#AC15

"Kenapa baru sampai? Lama sekali? Mama sudah sampai dirumah hampir dua jam yang lalu!"

Nyonya Bonita langsung membrondong dengan pertanyaan saat mister Abraham dan Miss Brainly yang mendorong kursi roda kakek masih diberanda rumah.

"Dari KUA!" Sahut Ali membuat mata nyonya Bonita melebar.

"Maksudmu apa?" Tanya beliau meyakinkan pikirannya sendiri.

"Kita ke KUA untuk  mendaftarkan pernikahan, ma, sekaligus mempertanyakan berkas-berkas yang harus dilengkapi, sempat mendapat nasehat pernikahan juga!" Jelas Ali lagi.

"Jadi kalian serius?" Tanya nyonya Bonita tak percaya.

"Pernikahan kok main-main, ma, mama saja dulu dengan papa apakah menikah main-main?" Sergah Ali lagi.

"Bukannya..."

"Mama jangan ungkit-ungkit yang lalu ma, jangan heran juga jika ada perubahan, Allah membolak-balik hati manusia itu bisa dengan mudah, apa yang sulit bagi Allah? Kun Fayakun!" Potong Ali mendengar kebingungan mamanya.

Nyonya Bonita melongo mendengar tutur putranya. Semudah itu? Baru sebulan yang lalu teriak 'ogah', tau-tau sebulan kemudian omongannya sudah 'kun fayakun' saja. Ya Tuhan. Nyonya Bonita memijit kepalanya. Putranya mau menikah dengan gadis yatim piatu yang asal usulnya tak jelas lalu hanya hidup dari gaji dan fasilitas dari mereka dua bulan ini?

"Sudah ma, jangan terlalu pusing memikirkan, nanti mama stroke!"

'Astagfirullah hal adzim!'

Miss Brainly menyentuh lengan Mister Abraham. Berharap lelaki itu tidak terlalu frontal dan keras berucap kepada ibunya.

"Saya permisi membawa kakek kedalam dulu, nyonya!" Pamit miss Brainly saat ia hendak mendorong kursi roda kakek kedalam rumah, sekaligus ingin menghentikan pembicaraan yang sedikit membuat dadanya nyeri.

Beberapa hal membuat pikirannya tak nyaman. Nyonya Bonita seolah mengatakan tadinya mister Abraham tidak berkenan hingga mencarikan yang lebih layak, namun ia berpikir bukankah ia juga tidak berkenan tadinya. Namun merasa tidak layak membuatnya ingin bercermin.

"Carmen mana?" Nyonya Bonita justru menanyakan Carmen seolah tak acuh dengan pamit miss Brainly. Rupanya sang ibu belum terbuka hatinya untuk menerima kenyataan.

"Lho? Bukannya dia ikut mama?" Sahut Ali sambil ikut bergerak dan membantu mendorong kakek.

"Lho, tadikan denganmu!" Nyonya Bonita ikut masuk kedalam mensejajarkan langkah dengan mereka.

"Dia yang minta pindah karna aku bilang mau ke KUA!" Sedikit berdusta namun tidak salah, Ali menjelaskan.

"Mana? Carmen tidak menemui mama!" Seru mamanya setengah panik. Kenapa juga ia tidak menelpon dan gadis itupun tak menelpon. Bagaimana pertanggung jawabannya membawa anak gadis orang?

"Yo ndak tau kok tanya saya!" Sahut kakek Abraham berkelakar. Sepertinya ucapannya terdengar tidak asing. Miss Brainly menahan senyumnya sementara mister Abraham tak bisa menahan tawa.

"Kakek ini pakai jurusnya siapa sih?" Tanya Ali disela kekehannya.

"Yoo ndak tau, kok..."

"Tanya saya!" Sambung Mister Abraham.

Kakek Abraham sepertinya sudah sangat bahagia hingga tidak terlalu peduli pada apa yang dipersoalkan menantunya itu. Ia sudah memegang kata-kata Ali untuk menyelesaikan dengan mamanya. Selama ini ia selalu percaya kepada cucunya itu. Meski pada akhirnya sesuatu yang tidak diinginkan terjadi. Aset dibawa pergi beserta calon istri. Ia sudah berpesan pada mister Abraham, jangan sampai terulang lagi kejadian gagal mempertahankan calon istri. Sebelumnya kebahagiaan harus dirampas asisten sendiri, jangan sampai kebahagiaan saat ini dirampas ibu sendiri.

"Sebagai laki-laki kau akan menjadi kepala rumah tangga, setiap keputusan kau yang ambil meskipun adalah buah tukar pikiran dengan dia!"

Miss Brainly yang ada disebrang kakek saat berada dirumah makan selepas dari KUA, masih merasa dadanya seperti digelitiki mendengar nasehat pernikahan dari Kakek Abraham.

"Iya kakek, kalau ada kesulitan, karna kita sama-sama lelaki, aku akan berkonsultasi dengan kakek, seperti yang sudah-sudah!"

Miss Brainly menoleh pada mister Abraham. Seperti yang sudah-sudah? Miss Brainly jadi curiga apa yang sudah dilakukan mister Abraham untuk meyakinkannya akhir-akhir ini adalah strategi dari kakek Abraham. Ia menoleh Mister Abraham dan kakek Abraham bergantian.

Tapi benarkah salah jika seorang laki-laki meminta masukan dari kakeknya? Strategi dari siapapun terpenting itu baik bagi mereka. Buktinya ia benar-benar dibuat melting dan tak berdaya. Tidak harus menjalani pernikahan dulu dan jatuh cinta didalam pernikahan itu, namun sebelum menikah sudah ada penerimaan. Kakek seolah merangkap comblang.

"Kakek berdoa semoga kalian bisa mencintai dalam suka maupun duka, semoga Allah meneguhkan iman dan perasaan kalian!"

Kakek menggenggam tangan mereka berdua dari seberang meja. Berkata dengan kilatan kaca dimata beliau yang nampak berbinar.

Ily terkadang tak habis pikir, kenapa bisa kakek begitu berharap padanya. Mereka baru kenal, ia baru menolong kakek sekali, iapun sudah tak punya siapa-siapa lagi. Kakek terlalu percaya padanya. Padahal bisa saja ia tak sebaik yang kakek pikir.

"Hanya Allah yang mampu membolak-balikkan hati, mudah saja bagi Allah untuk memberi petunjuk pada yang Dia kehendaki!" Ucap kakek Abraham lagi menatap mereka dalam-dalam bergantian.

"Kakek istirahat dulu ya, sekarang sudah kembali kekamar sendiri yang nyaman!" Ucap miss Brainly saat mereka sudah membantu mereka menaiki ranjangnya.

"Terima Kasih, Ali Ily!"

"Carmen minta maaf tidak bisa ikut mengantar papa pulang, tadi dia ditelpon rumah sakit, ada pasien yang harus segera ditangani dan hanya mau dengan Carmen!"

Sementara Nyonya Bonita menjelaskan mengapa Carmen tidak menemuinya setelah turun dari mobil Ali. 

"Untung saja ma, kalau tidak bagaimana dia pergi ke health hospital kalau tadi ikut aku!" Sahut Ali.

"Ya diantarkan bisa!" Tukas nyonya Bonita.

"Beda belokan ma, dan itu cukup jauh dari KUA apalagi dari sini!" Sahut Ali lagi.

"Pasti ada hikmahnya tadi!" Sela kakek kemudian.

"Hikmah buat siapa, pa?" Tukas nyonya Bonita masih saja berkeras.

"Ali Ily kalian istirahat saja dulu!"

"Baik, kek!" Angguk miss Brainly cepat.

Ia pikir ia juga tak harus mendengarkan kalimat-kalimat tidak mengenakkan keluar dari orang yang tidak mungkin tidak ia hormati, sebagai atau bukan calon mertuanya.

"Permisi kek, permisi nyonya." Pamit Ily.

Ily pun berlalu setelah melihat anggukan kakek dan tatap yang tak tahu apa artinya dari ibunya Ali.

Kakek mengisyaratkan agar Ali menyusul Ily setelah beberapa saat ia bingung harus berbuat apa. Ia ingin sekali membantu kakek menghadapi ibunya tapi ia juga ingin memastikan Ily tidak mengambil hati dengan ucapan-ucapan ibunya. Namun karna isyarat kakek, akhirnya ia mundur dan menyusul Ily hingga didepan pintu.

"Sudahlah Bonita, berhenti memusingkan hal yang tidak perlu kau pusingkan, kau tinggal memberi restu apa susahnya? Kau mau mencari yang kaya sedangkan anakmu sudah kaya, dia yang seharusnya bertanggung jawab pada keluarga bukan malah numpang kekayaan orang!"

Akhirnya kakek Abraham angkat bicara untuk membantu Ali memberikan pengertian pada ibunya yang masih kekeuh dengan harapannya setelah ia tidak melihat lagi punggung Ali dan Ily yang menghilang dibalik pintu yang terbuka.

"Kau mencari yang asal usulnya jelas, kurang jelas apa dia, dia yatim piatu, ibu bapak, kakek nenek sudah tiada sementara dia putri tunggal seperti putramu!" Lanjut kakek lagi.

"Jangan terlalu mengambil alih hak Tuhan dalam memutuskan!"

"Papa juga memaksa pada anakku, papa memaksa dia menikah dengan gadis yang tidak dia inginkan!" Sahut nyonya Bonita.

"Tanya saja dia sekarang apakah masih tidak menginginkan pilihanku! Kalau memang tidak, aku tidak akan memaksa lagi karna ikhtiarku sudah cukup!" Ujar kakek menantang.

"Kau lupa dirimu juga siapa Bonita, apakah aku dulu mempersulitmu menikah dengan putraku?" Ucap kakek lagi membuat nyonya Bonita terbungkam.

"Dan saat putraku sudah tiada apakah aku mempersulitmu untuk mencari penggantinya?" Tanya kakek lagi didalam keterdiaman menantunya.

"Mudahkan urusan oranglain Bonita, maka urusanmu, Insya Allah juga akan dimudahkan!"

Kakek Abraham menghembuskan nafasnya keras. Untung saja tidak ada perdebatan setelah ia meluncurkan kalimat-kalimat menohok pada Bonita.

Sementara tepat diluar kamar, miss Brainly tersender didinding dengan mendekap kedua tangan dan dihadapannya mister Abraham menatapnya dalam-dalam.

"Jangan diambil hati ucap ibuku!"

"Aku tidak bisa!" Desah Miss Brainly. "Biar bagaimanapun kalau kita jadi menikah ibumu menjadi mertuaku, kalau ibumu tidak suka dan tidak bersikap baik padaku aku pasti tidak nyaman!" Lirih miss Brainly.

"Yang penting kau tetap baik padanya!" Ucap mister Abraham sambil menaruh telapak tangannya didinding tepat disamping kepala miss Brainly yang tersandar disana.

"Lalu? Apa kau biarkan aku dibenci ibumu?" Miss Brainly nampak kalut menatapnya.

"Tidak! Aku ingin sakinah bersamamu kau tau?"

Miss Brainly menggigit bibirnya. Sakinah katanya? Dadanya berdegup kala sebelah tangan mister Abraham yang lain terangkat dan akan menyentuh pipinya. Kepalanya makin terpojok didinding itu refleks.

"Tadi daftar di KUA tanggal berapa? Mama tidak mau bukan mahrom sudah mojok didalam rumah!"

Jantung mereka hampir lepas seketika saat menoleh, didepan pintu nyonya Bonita sudah berdiri dengan satu tangan dipinggang.

"Astagfirullah!"

#####
Banjarmasin, 17 April 2022, 15 Ramadhan 1443H

Alhamdulilah tak terasa hari ini hari ke 15, puasa sudah setengah jalan, semoga kita dapat selesaikan bulan ini dengan penuh berkah dan rahmat dari Allah, dan kita dapat lahir fitri kembali dibulan syawal. Aamiin 🤲

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top