tiba di hospital terdekat, nyonya Davina mengarahkan mobilnya langsung kedepan ruang IGD masih dibantu oleh sang polisi. Tindakan cepat dilakukan oleh tim medis yang berjaga. Mereka mendorong brankar dan dengan sigap miss Brainly sudah berpindah ke brankar itu.
Miss Brainly sudah tidak tau lagi apa yang nyonya Davina lakukan dan bicarakan dengan polisi lalu lintas tersebut. Matanya makin berkunang-kunang dan terasa berat.
"Saya ke Guest house ingin memastikan kalau miss Brainly dan suaminya jadi pindah kerumah baru mereka, agar saya bisa menawarkannya pada yang lain, namun kemudian saya melihat miss Brainly diseret menaiki mobil itu dan saya mengikutinya!"
Sementara nyonya Davina sedang berbicara dengan polisi yang tadi mengawal mereka sambil mengeluarkan ponselnya. Sepertinya ia ingin menghubungi seseorang.
"Keluarga?"
"Saya yang membawanya dokter, saya sedang mencoba menghubungi kakek suaminya!" Ucap nyonya Davina saat seorang petugas medis mencari keluarga pasien yang sedang mereka tangani. Ia memang hanya memiliki nomor telpon kakek Abraham karna dari awal beliaulah yang mengurus kontrak Guest House miss Brainly.
"Karna pasien mengalami abortus insipiens, kami harus melakukan tindakan segera dan butuh persetujuan keluarga pasien, nyonya!"
#####
Banjarmasin, 25 April 2022, 23 Ramadhan 1443H
Quota ada, tapi sinyal yang ngajak berantem kyknya.
Create bisa dibuka pas dikonek ke wifi. Aku beberapa waktu gk pake wifi rumah karna suka ngadat juga, eh tau-tau ternyata skrg kebalik.
Pake wifi baru bisa kebuka create-nya.
Bismillah,
Kalau kalian sudah baca dan berkomentar, berarti berhasil publish.
Jadi kendala hari ini bukan karna saya yang ketiduran, tapi karna masalah sinyal. Saya gak tidur sampai masak sahur, gais!
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top