#AC18
Mengitari seisi kamar dengan lensanya, miss Brainly merasa sedikit melow. Biar bagaimanapun, 3bulan cukup lama untuknya hidup dari gang sempit lalu ke Guest House yang tentu saja lebih baik.
Sebenarnya, kata kakek Abraham, beliau ingin mengontrak untuknya selama setahun. Namun beliau mencoba tiga bulan terlebih dahulu untuk melihat apakah miss Brainly betah disana. Karna beliau ingin miss Brainly tinggal ditempat yang lebih layak.
"Tempat itu sudah sangat bagus untukku, kek!"
"Coba saja 3bulan!"
Dan tiga bulan berlalu, ternyata satu bulan terakhirnya tak ia lewati dalam kesendirian seperti sebelumnya. Sudah mendapat tempat lebih baik, mendapatkan teman tidur yang halal pula.
Miss Brainly tersenyum tipis mengingat mister Brewok yang semakin hari nampak semakin bucin saja. Baik berada dirumah maupun dikantor.
Ada rasa heran, namun tidak ada daun yang jatuh tanpa ijin Allah, dalam sisi agama. Dalam sisi perasaan, ada yang bilang cinta tidak ada logika. Meski ia masih merasa tak percaya, dalam sekejap perubahan dalam hidupnya begitu drastis.
Setiap kata cinta yang terucap dari mister Abraham, baik saat sedang dekat terlebih saat sedang jauh, sering membuat miss Brainly bertanya-tanya, benarkah semudah itu pria itu jatuh cinta padanya?
Bahkan kata cinta itu selalu membuatnya merinding kala disertai lenguhan ditelinganya diatas gairah yang selalu membara diperaduan mereka. Dimana saat ia yang menghimpit, ia pula yang menjerit.
"Kadang pria bisa saja menunjukkan kalau ia sangat mencintai seorang wanita padahal dia tidak!"
"Justru wanita meski ia cinta, ia mampu menyembunyikan perasaannya!"
Benarkah seperti itu? Ia hanya pernah mendengar ada kalimat seperti itu. Namun ia sendiri tak mengerti, mengapa ia juga begitu mudah menjadi nyaman dengan sikap yang ditunjukkan mister Abraham.
"Sudah jalannya, sudah takdirnya, begitukan, nek? Atau takdir yang memang sengaja aku kejar?"
Miss Brainly memandangi sebuah photo yang berada dalam tumpukan dus dimana disana terdapat barang-barang kenangan yang ia masukkan terpisah.
Bersiap pindah ia harus membereskan semua barangnya segera. Ia sudah setuju dengan rencana mister Abraham mengajaknya pindah kerumah berdua.
Semalam ia diajak mister Abraham melihat rumah yang ternyata dipersiapkan untuknya. Menurut mister Abraham seperti itu.
"Aku mau dibawa kemana?"
"Tenang saja, kamu pasti senang sayang!"
Bahkan saat itu sejak berada dalam mobil miss Brainly pasrah matanya ditutup dengan kain dan ia benar-benar dibuat penasaran karna tidak melihat jalan sama sekali.
Sebelah tangannya digenggam erat sementara mister brewok menyetir dengan sebelah tangan. Sesekali tangannya dilepaskan, karna ia paham mister Abraham harus mengatur cara ia mengemudi.
"Hati-hati sayang!" Pesannya meremas tubuh mister Abraham dalam keadaan tak melihat.
"Tentu sayang!"
Saat sampai ditempat tujuan, ia pasrah saja saat dibukakan pintu dan digandeng hingga posisinya pas menurut mister Abraham.
"Aku buka sekarang ya!" Bisik mister Abraham terasa dekat ditelinganya karena mister Abraham dudah berada dibelakang dan bersiap membuka kain yang menutupi matanya.
"Dimana sih kita? Aku penasaran!" Seru miss Brainly dengan jantung berdebar-debar. Ia tak ingin berekspektasi terlalu jauh. Mungkin ia dibawa ketempat favorite mister Abrahamkah? Pikirnya saat itu.
"Sabar, aku hitung sampai 10 ya!" Ucap mister Abraham lagi ditelinganya.
"Tiga aja, jangan kebanyakannnn!" Manjanya berucap saat mister Abraham ingin menghitung sampai sepuluh.
"Oke, tiga!" Sahutnya sambil membuka simpul dibelakang kepalanya.
Satu.
Dua.
Tiga.
Kain dilepaskan tapi matanya masih terhalang telapak tangan mister Abraham yang perlahan membukanya.
Membuka matanya yang nampak mengabur dan membiasakan pandangannya hingga terang benderang, miss Brainly menutup mulut dengan kedua tangannya.
"Masya Allah!"
Ia terpekik takjub. Sebuah bangunan berdiri megah didepannya. Bangunan klasik modern yang nampak keren dan mewah tentu saja.
"Kamu suka?"
Miss Brainly terperangah setengah tak percaya. Didepannya mister Abraham memandang penuh suka cita dengan pertanyaan yang tentu saja jawabannya, "Suka, suka, suka sekali!"
Adalagi kata yang lebih dari suka? Istri mana yang tak suka dihadiahi sebuah rumah tinggal? Hunian dambaan setiap keluarga, tanpa harus terlalu payah mendapatkannya. Hanya dengan mendapatkan cinta dan kepercayaan dari seorang pria mapan nan kaya raya. Tanpa harus ia temani dari 0 berjuang mendapatkannya.
Mendadak airmatanya menetes. Ini surga dunia. Jalannya begitu mudah. Allah Maha baik padahal ia tak begitu baik. Masya Allah, Masya Allah.
"Kok nangis?"
Mister Abraham terlihat kaget dan menyeka airmata miss Brainly lalu mendekapnya. Ia tenggelam dalam wangi yang membuatnya candu beberapa waktu ini.
"Aku... aku... tak menyangka secepat ini!" Desisnya.
"Rezekimu, rezeki kita, sayang!"
Mister Abraham mengusap rambutnya.
"Ayo kita masuk!"
Miss Brainly membiarkan tubuhnya terseret dekapan mister Abraham. Ia dapat membayangkan bagaimana keadaan didalam rumah yang dari luar sudah nampak mewah itu.
Sesungguhnya ia tak pernah berkhayal akan mendapatkan kesenangan seperti ini, padahal ia belum memberikan apapun kecuali dirinya yang utuh kepada mister Abraham suaminya.
Rumah itu tentunya lebih luas dari Guest House yang sudah ia anggap terlalu bagus. Sangat bagus. Ia tak menyangka akan mendapatkan semua itu.
Mister Abraham menunjukkan semua ruangan yang ada didalam rumah itu. Dari ruang tamu, ruang makan, dapur, ruang keluarga, taman sampai kamar tidur.
"Nanti kita mencoba semua tempat untuk membuat anak sayang!"
Ucapan mister Abraham membuatnya tertawa disela tangisnya. Itu sekaligus menjadi beban moral karna ia sudah mendapatkan semuanya tanpa ia harus memberikan apa-apa terlebih dahulu. Bahkan belum ada tanda-tanda penerus keluarga Abraham didalam rahimnya.
"Baru sebulan, jangan terlalu khawatir! Kita nikmati kebersamaan kita terlebih dahulu, puas-puas berdua sebelum jadi bertujuh!" Bisiknya lirih didepan matanya. Sepertinya mister Abraham mengerti resahnya saat terlihat terdiam mendengar ia menyebut anak. Sepertinya ia sadar perubahan rautnya hingga mengatakan demikian.
"Bertujuh?" Ulang miss Brainly sambil melebarkan mata mendengar ucap mister Abraham mengatakan bertujuh.
Mister Abraham mengangguk dengan senyum tertahan.
"Astagfirullah! 7?" Lagi-lagi miss Brainly mengulang.
Kalau bertujuh berarti ia harus melahirkan 5 anak? Jadi ia harus melahirkan 5 kali. Ia akan melebihi ibunya yang hanya sekali melahirkan lalu meninggalkannya dengan seorang nenek? Bedanya anak-anaknya tidak akan merasakan kasih sayang nenek dari keturunannya. Apakah nyonya Bonita akan sebaik neneknya terhadapnya? Bahkan ketika ia meninggalkannya?
"Sebelum kita pindah bagaimana kalau kita coba dulu?" Miss Brewok mengerling disela pikirannya.
"Coba apa?" Heran miss Brainly berucap dengan curiga.
"Coba bikin anak!" Serunya.
"Awwwww!!"
Mister Abraham mengangkat tubuhnya yang langsung melayang saat berada dalam dekapnya. Kepala miss Brainly menunduk menyatukan dahi mereka sebelum menatapnya lekat. Tangannya menangkup pipi yang kasar karna brewoknya yang tipis.
"Terima kasih, sayang, sudah membuat aku bahagia!" Ucap mister Abraham sebelum meraih bibirnya.
Bahkan suaminya yang berterima kasih bukan dirinya yang seharusnya mengucapkan kata itu.
"Aku yang terima kasih, kamu sudah memberiku surga!" Sahutnya sungguh-sungguh.
'Astagfirullah!' Diam-diam ia beristigfar untuk segala kesalahannya pada mister Abraham yang terlihat terlalu baik.
Mister Abraham melangkah menuju kekamar yang baru saja mereka lihat dan menghempaskannya di-king size yang empuk. Tangannya melingkar dileher suaminya itu saat mister Abraham menyentuhnya seperti yang lalu. Sentuhan yang membuat ia sungguh tergila-gila dan terkadang berpikir apakah ia akan sanggup jika tidak selamanya bisa bersamanya dalam suka dan duka?
"Astagfirullah Yaa Allah!"
Miss Brainly memejamkan matanya. Menikmati sentuhan yang meregang hasratnya. Tubuhnya yang mendamba menghilangkan rasa bersalah seketika saat menemui muaranya.
"Aku mencintaimu!"
#####
Banjarmasin, 20 Maret 2022, 18 Ramdhan 1443H
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top