#AC19
"Sudah beres?"
Terjengit Miss Brainly karna suara sekaligus sentuhan dikepalanya menyadarkan lamunannya. Secepatnya ia menaruh photo yang baru saja ia tatap dan menutup dus barang kenangan yang baru saja ia bereskan.
"Sud... dah!" Gagapnya menoleh pada mister Abraham yang baru saja melepaskan tangan dari kepalanya.
"Kok kaget? Ngelamun? Ngelamunin apa? Aku?" Todong mister Abraham membuat miss Brainly melebarkan mata diiringi tawanya.
"Idihh, mister brewok pengge-eran!" Cubit miss Brainly diperutnya.
"Iya sejak denganmu aku suka ge-er!" Sahut Mister Abraham lugas dan memegang tangan yang mencubitnya.
"Padahal aku tidak sedang memujimu," ucap miss brainly membalas genggaman mister Abraham.
"Bagiku tatapanmu saja membuat aku terpuji!" Kata mister Abraham lagi, kali ini sebelah tangannya yang lain mencubit pipinya.
"Ish!" Miss Brainly menyentuh tangan dipipinya.
"Kenapa menyusul kemari? Kamu sudah selesai juga beresin barang yang mau kamu bawa?"
Mereka memang sepakat membereskan barang masing-masing ditempat masing-masing agar tidak membuang banyak waktu.
Sengaja miss Brainly tidak meminta bantuan kepada siapa-siapa karna barangnya juga tidak banyak. Barang diguest house sebagian besarkan fasilitas ia hanya membawa barang-barang pribadi, sementara rumah baru mereka juga siap huni.
"Aku rindu!" Bisik mister Abraham setelah menunduk mendekatkan bibir ditelinganya.
"Rindu?" Miss Brainly mengeryit. "Kenapa sih kayak gak bisa jauh gitu?" Lanjutnya dengan pertanyaan heran.
"Emangnya kamu bisa jauh?" Mister Brewok balik bertanya.
"Tidakkkk! Tapi jangan berlebihan, ada yang bilang bahagia itu sekedarnya saja, nanti bila sedih juga sewajarnya saja, karna setiap rasa itu pasti akan berlalu juga..."
"Kenapa bicara seperti itu? Bukankah bagus kalau jauh kangen meski dekat suka bertengkar seperti ini?"
Miss Brainly terdiam. Ia sendiri terkejut dengan apa yang sedang ia katakan. Memikirkan mister brewok semenjak membereskan barang ditempat tinggalnya ini hanya membuat tanya dihati disertai rasa bersalah.
Sikap mister brewok yang meratukannya, hanya membuat rasa yakin dan percayanya beda tipis dengan sebaliknya. Ia tak ingin terlalu yakin dengan cinta yang ditawarkan. Dari 'ogah' menjadi 'nikah', menghadirkan sebuah tanya, benarkah secepat itu hati bisa berubah? Ternyata ia merasa rindu dengan adu mulut unyu-unyu mereka dimana semenjak menikah adu mulut selalu dalam 'tanda kutip'.
Ini cinta atau hanya nafsu?
Astagfirullah!
Miss Brainly menepis keresahannya sendiri. Kenapa ia curiga suaminya hanya terpaksa saja karna tidak ada pilihan lain? Kalau tidak begini, hartanya akan melayang kepada orang yang ditunjuk kakek.
'Aku hampir saja berhasil, namun aku ditaklukkan sebuah rasa yang tak bisa aku tolak, untuk diriku, maafkanlah aku!'
Miss Brainly bermonolog didalam hati. Ia tak bisa menyembunyikan keresahan hingga terbaca oleh mister Abraham.
"Sebenarnya apa yang kamu resahkan?"
"Tidakk!"
"Kamu tidak suka kita harus pindah? Kamu masih suka disini?"
"Tidak!" Geleng Miss Brainly.
"Lalu?"
"Aku hanya merasa ini terlalu mudah buatku!" Desis miss Brainly masih dengan gelengan.
"Mudah?" Mister Abraham mengeryit, ia benar-benar tidak mengerti arah bicaranya.
"Kamu takkan mengerti, kamu tidak pernah susah seperti aku, kamu tidakk..."
Dan mister Abraham makin tidak mengerti. Ia hanya berpikir istrinya terkena sindrom kebahagiaan yang berlebih hingga merasa tak percaya dengan keadaannya saat ini. Dan itu merupakan tugasnya untuk memberikan rasa percaya agar tidak dicurigai.
'Tidak pernah susah tapi mengerti bagaimana orang yang susah seolah mendapat durian runtuh, maafkan aku kakek,' kali ini mister Abraham yang bermonolog.
"Kenapa bicara tentang susah dan senang? Bukankah kamu sendiri yang mengatakan, Allah mampu mengubah hidup manusia kalau manusia itu mau berusaha! Tak pernah merasakan susah bukan berarti tak pernah berduka, kamu bahkan tau aku pernah gagal, dibawa kabur asisten apa bagusnya?" Ujar mister Abraham membalas tatap miss Brainly yang tiba-tiba ia rasa sedikit asing.
Ia tak tahu miss Brainly sedang dihantui rasa bersalah padanya dan kakek. Begitu mudah memasuki kehidupan mereka dalam jangka waktu yang tak pernah ia bayangkan sebelumnya.
Tadinya ia akan merasa kesulitan menaklukkan keluarga Abraham. Namun nyatanya ia bisa dengan semudah ini meraih semuanya.
Drrrrrrtttt....
Getaran dan bunyi gawai yang berada dalam tas yang mister taruh dimeja rias yang ada didalam kamar itu mengusik keterdiaman mereka sesaat dengan pikiran masing-masing.
"Mister Abraham, maaf saya lancang menelpon, ada yang datang kekantor mencari mister, sudah janji dengan mister diluar tetapi dia bilang mister tidak datang menemuinya hingga ia menyusul kemari, katanya sangat penting sekali!"
Suara Rosalind terdengar diujung gawainya. Ia menatap miss Brainly sejenak lalu menjawab ucap Rosalin.
"Siapa?" Ia mengeryitkan alis. Sebenarnya ia tidak terkejut karna ada yang datang tapi terkejut karna orang tersebut ternyata lebih nekat dari yang ia pikir.
"Tidak tahu mister, dia mengatakan sudah menelpon anda tapi anda tidak menemuinya!" Jawab Rosalin lagi.
"Katakan jangan ganggu saya, buat janji saja jika ingin bertemu saya, saya dan istri saya akan menemuinya ditempat yang sudah ia tentukan sebelumnya!" Mister Abraham berkata datar.
Ia tidak menduga seseorang yang sudah menelponnya sebelumnya ternyata nekat mendatanginya kekantor. Bukan urusan kantor ia sudah pernah menolak menemuinya meski ia berkali-kali menelpon.
Sebelum datang ke Guest house dan mendapati miss Brainly ia sudah menerima telpon dari orang misterius tersebut entah apa maksud dan tujuannya.
"Halo mister Abraham!"
Suara itu terdengar saat ia menerima panggilan yang berkali-kali ia tolak dari ponselnya. Ia memang tidak pernah menerima nomor telpon yang tidak dikenal dari ponselnya. Ternyata ia menelponnya kenomor kantor perusahaan. Sebenarnya tadinya ia tidak juga mau menerima, tapi ucapan Rosalin membuat ia harus menerima karna kalau tidak, orang luar sepertj Rosalin akan menebak-nebak ada apa sebenarnya.
"Orang ini berkali-kali menelpon mister, dia bilang kalau mister tidak mau menerima telponnya, dia akan membeberkan tujuannya menelpon kepada saya agar saya bisa menyampaikannya kepada mister!"
"Siapa?" Tanyanya dingin saat menerima panggilan tak dikenal melalui nomor panggilan perusahaannya.
Mister Abraham memang sedingin itu dan semuanya tidak berubah meski sekarang sudah beristrikan miss Brainly, asisten yang seolah menjadi pawangnya.
"Saya ingin bicara langsung pada anda, face to face, mister Abraham!" Ucap suara disana tadi.
"Buat janji saja dengan Rosalin yang menerima anda, nyonya atau nona!"
Mister Abraham berkata dengan nada masih dingin. Ia sepertinya tidak mengenali siapa yang menelpon, kenapa sepertinya begitu penting hingga ingin face to face.
"Bagaimana kalau langsung saja saya buat janji dengan anda? Karna ini sangat penting sekali bagi anda!" Ucap suara disebrang sana sangat jelas terdengar.
"Tentang?"
"Istri anda, Prillyce Brainly!"
Mister Abraham mengeryit. Tentang istrinya?
"Intinya saja, nyonya, saya tidak punya banyak waktu!"
"Informasi dari saya ini pasti sangat berguna bagi mister Abraham dan keluarga! Hati-hati dengannya mister, sayang sekali saya sudah terlambat mengetahui, ternyata anda sudah menikahinya, saya tunggu anda di Jetset Resto siang ini, saya ada di meja nomor 26 memakai dress kuning dan berturban!"
Dan setelahnya, telpon ditutup tanpa permisi. Mister Abraham memandang gagang telpon yang dipegang dan tidak menghubungi kembali Rosalin melainkan menaruhnya ditempatnya semula.
Ia menyandarkan punggungnya kekursi kebesaran. Ia tidak langsung terpikir untuk benar-benar mendatangi orang teesebut sendirian. Sesungguhnya hal ini teramat sangat penting karna diam-diam ia memang mencari tau latar belakang miss Brainly. Ia sesungguhnya tidak akan mudah untuk memutuskan sesuatu tetepi menikahi miss Brainly adalah keputusan besar yang harus dia ambil dengan berbagai alasan.
"Katanya mister sudah mengetahui siapa dirinya, bukankah mister sudah menerima telponnya beberapa jam lalu? Maaf mister itu katanya bukan kata saya, maaf!" Seru Rosalin menjawab tanya mister Abraham yang bertanya siapakah yang menelponnya. Rupanya Rosalin terdengar sangat gugup takut salah berkata.
Mister Abraham menghela nafasnya. Tadi ia sengaja tak mengindahkan dimana orang tersebut ingin bertemu bahkan meski ia sudah mengatakan ciri dan berada dimanakan perempuan itu.
"Katakan saya sedang bersama istri saya, jadi tidak bisa segera," jawabnya
Tanpa menjauh dari miss Brainly yang disebut lengkap ditelinganya sebelum ini.
Miss Brainly-pun terlihat menatapnya dengan pandangan bertanya. Siapakah?
"Kalau ingin aman, lebih baik mister menemui dia sendiri tidak bersama dengan miss Brainly, mister, itu katanya!"
#####
Banjarmasin, 21 April 2022, 19 Ramadhan 1443H
Selamat hari kartini 2022!
Selamat hari ke 19 Ramadhan, selamat menjalankan ibadah puasa...
Jangan syok ya, karna inilah konflik yang sesungguhnya...
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top