#AC13
Besok aku jemput!
Miss Brainly menahan senyumnya membaca pesan Mister Abraham. Ia sudah tidak bisa mengontrol lagi perasaannya. Meski tidak pernah memikirkan dan menyatakan ia mau menikah dengan si brewok itu, apa daya dia wanita yang mudah tersentuh hatinya meski diam-diam.
"Jadi?"
Setelah mister brewok mengatakan deal mereka akan menikah dan tidur seranjang. Berdetik-detik miss Brainly tak mampu berkata-kata. Matanya yang berkedip-kedip dengan tubuh terdesak didaun pintu seolah tak mampu menahan elang itu untuk menusuk retinanya.
Akhirnya kejadian seperti disinetron atau difilm atau dibacaan lain terjadi. Tatap-tatapan slow motion mode on. Setelah lensa miss Brainly berhenti berkedip akibat mencoba melawan tatap lekat lentik meng-elang hampir tanpa jarak. Tubuhnya makin terdesak didaun pintu, sementara jantungnya bagai mau lepas dan meluncur keperut. Ia hampir kehabisan napas karna ditahan lalu ia memejamkan mata karna hembusan napas mister Abraham menghangat menerpa wajahnya.
Linglung melanda.
Sementara mister Abrahampun tak kuat menahan napasnya terlalu lama hingga terlempar begitu saja menyapu wajah miss Brainly. Untung hangat dan wangi. Buktinya miss Brainly tidak pingsan. Justru ia pelan-pelan menghembuskan napasnya, agar tidak menjadi hembusan napas yang terakhir akibat ia kehabisan oksigen. Bisa tamat, tidak jadi menikah, tidak jadi seranjang, eh.
Astagfirullah hal adzim.
Tidak boleh menatap lama-lama. Haram, haram. Miss Brainly lantas menunduk. Padahal bukan hanya merasa haram tapi juga tidak kuat menentang tatap itu. Ah, kenapa ia jadi lemah. Padahal mau gengsi dan jual mahal, tau-tau ia tidak bisa mengalahkan strateginya mister Abraham dengan pertanyaan yang menjebak.
"Besok aku jemput! Tunggu saja!"
Menjemput? Lalu kakek Abraham ditinggal sendirian lagi? Lalu memangnya dia tidak berangkat kerja? Bukankah bisa kirimkan supir saja? Atau taxi online sudah menjamur kenapa harus repot?
"Kamu calon istriku, wajar saja bukan?"
Pertanyaan didalam hati, terjawab dengan sebuah kalimat yang membuat ngilu ulu hati. Pita suaranya sepertinya agak terganggu. Ia merasa blank. Kenapa ia harus berada dibawah kuasa mister Abraham sekarang.
'Yaa Allah, Yaa Allah!' Batin miss Brainly.
"Ya sudah, aku kembali ke Rumah Sakit, kamu istirahat, minum larutan penyegar supaya tenggorokannya tidak kering, biar tidak hilang suaranya!" Pesan Ali membuat Ily mengangkat wajah dan melebarkan mata.
Membuka mulut ingin mengatakan, "hei suaraku masih ada, tenggorokanku tidak kering, kau yang buat aku linglung." Ternyata justru kejadian selanjutnya membuat tenggorokannya makin tercekat.
Mister Abraham menunduk dan mendaratkan ujung hidung keujung kepalanya yang terangkat.
"Sweet dream, Ily!"
Tak sempat protes dan berceramah kalau itu haram, mister Abraham berlalu dari hadapannya dengan meninggalkan sebuah jantung yang seolah kembang-kempis. Bengek. Sandaran punggung miss Brainly makin menekan kedaun pintu. Tubuhnya melorot karna kakinya terasa tak kuat menahan tubuhnya yang serasa tak berdaya.
Kenapa mister Abraham jadi so sweet? Sok sweet? Ily katanya? Sementara ia saja masih 'kau' 'kau', 'saya' 'saya'. Meski sudah tak pernah lagi menyebut 'tuan' namun ia tak pernah memanggilnya Ali.
"Astagfirullah, bahaya, kalau tidak segera halal, dia akan berbuat yang haram terus ya Allah!" Keluhnya sambil meremas rambutnya lalu menyentuh ujung kepala yang tadi disentuh hidung mister Abraham. Seperti ada kupu-kupu yang menggelitik perutnya setelah dadanya mengilu. Itu membuat telapak tangannya berpindah mengelus dadanya. Astagfirullah.
"Aku sudah bilang, kau akan minta segera aku nikahi, sayang!" Senyum mister Abraham mengembang sesaat setelah menoleh kearah dimana miss Brainly berada sebelum ia keluar dari tempat itu, menuju mobil dan meluncur kembali kerumah sakit.
Mister Abraham senyum-senyum sendiri mengingat apa yang sudah ia lakukan. Membuat miss Brainly terbungkam seribu bahasa. Ia anti ditolak dan dianggap tak layak. Kalau perlu pernikahannya dipercepat.
Sesampainya dirumah sakit ia langsung menuju ruangan kakek. Kakeknya nampak tertidur saat ia membuka pelan pintu itu. Alhamdulilah kakek sepertinya baik-baik saja. Ali merebahkan tubuhnya di Sofa. Mengeluarkan gawai dan menaruhnya diatas meja, lalu melipat tangan dan memejamkan mata.
"Pernikahan macam apa itu?"
Ia teringat ucap miss Brainly merespon pertanyaan apakah mereka akan tidur terpisah? Senyum mengembang dibibirnya. Ia sudah belajar memahami apa yang perempuan itu butuhkan. Bukan kesenangan semata namun pernikahan sekali seumur hidup. Miss Brainly berbeda dengan Glora yang masih sibuk senang berfoya-foya. Memang ia bertemu dengan Glora dikehidupan malam. Latar belakang tidak jelas hanya bertugas menemani tetapi ia langsung berani memutuskan menjalin hubungan dengannya dalam waktu yang singkat. Ia pikir kala itu cinta itu buta. Jodoh takkan kemana. Terpenting ia senang dan merasa bebas.
"Kau harus percaya insting kakek!"
Waktu itu kakek berkata saat ia menelpon Ily, Ily menyerahkan telponnya kepada kakek. Rupanya kakek yang minta padahal ia cukup bertanya keadaan beliau saja pada Ily.
"Tapi dia bagaimana kakek?" Tanyanya teringat gengsi Ily saat menolak ia bertanggung jawab.
"Dia aman disini bersama kakekmu," Ucap kakek.
"Tau-tau dia jatuh cinta pada kakek?" Tuduhnya lagi.
"Ya Tuhan, dia pantasnya untukmu, kenapa cemburu pada kakek?"
Dan ia tak tahu waktu itu kakek melirik Ily dan Ily terlihat tersipu mendengar ucapan-ucapan kakek tanpa mendengar ucapan Ali.
"Yang penting berani berbuat, berani bertanggung jawab, itulah pria sejati!"
Kalimat kakek yang terakhir itu yang seperti menamparnya. Berbuat, tak bertanggung jawab. Setidak baiknya ia, harusnya kakek benar, yang gentle harus bertanggung jawab.
Ia membuka matanya. Kenapa jadi tidak bisa tidur teringat mantan asistennya itu? Terbayang-bayang raut wajahnya yang kebingungan karna ucapan-ucapannya yang ia yakin miss Brainly tak pernah menyangka.
Saat menatapnya ia semakin sadar kalau lensa Ily sangat cantik dan ia terhipnotis. Dan gilanya saat dari mata turun ke bibir, ia teringat saat dengan rakus bibirnya diraup bibir tipis itu. Sungguh berbeda dengan keadaan tadi. Ia seolah terkurung tak berdaya dan tak mungkin meraup bibirnya dalam keadaan sadar.
Mister Abraham hampir memukul kepalanya, karna tidak ingin pikiran kakek yang mengatakannya cowok mesum itu benar. Menikah supaya ia tak perlu lagi membuatnya mabuk agar bisa menjamahnya.
Bahkan saat tadi, dengan menatapnya tanpa kedip saja, wajah miss Brainly yang mulus memerah. Ia berhasil membuatnya tak berdaya, hanya dalam satu tatap yang lekat.
Malam ini terasa sepi. Biasanya ada Ily yang menemani menjaga kakek. Meski mereka berdua berjarak tapi mengingat ada dia didekatnya ia jadi tidur tenang.
Mister Abraham meraih gawainya.
Besok aku jemput!
Padahal ia sudah mengatakannya tadi sebelum pulang. Tapi ia tak dijawab karna ia tahu ia lancang mendaratkan hidung kekeningnya yang tertutup rambut. Pasti ia tak menyangka mendapat serangan itu. Pasti yang diujung bibirnya ingin keluar umpatan, "Haram!"
Itulah yang ia harapkan. Kalau tidak mau haram, segera saja halal!
Menunggu jawaban, ia kembali terbayang wajah Ily. Pasti ia sedang tidur dengan nyenyak atau sama sepertinya tidak bisa tidur?
Kalau ada dia didekatnya pasti ia akan nyenyak.
Kakek bagaimana?
Jawaban pesan dari Ily yang tidak nyambung dengan pesannya tetap membuat Ali tersenyum.
Aman. Jangan khawatir, sayang
Mister Abraham tertawa sendiri saat mengirim jawabannya yang terselip sayang.
Kamu tidur kalau kakek tidur, kamu kan juga pasti lelah seharian kerja
Pesan Ily membuat senyumnya makin mengembang. Disuruh tidur sepertinya ia tahu ia mengirim pesan karna tak bisa tidur. Lalu terselip kamu dipesan itu yang membuat senyumnya makin lebar.
Terima Kasih perhatiannya, sayang, kamu tidak bisa tidur seperti aku?
Jawabnya lagi.
Tidak bisa tidur kepikiran kakek
Rupanya miss Brainly masih juga jual mahal. Mister Abraham tersenyum miring, meski ia tak tahu miss Brainly hanya menutupi perasaan yang sesungguhnya saja.
Benarkah hanya kepikiran kakek, aku tidak?
Mister Abraham hampir tertawa sendiri. Kenapa bisa ia berkirim-kiriman pesan seperti ini. Bukan dirinya sama sekali. Ia lebih suka menelpon daripada berkirim pesan. Kelamaan. Tapi tidak mungkin ia menelpon disaat senyap seperti ini. Akan mengganggu kakek saja.
Ia jadi teringat pernah diam-diam terbangun tengah malam dan menemukan Ily tertidur dipojokan. Melihatnya meringkuk seperti bayi ia merasa iba? Kenapa ia bisa tega menjebaknya malam itu? Hanya karna ia ingin Ily mengundurkan diri dan menjauh darinya. Padahal saat ini saja ia tak bisa tidur karna tidak ada dia.
Waktu itu ia bangun dan dengan hati-hati menyelimutinya. Menatapnya sejenak lagi lalu menyentuh kepalanya pelan.
"Maaf ya!" Bisiknya pelan hampir tak terdengar namun sunyi membuat suaranya terdengar mendesau ditelinganya sendiri. Dua jarinya menyentuh pipi Ily yang terlihat lelap hingga bibirnya sedikit terbuka. Kasian. Ali menarik tangannya teringat ia tak bisa sembarangan menyentuh.
Berbalik ingin melihat keadaan kakek, ia terkejut karna kelopak mata kakek sedang terbuka. Berarti kakek melihat apa yang ia lakukan pada miss Brainly.
"Maaf kakek terlambat memejamkan mata!" Bisik kakek menggoda saat mister Abraham ada didekatnya.
"Kakek inii!"
Mister Abraham membenahi selimut kakeknya sambil mencoba menepis rasa malu.
"Kalau kakek keluar dari rumah sakit, jangan tunda lagi, kalian harus segera menikah!"
#####
Banjarmasin, 15 April 2022, 13 Ramadhan 1443H
Hai Hai.
Seneng banget Ali Prilly 14 April semalam bisa berada dalam acara yang sama. Bagaimanapun sebagai APL, momen itu sangatlah langka karna berabad-abad rasanya sudah tidak melihat mereka dalam sorotan disatu acara.
Tidak muluk-muluk, cukup mensyukuri yang sudah ada, tanpa memikirkan yang belum terjadi. Harapan tentu ada mereka seproject tetapi saat ini terpenting mereka bisa berkarya sesuai dengan rencana mereka.
Selamat menjalankan ibadah puasa dihari ke13...
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top