#AC11

"Menikahi dia?"

Mister Abraham mengulang pernyataan kakeknya dengan nada pertanyaan.

Kenapa ingin menjauhkannya malah akan semakin mendekatkannya? Mister Abraham langsung  tidak bisa membayangkan apa jadinya jika gadis itu menjadi istrinya? Jadi asisten saja posesif apalagi jadi istri yang hidup bersama setiap hari dari bangun pagi sampai tidur lagi.

"Jadi asisten saja posesif, kek, bagaimana kalau jadi istri?"

"Ali, dia hanya menjalankan tugas dari kakek, semua demi kebaikanmu, akan lebih baik kau peristri dia supaya kau tidak perlu membuatnya mabuk dulu untuk menjamahnya!"

Mendengar ucap kakeknya,  semburat merah begitu saja menyembur dari wajah mister Abraham dibalik brewok yang terlihat tajam berkilat.

Kakek pikir dirinya cowok mesum? Niatnya kan agar miss Brainly mengundurkan diri tak peduli ia membencinya. Kenapa jadi senjata makan tuan begini?

Glora sudah membuatnya kehilangan selera untuk memulai hubungan baru. Setidaknya, tidak untuk saat ini. Tau-tau mendadak ia harus menikah dan punya istri? Bukankah ini diluar dari ekspektasi. Hal yang paling ia hindari, hubungan antara ceo dan sekretaris. Ternyata apa yang ia hindari malah terjadi.

"Maaf, kek..."

Miss Brainly tidak tahan untuk diam saja mendengarkan kedua pria kakek bercucu didepannya. Mereka sedang membicarakan masa depannya. Mereka sedang mengambil keputusan untuk kehidupannya kedepan. Ia merasa wajar untuk memberikan tanggapan. Ini bukan hanya tentang kebahagiaan mereka, tapi tentu juga kebahagiaannya. Apalagi ini tentang pernikahan, dimana ia tidak pernah mimpi menikah terpaksa apalagi dipaksa.

"Terima Kasih kakek berusaha agar dia bertanggung jawab atas perbuatannya yang tidak ada akhlak, kek, saya sangat menghargai, tapi..."

Miss Brainly menggantung ucapannya saat ia menatap  kakek Abraham yang terlihat
meredup kecewa. Sepertinya beliau merasa ucapan Ily adalah sebuah penolakan.

"Heiii, sini!"

Mister Abraham, berdiri dan meraih tangan miss Brainly.

"Sebentar kek, kami akan berdiskusi!" Pamit mister Abraham pada kakeknya.

Ia sangat khawatir melihat perubahan raut wajah kakeknya. Ia tak ingin terjadi lagi pada beliau seperti saat ia menolaknya.

"Disini saja kakek mau mendengar langsung diskusinya!" Tuntut kakek Abraham.

"Tapi..." Ali terdiam saat tangan kakek terangkat tanda ia tak ingin mendengar apa-apa lagi dari Ali.

"Kakek..."
Ily menggantung kalimatnya melihat binar teduh dimata kakek yang lagi-lagi membuatnya tak nyaman.

"Kau ingin melihat kakek baik-baik saja bukan?"

Miss Brainly menunduk, ia ingin sekali menjawab, ia ingin dinikahi orang yang benar-benar menginginkannya. Bukan terpaksa. Ia punya harga diri meskipun bagi mister Abraham sudah tidak lagi karna pria itu sudah pernah melihat isi dibalik kain yang menutupinya.

"Bagaimana kalau kakek fokus pada kesembuhan kakek dulu!" Usul Ily.

"Kakek akan sembuh kalau kalian mau menikah!" Sahut kakek lirih.

"Kakek ingin melihat kalian bahagia!" Lanjut kakek Abraham lagi.

"Bagaimana bisa bahagia kalau terpaksa, kek!" Ucap miss Brainly lagi.

"Dengarkan itu, Li, dia tidak ingin kau terpaksa, bukan dia yang menginginkan ini, dia ingin mundur, tapi kakek yang menahan!" Ucap kakek Abraham pada cucunya.

"Ya mundur saja!" Sungut Ali.

"Ali!" Bentak kakeknya tak senang.

Kakek memegang dadanya.

"Kakek jangan berpikiran macam-macam, abaikan yang membuat kakek tidak sehat," saran Ily prihatin terhadap kakek.

"Kau yang menolak, itu yang membuat kakek tidak sehat!" Tuduh Ali pada Ily yang menatapnya dengan mata berkilat.

Astagfirullah. Kenapa jadi aku yang salah? Batin Ily.

"Berarti kau tidak menolak?" Tanya Kakek.

"Yang menolakkan dia, kek," Ali membela diri.

"Ily?"

Kakek Abraham menoleh pada Ily mencari jawaban.

Menatap kakek yang tadinya ia tangisi karna takut terjadi apa-apa padanya membuat Ily galau. Kakek begitu baik dan perhatian selama ini. Memberinya bayaran mahal hanya untuk menjadi asisten cucunya yang sesat. Namun, haruskah ia berkorban? Atas dasar apa? Bukankah ia ingin menikah sekali seumur hidup. Kalau dijajah bagaimana ia bisa mewujudkan mimpinya agar hidup bersama tidak seumur jagung.

"Kakek, bolehkah aku berpikir dulu? Ini tentang masa depanku, kek, aku yakin kakek pasti mengerti!" Mohon Ily dengan nada menyesal.

"Seharusnya saya yang berpikir, kenapa justru kau?"

Ego mister Abraham terusik karna miss Brainly seolah jual mahal.

"Ali!" Sergah Kakek Abraham mengingatkan Ali dan melanjutkan ucapannya.

"Kakek setuju dia berpikir, tidak masalah, karna kaupun harus berbenah diri, kalau tidak berniat menjadi suami yang baik, kakek juga tidak akan bisa melihat pernikahan yang tidak bahagia!"

Mister Abraham terdiam. Diminta menikahi lalu juga berbenah diri? Sepertinya permintaan pertanggung jawaban kakek tidak main-main.

"Kalau sampai dia menolak berarti kau tak layak," ujar kakek tanpa tekanan.

"Kenapa kakek seolah menjatuhkan mentalku?" Tuduh Ali pada kakeknya.

"Kata siapa? Kau selalu berprasangka buruk pada kakek, padahal kau yang menunjukkan citra dirimu seperti apa, sudahlah Li, dengarkan kakek, berbenah diri, kalau tidak, kakek akan panggil pengacara untuk merubah surat wasiat!"

Ya Tuhan.
Kenapa jadi begini?
Niat menjauhkan malah dirinya yang seolah ingin dijauhkan. Kejahatan dibayar kontan didunia ini namanya. Batin mister Abraham.

Ia harus membuat miss Brainly tidak menolak dinikahinya. Setidaknya jika ia menikah dengan miss Brainly, jika surat wasiat diubah sekalipun tidak masalah baginya. Dan itu tidak akan mungkin terjadi jika ia berhasil meyakinkannya.

"Tunggulah nona, aku akan membuatmu yang meminta aku menikahimu segera!"

#####

Hari ketiga kakek dirumah sakit setelah dipindah dari ruang ICU keruang perawatan.

"Alhamdulilah, kakek semakin membaik, semoga hari ini dokter mengizinkan pulang!"

Kakek tersenyum dan menyelesaikan suapan terakhir bubur yang disediakan oleh rumah sakit dari tangan Ily.

"Malam ini kau pulang saja dulu ke guest house, kau juga butuh istirahat." Saran kakek.

Meskipun ruangan VVIP dimana ada tempat beristirahat untuk penjaga pasien, sepertinya kakek tidak ingin merepotkan Ily.

Sebenarnya Ily bukan siapa-siapa. Namun dia yang merawatnya selama dirumah sakit. Dan sebenarnya ia beruntung karna ada Ily, kalau tidak, Bonita, mama Ali yang sibuk juga tidak akan punya waktu merawat beliau.

Ibu Ali itu menjenguk disaat jam istirahat sebentar, kemudian ia pergi lagi karna ada urusan. Arisan, seminar, shoping entahlah apalagi kegiatannya.

Mister Abraham akan datang lepas magrib setelah pulang kerja dan membereskan diri dirumah. Bermaksud menggantikan Ily, Ily justru tidak sampai hati meninggalkannya sendirian menjaga kakek.

Benar saja, mister Abraham biasanya justru akan tertidur disofa. Dan ia yang seolah merawat dua pasien sekaligus.

Namun miss Brainly sangat maklum karna melihat wajah mister Abraham yang kusut dan lelah. Meski ia tak tahu mister brewok itu dikantor merasa ada yang hilang kala beraktivitas sendirian.

Jangankan jadwal bertemu klien. Mendengar azan saja ia teringat saat Ily mengingatkannya sholat.

"Tinggalkan dulu pekerjaannya tuan, sholat paling 5menit, biasakan sholat diawal waktu, minta rezeki mau cepet, sholat 5menit berlambat-lambat, jangan heran kalau rezekinya lambat juga, tuan!"

Saat itu pusing mendengarnya. Biasanya sesuka hati bahkan melupakan sholat. Namun dengan kehadiran miss Brainly yang bawel, ia harus beradaptasi dengan perubahan yang harus dia lakukan karna laporan akan cepat sampai ke kakeknya jika ia lebih dari semacam.

Saat makanpun terlupakan sampai perutnya keroncongan karna tidak ada yang mengingatkan. Harusnya sudah biasa, tapi semenjak ada miss Brainly jadi seolah ketergantungan.

Sering ia sengaja menelpon atau mengirimkan pesan pada miss Brainly, sekalian menanyakan keadaan kakeknya.

"Bagaimana keadaan kakek?"

"Alhamdulilah, kakek makin baik!"

"Kau sudah makan?"

Bahkan dia yang bertanya pada miss Brainly karna menunggu ditanya dan disuruh miss Brainly, namun miss Brainly tidak bertanya juga.

Sementara miss Brainly pun tak sadar menggigit bibirnya mendengar pertanyaan itu.

'Tumben nanya, biasanya aku yang mengingatkan dia makan.' Batinnya. 

"Kau sudah sholat?"

"Sud... sudah!" Miss Brainly menutup mulut dengan sebelah tangannya menahan senyum.

Pertanyaan-pertanyaan itu harusnya dulu ia yang mengingatkan pada mister Abraham, tapi kini ia merasa bukan asistennya lagi. Jadi pikirnya tugas itu bukan tugas dia lagi. Dan ia takut mister Abraham tidak senang hati dan mengeluarkan kalimat menyakitkan jika ia ingatkan.

Mister Abraham diujung gawai merasa kesal sendiri karna miss Brainly tidak balik bertanya.

'Dasar tidak peka!' Rutuk mister Abraham.

'Aduh, kenapa jadi stress sendiri!' Keluhnya.

Ia merasa gagal membuat miss Brainly bersimpati padanya. Kakek memberi waktu sampai beliau keluar dari rumah sakit, miss Brainly sudah harus ada keputusan.

"Biar Ali yang menjaga kakek malam ini, Ly!" Ujar kakek Abraham pada Ily.

"Kakek tidak suka aku rawat?" Tanya Ily terlihat sedih.

"Bukan begitu, kau sudah kelihatan sangat lelah, kau bisa kembali besok bergantian dengan Ali!" Jelas kakek.

"Baiklah, kek!" Ujar Ily patuh. Lagipula kakek sudah nampak sehat. Ia bisa tenang beristirahat dikamarnya yang sudah beberapa waktu tidak ia tempati.

Dan saat mister Abraham datang, justru pria itu yang nampak keberatan ditinggalkan miss Brainly.

"Aku antar?"

Aku?
Miss Brainly hampir saja tersenyum.

"Ti.. tidak usah!" Sahut miss Brainly gagap.

"Antar saja, Li!" Sahut kakek Abraham mengejutkan Ily.

"Lalu siapa yang menjaga kakek? Aku bisa pulang sendiri, kek!" Tolak Ily lebih kepada kepentingan kakek Abraham.

Oh no, bukan hanya itu, entah kenapa ia merasa berdebar-debar akan satu mobil dengannya dalam suasana yang berbeda.

"Tidak apa, biar nanti minta perawat yang jaga kakek, lagipula cuma sebentar bukan? Nanti Ali segera kembali kemari, eh tidak cepat-cepat juga tidak apa-apa, siapa tahu ada yang dibicarakan!"

#####
Banjarmasin, 13 April 2022, 11 Ramadhan 1443H

Selamat hari ke 11 berpuasa.
Mister Abraham dan Miss Brainly pulang bareng dulu ya, hahaha

Ohya, jangan lewatkan, nanti cek IG aku ya. Insya Allah, Akan ada challenge dengan hadiah-hadiah yang Insya Allah lagi, layak untuk dinanti dalam rangka menuju *8tahun APL membersamai Aliando Prilly*.
Bukan hadiahnya, namun euporia kita dlm menyambut 8tahun yang bermakna ini.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top