#AC22
Maafkan aku
Aku mengecewakanmu
Selamat tinggal mister Abraham!
Suara tawa terdengar keras. Setelah mengetik pesan dan mengirimkannya pada mister Abraham dan kakek Abraham orang itu melemparkan ponsel dan membuatnya hancur berkeping-keping.
"Kau akan jadi tersangka dan dpo polisi, Prillyce!"
Suara itu terdengar mendengung ditelinganya. Matanya mengerjap dan perlahan terbuka. Tadinya pandangannya masih teramat samar. Kepalanya pusing akibat terbentur dinding. Bukan terbentur tapi dibenturkan.
Terbayang hal yang baru saja ia alami. Setelah kepergian mister Abraham ia masuk kembali kedalam rumah dan berniat membersihkan dirinya. Masuk kedalam kamar mandi ia sejenak termenung menatap wajahnya dicermin wasthafel yang ada didalam sana. Mengusap wajah ia juga menyentuh pipi dan bibirnya dimana rasa sentuhan suaminya seakan masih tertinggal.
"Apa kamu mencintaiku?"
Pertanyaan yang sulit ia jawab. Jika mencintai rasanya terlalu cepat. Tetapi tidak secepat itu baginya. Ia sudah mencintai mister Abraham sejak ia pertama kali melihatnya.
"Aku akan mencari keluarga Abraham!" Tekadnya saat itu.
"Nenek bercerita tidak bertujuan agar kau mendendam, sayang!" Ucap neneknya.
"Tapi mereka harus tau yang sebenarnya, nek, bukan nenek yang meninggalkan tapi nenek dipaksa meninggalkan!" Sahutnya masih tak menerima kalau neneknya terfitnah.
"Jangan merusak kebahagiaan mereka, cucuku, sudah takdir dari Allah, kalau Abraham bukan jodohnya Joana!" Pasrah nenek Joana menyabarkannya.
"Kita ini hanya menjalani takdir, sebagaimanapun kita memperjuangkan sesuatu, jika itu bukan takdir kita, maka kita tidak akan berhasil mencapainya, sebaliknya jika hal tersebut sudah menjadi takdir kita, Allah punya cara untuk mendekatkan dan meraih takdir itu!"
Setelah ucapan neneknya, Ily melupakan hasratnya untuk mencari keluarga Abraham. Hingga ia harus kehilangan nenek tercinta, nenek satu-satunya yang ada untuk sama-sama berjuang menjalani hidup karna orangtuanya sudah terlebih dahulu meninggalkan mereka.
Benar kata neneknya, kalau sudah takdir, Allah punya cara untuk mendekatkan. Ia berjumpa dengan mister Abraham disebuah acara dimana ia sebagai asisten kokinya. Semua makanan disterilkan saat akan dihidangkan kepada semua orang diacara tersebut.
Kedatangan mister Abraham dan rekan-rekannya dihotel tersebut sangatlah istimewa. Orang-orang kaya yang berkumpul dengan bayaran tinggi. Ia sempat melihat seorang pria berjas dengan angkuh dan dingin namun terlihat gagah melangkah diiringi yang lain.
"Mister Abraham pasti sangat mirip dengan kakeknya, nek!" Bisik Ily saat itu.
Ia teringat bagaimana neneknya menggambarkan kakek Abraham. Sepertinya ilustrasinya seperti saat ia memandang mister Abraham dari kejauhan.
"Ia memang membuat gadis-gadis jatuh cinta padanya, nek!" Bisiknya lagi.
"Khayalanmu terlalu tinggi, nona!" Tawa Navita teman sejawatnya saat ia kepergok memandangi mister Abraham dan bergumam. Ia tak menghiraukan ucapan itu.
"Pantas saja kau menolak Bion, ternyata seleramu tinggi, Prillyce!" Tawa Navita lagi. Dan iapun tak peduli.
Dan tanpa disangka dan diduga ia berjumpa dengan kakek Abraham saat ia turun dari angkutan didekat gang sempitnya. Ada kejadian yang membuatnya harus menolong kakek Abraham. Dan dari sanalah perkenalan dengan keluarga Abraham dimulai. Sampai ia bisa mengambil hati kakek Abraham dan membuat ia menikahi cucunya.
Ia memejamkan mata sambil menghela nafasnya mengingat semua itu. Setelah ini ia akan kehilangan sentuhan yang pernah ia rasakan beserta rasa yang pernah ada. Setelah Ali mengetahui siapa dirinya yang sebenarnya ia akan berhasil melemparkannya. Ia sadar suaminya tidak begitu saja menerimanya tanpa mencari asal-usulnya. Dan harusnya ia siap dengan apa yang akan diputuskan mister Abraham padanya.
Ia cucu nenek Joana. Ia sadar kakek Abraham pernah menceritakan tentang neneknya dengan pemahaman yang salah.
Bukan neneknya yang menolak lalu meninggalkan kakek Abraham. Namun, neneknya yang ditolak oleh orangtua kakek Abraham. Mereka menyuruh orang bayaran menculik neneknya lalu melemparkan segepok uang sebagai kompensasi untuk kesediaan nenek Joana meninggalkan kakek Abraham.
Keluar dari kamar mandi ia mempersiapkan diri untuk menuju kantor mister Abraham dan bersiap menerima akibat dari semua yang telah ia lalui.
Membuka pintu depan dimana ia tersandar melepas kepergian suami yang sesungguhnya ia cinta, ia terdorong karna seseorang telah menunggunya.
"Siapa kau?"
"Ikut kami!"
"Tidak!"
Lari menghindar dan sempat menutup pintu kamarnya, Ily tak kuat dengan dobrakan kuat yang berasal dari lelaki tak dikenal yang menggunakan masker dan hodie.
Melemparkan barang-barang yang ada didekatnya tak juga menghentikan orang tersebut. Dan ia sama sekali tak tahu siapakah dia dan apa tujuannya?
"Aku salah apa padamu!"
"Kau akan mengerti setelah ini, miss Brainly!"
Dan kepalanya berkunang-kunang saat ia dilemparkan kedinding dan dilumpuhkan. Sampai ia menemukan dirinya saat ini entah dimana dengan tangan terikat.
"Mimpimu indah, miss Brainly?"
"Dan sebentar lagi akan menjadi mimpi terburukmu!"
Tawa pria itu menggelegar memekakkan telinga.
"Kau perlu berapa harta lagi? segunung sudah diberikan padamu, tapi kau tetap pada pendirianmu menolak bos kami, dasar kau tak tau diuntung!"
"Apa?"
"Astagfirullah hal adzim!"
Prillyce Brainly beristigfar dan menyadari dengan siapa ia berhadapan sekarang.
#####
Mister Abraham memandangi layar gawainya. Mengulang-ulang membaca pesan itu serasa ada yang sulit ia percaya. Pesan itu sama persis dengan pesan yang disampaikan miss Brainly keponsel kakeknya. Bahkan ia tidak mengganti mister Abraham dengan kakek Abraham.
Mister Abraham?
Setelah menikah, miss Brainly memanggilnya mister Abraham hanya saat bergurau saja. Teringat masa-masa saat pertama kali mereka bertemu dan mister Abraham sangat tidak menyukai kehadirannya. Dia memanggilnya tuan bukan mister.
Dan saat ini justru ada yang sesak saat kehilangannya. Kenapa Ily harus pergi jika ada yang bisa ia jelaskan?
"Ini Joana!"
Teringat ucap kakeknya. Jadi, kemungkinan Ily adalah cucu dari Joana, kekasih kakek yang meninggalkan kakek sebelum bertemu dengan neneknya.
Kalau mister Abraham mengaitkan dengan ucapan nyonya Cordona, miss Brainly hanya seorang wanita pengejar harta. Sama dengan Joana?
Namun ada yang aneh, kenapa miss Brainly pergi tanpa membawa apapun juga dari dalam Guest House. Bahkan perhiasan pemberiannya saat pernikahan masih ada didalam dus kenangan yang sebagian isinya berserakan. Kamar berantakan seakan baru saja terjadi suatu tindak kekerasan.
"Kakek menemukan dus itu sudah berserakan. Seolah habis dilemparkan bukan disembunyikan ataupun akan dirampas!"
"Jadi maksud kakek, Ily bukan kabur tapi diculik?"
"Atas dasar apa kakek harus meyakini itu?"
"Tadi ada seorang wanita bernama Cordona datang menemuiku!"
Mister Abraham menceritakan kepada kakek Abraham kronologi bertemunya ia dengan wanita yang mengatakan Ily sudah menaklukkan dan meninggalkan pria terkaya didaerah tempat tinggalnya.
"Aku tidak mengira kalau dia setelahnya mengirimiku pesan yang sama seperti dikirimkan kepada kakek!"
"Kalau Ily hanya bertujuan mendapatkan harta, ia sudah hampir saja mendapatkannya! Kalau ia hanya ingin membuat kakek menderita karna dendam untuk Joana, dia belum selesai," sahut kakek seakan bergumam.
Beliau tak percaya akan menjadi sebab kehancuran cucunya. Maksud baiknya kepada Ali dan terlebih prasangka baiknya terhadap Ily selama ini seolah tidak sampai. Beliau merasa sudah terpedaya. Namun justru balik bertanya pada diri sendiri, kalau Ily salah, kenapa ia harus menghindar terlalu cepat apalagi tanpa membawa apa-apa?
Ting.
Gawainya berdenting menandakan ada pesan masuk dan mister Abraham segera membukanya.
Bagaimana mister Abraham? Selamat, Prillyce Brainly sudah berhasil membodohi kalian!
Mister Abraham mengeryitkan alisnya. Siapa? Ia geram karna nomor ponselnya seolah sudah tersebar kemana-mana hingga oranglain bebas mengiriminya pesan tak jelas.
"Cordona ini juga perlu ditelusuri asal usulnya!" Gumam Ali dengan rahang mengeras.
"Jangan-jangan musuh yang sebenarnya yang tidak pernah kita anggap musuh!" Lanjut Ali lagi.
"Ya, harus dipertanyakan kenapa begitu penting memberikan informasi tentang Ily kepada kita padahal kita tidak membutunkannya!" Sahut kakek Abraham. Entah kenapa beliau tak juga merasa benci dengan kepada Ily meski ia seolah pergi tanpa permisi.
Mereka tidak merasa dirugikan. Miss Brainly selama ini mendapatkan hak sesuai dengan pekerjaannya. Apakah sedari awal kakek Abraham sudah yakin dengan ketulusan Ily hingga sampai saat inipun ia merasa tidak ada yang salah dengan cucu menantunya tersebut?
"Kakek, aku akan pergi kealamat yang diberikan Cordona padaku!" Putus Ali.
Ia ingin sekali mendapatkan kebenaran akan kata-kata Cordona padanya tentang Ily. Benarkah ia hanya perempuan yang gemar mengumpulkan harta. Seolah gambaran neneknya yang dulu sudah mendapatkan segalanya dari kakeknya namun setelah itu pergi meninggalkannya?
"Tunggu dulu jangan gegabah, siapa tahu itu hanya jebakan!" Sanggah kakek Abraham.
"Lalu apakah kita hanya berdiam diri saja, sepertinya ada yang lebih mengincar harta kita daripada Ily?" Ujar mister Abraham.
"Kakek tidak kehilangan apa-apa kecuali merasa kehilangan Ily!" Sahut kakek.
"Apa kakek justru terkenang dengan cerita lalu kakek? Melihat Ily kakek teringat dengan Joana yang kakek cintai?" Tuduh Ali.
"Apa kau tidak benar-benar mencintai Ily?" Kakek balik bertanya.
"Kenapa kakek bicara begitu?" Sahut Ali menolak menjawab tanya kakek.
"Kau tidak merasa kehilangannya?" Tanya kakek membuat Ali terdiam.
Ia belum bisa menjawab tanya kakek. Kepalanya cukup dipusingkan dengan teka-teki yang semakin tidak jelas saja.
Gawainya berbunyi dan ia segera menerimanya meski panggilan tidak dikenal.
"Mister Abraham, selamat anda sudah kehilangan istri anda!"
#####
Banjarmasin, 24 April 2022, 22 Ramadhan 1443H
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top