#AC12
Sama-sama sudah menyandarkan punggung ke-jok dalam mobil. Mister Abraham dan Miss Brainly menahan napasnya masing-masing.
Canggung melanda. Menarik sabuk pengaman, mister Abraham melirik pada miss Brainly yang tidak memasang sabuk pengamannya.
"Mau dipasangin?" Tanya mister Abraham mengejutkan miss Brainly.
"Apanya?"
Mister Abraham mengklik sabuk pengamannya. Seolah memberi kode pada miss Brainly maksud dari perkataannya.
"Oh ya ya," mengerti maksud mister Abraham, miss Brainly menarik sabuk pengamannya sendiri lalu mengkliknya sama seperti yang dilakukan mister Abraham.
Untung saja tidak ada adegan seperti disinetron atau difilm atau dibacaan lain dimana si cowok dengan romantis sambil tatap-tatapan memasangkan sabuk pengaman. Jarak tentu akan semakin dekat. Dada berdebar-debar. Dan hembusan napas mereka yang tertahan tau-tau akan beradu.
Uhg. Miss Brainly memejamkan matanya karna membayangkan sesuatu yang tidak terjadi. Membayangkan saja dadanya berdebar-debar apalagi terjadi. Mungkin ia akan kehilangan banyak oksigen karna menahan nafas terlalu lama.
Suasana diantara mereka saat ini benar-benar jauh berbeda. Jangankan untuk berdebat, mencari bahan pembicaraan saja terasa sulit. Blank. Benar-benar sepi tanpa adu argumentasi seperti biasa. Bahkan tadinya soal tempat makan siang saja saat mereka dijalan akan menjadi sebuah perdebatan.
"Makan siang di tempat yang ada musholanya!" Ujar Miss Brainly.
"Kenapa tidak ditempat terdekat yang kita lewati saja?"
"Kalau begitu singgah dimesjid saja dulu!"
"Bukankah lebih baik mendahulukan makan agar tidak kepikiran perut yang keroncongan saat sholat?"
Biar bagaimanapun, mister Abraham pernah memenangkan perdebatan. Karna ia benar.
Imam As-Syaukani dalam kitabnya, Nailul Authar menyebutkan hadits Rasulullah SAW yang berbunyi:
Dari Anas bin Malik Rasulullah SAW bersabda: "Ketika makan sore telah didatangkan maka mulailah dengannya sebelum sholat magrib, dan janganlah tergesa-gesa dengan makan sore kalian,".
Akhirnya miss Brainly mengalah karna ia baru ingat ada ceramah yang sering tak sengaja ia dengar sayup dari mesjid dekat Guest House-nya, "Kalau memungkinkan waktunya, jaraknya lama maka makan dulu baru sholat. Karena nanti bisa bikin tidak fokus, sholat tapi pikirannya makan. Lebih baik makan tapi pikirannya sholat. Jadi setelah makan langsung sholat," ujar Ustaz itu.
Makanya miss Brainly mengalah. Ia bukan type yang ingin selalu memenangkan perdebatan meski ia kurang benar. Kalau masuk akal kenapa harus mencari pembenaran agar memenangkan debat. Lagipula ini bukan perlombaan, tugasnya bukan untuk mencari siapa yang benar dan siapa yang salah.
"Dimana?"
Miss Brainly mendengar mister Abraham dalam hening bertanya.
Pertanyaan itu lolos dari mister Abraham kala mobil sudah keluar dari halaman rumah sakit dan mobil menyusuri jalan lalu ia merasa tidak punya tujuan karna tak tahu harus kemana mengantar miss Brainly?
"Residence Guest House!" Jawab miss Brainly singkat.
Untung paham. Sekian lama diam pertanyaannya 'dimana' saja?
"Kenapa bukan apartemen?" Tanya Mister Abraham mendengar miss Brainly mengatakan dia tinggal di Guest House.
Guest House merupakan penginapan, namun berbeda dengan hotel atau losmen. Tempat untuk bermalam dan beristirahat tersebut menyediakan fasilitas menginap yang sederhana layaknya rumah sendiri.
Hampir saja ia berpikir kakek Abraham kenapa tega hanya memfasilitasi asistennya sebuah guest house? Tapi memangnya ia tadinya peduli?
Selama ini ia merasa tidak penting mengetahui dimana miss Brainly tinggal, bagaimana perjanjian antara dia dengan kakeknya, dan lain-lain meskipun miss Brainly menjadi asistennya. Ia tidak tertarik mengetahui lebih jauh. Dan tidak pernah pula bertanya apalagi mengantar, karna miss Brainly difasilitasi sebuah mobil jadi dia pergi dan pulang sendiri dari kantor ketempat tinggalnya.
Mobil miss Brainly saat ini berada dirumah kakek Abraham. Waktu itu mereka berdua melarikan kakek Abraham kerumah sakit menggunakan mobil mister Abraham. Mereka memang tidak menelpon ambulance karna mereka sepakat tidak mau menunggu. Mereka tidak ingin terlambat menolong kakek.
"Saya yang mau tinggal disana..." jawab miss Brainly pada pertanyaan mister Abraham kenapa ia tidak tinggal diapartemen.
"Oh," Mister Abraham mengangguk-angguk. Dia yang mau, bukan kakek yang memilihkan, batin mister Abraham.
"Fasilitasnya lengkap, buat saya itu sudah sangat bagus, bahkan terlalu besar untuk saya sendirian!" Lanjut miss Brainly lagi setelah hanya oh terdengar dari mister Abraham.
"Berarti kalau berdua bisa?"
Mister Abrahampun tak tahu kenapa ia tak bisa mengontrol mulutnya.
"Maksudnya?" Miss Brainly terheran dengan pertanyaan mister Abraham.
"Mmhh, nanti kalau kita sudah menikah, kamu mau tinggal dimana?"
Miss Brainly melongo mendengar pertanyaan mister Abraham. Kapan ia sudah mengiyakan? Kok pertanyaannya seperti sudah pasti saja?
"Tetap di Guest House? Tinggal dirumah yang aku tempati sekarang bersama kakek, atau kita pindah tinggal berdua di apartemen saja?"
Belum mendapat jawaban, mister Abraham justru melontarkan penjelasan berupa pertanyaan pula yang membuat darah miss Brainly makin berdesir tak karuan. Dan sepertinya darahnya naik keatas, singgah diwajahnya yang seketika menghangat.
Ini mengajak menikah versi mister Abrahamkah? Bukannya will you marry me atau apakah kau mau menikah denganku, tapi justru menguncinya dengan pilihan dimana tinggal?
Cerdas juga si mister. Seolah dia tidak bisa ditolak dan tidak ingin dikatakan tidak layak. Cerdas atau arogan? Masih juga ia menggunakan ego atasan kepada bawahannya.
Sejenak miss Brainly tak bisa berkata-kata. Mau jawab apa? Diberikan pilihan tinggal dimana saat dia tidak pernah menduga mister Abraham akan melontarkan pertanyaan itu. Menikah saja dia belum sempat memikirkan mau atau tidak, karna fokus merawat kakek Abraham, apalagi memikirkan akan tinggal dimana setelahnya?
Memang selama merawat kakek Abraham, beliau seringkali memberikan pandang-pandangan kepadanya.
"Dia menelponmu?"
Waktu itu kakek bertanya setelah ia menerima telpon dari mister Abraham.
"Iya, menanyakan kakek!" Sahut miss Brainly cepat menyembunyikan debarnya.
"Menanyakan kakek kenapa kau sepertinya salah tingkah?" Tanya kakek Abraham membuat miss Brainly makin tersipu saja.
Kakek Abraham memang tidak bisa dibohongi. Maklum senior. Lebih banyak pengalaman.
"Tidakk, kekk!" Elak Ily sambil menggeleng dan menggigit bibirnya.
"Dia sudah membuat hatimu berdebar-debar hah?" Senyum kakek menggoda Ily.
"Ahh, kakek ini!" Ily jadi makin tersipu dan bersemu.
"Semoga dia sudah move on dan bisa meyakinkanmu!" Harap kakek.
"Dari awal kakek tidak suka mendengar hubungan Ali dengan orang itu! Dia tidak pernah mengenalkannya pada kakek, tapi dari tingkah laku Ali, gadis itu tidak membuatnya lebih memikirkan masa depan, terbukti Ali jadi lebih suka bersenang-senang hingga tengah malam!"
Kakek Abraham bahkan jadi setengah mencurahkan isinya. Kalau bahasa sekarang curcol. Curahan hati colongan.
"Kakek juga punya pengalaman seperti Ali, menjalin hubungan dengan seseorang yang tidak membuat kakek berada direl, kakek buyutmu juga tidak setuju sampai menjodohkan kakek dengan seorang gadis yang waktu itu datang kerumah melamar pekerjaan sebagai asisten rumah tangga!" Tutur kakek Abraham lagi.
"Asisten rumah tangga?" Miss Brainly mengulang ptofesi yang disebutkan kakek.
"Jangan salah, ternyata nenekmu hanya pura-pura dijadikan asisten rumah tangga, dia seorang psikiater yang ditugaskan untuk membantu kakek dari kena mental!" Cerita kakek lagi membuat Ily makin tertarik mendengar kisahnya.
"Kena mental?" Tanyanya tak mengerti kenapa sampai kakek kena mental.
"Pacar kakek meninggalkan kakek, bedanya bukan kabur bersama asisten membawa aset seperti Ali, namun dia terang-terangan minta putus karna kakek tidak bisa membelikan apa yang dia mau, akibat rekening kakek dibatasi oleh kakek buyutmu!" Jelas kakek Abraham lagi.
"Gara-gara itu kakek jadi gila, eh maaf!"
Kakek Abraham terkekeh mendengar Ily menyebutnya gila.
"Dia sudah menghabiskan banyak uang kakek, kakek sudah belikan rumah, belikan barang-barang branded dan ketika kakek mengajaknya menikah dia tidak mau, kakek buyutmu marah lalu mencabut fasilitas kakek, dan terjadilah, dia meninggalkan kakek padahal kakek sangat mencintainya, karna itulah kakek tidak ingin Ali salah melangkah dan salah memilih lagi!"
Astagfirullah. Meskipun beda kasus ternyata pengalaman kakek mirip dengan pengalaman cucunya. Ily tersanjung mendengar kakek mau bercerita pengalamannya. Terlebih kakek menyebut 'kakek buyutmu', 'nenekmu' seolah ia benar-benar dianggap cucu bukan oranglain.
"Hey, melamunkan apa?"
Miss Brainly terjengit mendengar pertanyaan yang membuat pikirannya yang tadinya melayang, kembali kesebelah mister Abraham yang berada dibalik kemudi. Bahkan mobilnya saat ini sudah berhenti.
"Astagfirullah, sudah sampai!" Ucap Ily panik saat melihat mobil sudah berada didepan Guest housenya.
"Kamu belum menjawab, mau tinggal dimana nanti? Atau aku harus cek dulu kedalam apakah layak ditinggali berdua?"
Apakah ini modus mau mampir? Miss Brainly rasanya tak bisa berpikir lagi saat mister Abraham turun dari belakang kemudi lalu ia mengikutinya. Bahkan kemudian saat tangannya ditarik lalu melangkah bersama mister Abraham ia makin merasa tangannya beku. Ia tak berontak, tak menolak, tak juga bisa berkata apa-apa.
Ruang tamu, meja makan, pantry, kamar, semua ditelusuri mister Abraham satu persatu.
"Kamu tidur disini?"
Miss Brainly mengangguk saat mister Abraham mendorong pintu kamar dan mengamati didalamnya yang berisi tempat tidur queen size.
"Kalau kamu disitu? Aku dimana?"
"Mak..maksudnya?"
Miss Brainly tergagap dengan keanehan pertanyaan mister Abraham.
"Kalau kita menikah, apa kau mau seranjang atau aku tidur disofa?"
Jantungnya berdenyut ngilu. Astagfirullah, mister Abraham sedari tadi membuatnya tak berdaya, padahal ia saat ini sadar.
"Pernikahan macam apa itu pisah ranjang?" Sahutnya spontan.
Mister Abraham menaruh sebelah tangannya didinding pintu disamping kepala miss Brainly yang tersandar disana karna mereka sudah hampir tak berjarak. Lentik miss Brainly berkedip-kedip saat beradu dengan tatap lentik didepannya yang lekat.
"Berarti deal, kita menikah dan tidur seranjang!"
Dan Miss Brainly pun kembali melongo dengan keajaiban mister Abraham yang menodongnya tanpa ia mampu berkelit.
"Astagfirullah!"
#####
Banjarmasin, 14 April 2022, 12 Ramadhan 1443H
Hay Hay!
Alhamdulilah sdh hari ke12.
Mari kita kirimkan doa untuk alm Opa H. M. Sidik Latuconsina bin Sidik Latuconsina (kakek Prilly) yang berpulang rabu semalam. Semoga beliau mendapatkan tempat terbaik disisi Allah SWT. Dan keluarga yang ditinggalkan diberi kesabaran.
Innalilahi wainnailahi rojiun, allahummaghfirlahu warhamhu wa afihi wa fu anhu....🤲
Kakek panutan, kakek inspirasi bagi keluarga besar beliau.🥺
Kenapa jadi inget kakek Abraham ya? Kenapa aku mempertahankan karakter beliau semalam? Tadinya kupikir kepergian kakek menjadi titik balik bagi mister Abraham, namun aku berubah pikiran....
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top