6. PDKT Untuk Anak

Hati-hati ranjau typo bertebaran di mana-mana!!!

HAPPY READING GUYS😍

Biasakan Vote🌟&Comment💬 dulu sebelum baca, ya😉

°°°

Hari sudah larut malam. Semua orang mungkin sudah terlelap dalam mimpi. Tetapi, tidak untuk Zee. Tidurnya harus tertunda dulu, karena tugas laporan kasus. Besok harus selesai di kumpul, maka dari itu Zee menggunakan metode kejar tayang.

Zee pikir, hanya dirinya saja yang belum tertidur di rumah besar Effendi tersebut. Ternyata dugaannya salah. Zee saja yang tak mengetahui, jika kedua orang tuanya belum menutup mata. Suami Istri itu tengah berbincang di atas kasur, sembari berpelukan satu sama lain.

"Mas, Zee udah tidur apa belom, ya? Coba di cek dulu," ucap Sandryna, sekilas melirik jam yang terpajang di dinding kamar mereka.

"Mungkin udah. Kalo belom, dia pasti punya kerjaan. Maklum lah, sayang, anak Koas serba sibuk. Konsulen mereka pasti nyiksa."

Sandryna tiba-tiba mendongakkan kepala. Manik matanya menatap dalam ke arah Faisal. "Mas Faisal juga gitu gak, sama Koas?"

Arah mata Faisal kemudian beralih menatap Sandryna yang masih menatapnya. Faisal lebih mengeratkan pelukannya di tubuh Sandryna. Meskipun usia mereka semakin menua, namun cinta mereka sepertinya tak akan lekang di telan zaman.

"Apanya? Galak, gitu?" pertanyaan Faisal diangguki Sandryna. Mendapati anggukan Sandryna yang kelewat jujur, Faisal jadi gemas. Dia pun memberi cubitan kecil tepat di hidung mancung Sandryna. "Tau aja sih, kalo saya galak. Eum, iya, sih... Saya akui, saya galak. Tapi, itu demi kebaikan mereka sendiri. Tergantung juga dengan kinerja mereka. Kalo lelet-leletan, tentu saya kesel dong."

"Zee sendiri, Mas marahin juga gak, kalo lelet-leletan?"

"Oh, soal itu, saya belom kebagian jadi Konsulen Zee. Dia masih di states pediatri. Dan Residen dia Milzam."

"Si Milzam itu baik, gak? Eum, Sandryna nanya gini, karena takut Zee di perlakukan gak baik. Mas kan, tau sendiri Zee itu orangnya rapuh banget semenjak..." Sandryna menggantung ucapannya. Bibir Sandryna terasa kelu setiap kali ingin membahas kejadian kelam yang pernah anaknya alami.

"Udah, gak usah di terusi." Faisal mengusap lengan Sandryna yang berada dalam rengkuhan tangannya. "Si Milzam itu baik, kok. Makanya saya percayain Zee sama dia. Saking baiknya dia bagi saya, saya semakin yakin dia cocok banget jadi..."

"Jadi apa, Mas?" sela Sandryna cepat. Alis Sandryna spontan bertautan. Bingung melihat Faisal yang entah kenapa menggantung kata-kata.

Dari posisi menyender, Faisal mengambil posisi duduk tegap. Melihat Faisal yang terduduk tiba-tiba, Sandryna jadi mengikuti Suaminya itu. Kini mereka dua sama-sama duduk. Saling menatap satu sama lain.

"Kenapa, Mas?" tanya Sandryna heran, lantaran melihat sikap Faisal yang aneh.

"San, saya mau ngomong sesuatu yang amat sangat penting. Sebenarnya dari dulu saya mau ngomong hal ini, cuma... Saya cari waktu yang tepat aja buat ngomong ke kamu."

"Iya, Mas. Mas Faisal mau ngomong apa? Ngomong aja. Sandryna bakal dengerin, kok. Jangan ada yang di tutup-tutupi."

"Jadi, gini..." Faisal mulai mengutarakan niatnya yang sudah terancang dari dulu. "Kamu tau penyakit Philophobia?"

Sandryna mengangguk kecil. "Tau sedikit sih, Mas. Penyakit trauma akan suatu hal di masa lalu. Ya, gak?"

Faisal mengangguki pertanyaan Sandryna itu. "Iya. Pokoknya itu penyakit kejiwaan, lah. Nah, Psikolog di Rumah Sakit Effendi saya percayakan untuk menangani kasus yang menimpa Zee. Dan, setelah dia pelajari lebih lanjut, ternyata Zee ini terkena penyakit Philophobia itu, San."

"Astaghfirullah! Beneran, Mas?" Sandryna begitu terkejut mendengar pengakuan yang Faisal berikan. Sandryna membungkam mulutnya yang sempat menganga kecil.

"Iya, San. Terus, saya tanya lagi. Itu saya tanya pas gak ada Zee. Saya tanya pasal penyakit Zee lebih dalam, lalu dia bilang..."

Flashback On...

"Jadi, Din, apa yang sebaiknya saya lakukan untuk Zee?"

Faisal dan Dina tengah berbicara serius dalam ruang kerja. Ruang kerja pribadi Faisal sendiri. Sengaja Faisal memanggil Dina kemari hanya untuk membahas pasal penyakit yang anaknya derita. Waktu kemarin menurut Faisal, Dina belum sepenuhnya memberi tahu keseluruhan penyakit yang Zee derita. Karenanya, Faisal tak merasa puas. Faisal pun memanggil Dina. Sekarang adalah waktu yang pas bagi Faisal.

"Philophobia merupakan penyakit yang menyangkut trauma piskis. Maka dari itu, kita harus memberi penganan khusus untuk Zee dari piskis juga."

"Maksudnya?"

"Dok, saya melihat diri Zee. Saya sudah mencoba melihat dirinya dari dalam. Zee mengunci jiwanya. Dia menutup sangat rapat hatinya. Anak Dokter membiarkan dirinya sendiri tenggelam dalam kesunyian. Hal itu tidak boleh dibiarkan, Dok. Diri Zee akan tenggelam selamanya."

"Go straight to the point. I don't like to beat around the bush. Apa yang seharusnya saya lakukan untuk Zee, supaya penyakitnya menghilang? Supaya dia bisa jadi normal?"

Dina menghembuskan napas panjang, sebelum dia mengutarakan pendapatnya untuk kebingungan Faisal. "Ada satu cara, Dok! Caranya dengan PDKT-in Zee sama Cowok!"

Flashback Off...

"Hah? Apa?! Astaghfirullah, Mas Faisal mau Zee pacaran?! Gitu?!" Sandryna memberi pukulan bertubi-tubi di area lengan Pria itu. Pukulan Sandryna yang semakin kuat, tak tahan Faisal terima. Pria itu meringis kesakitan. Menjauhkan tubuhnya dari Sandryna.

"Aw, aw! Gak, San! Bukan gitu maksud saya, Sandryna! Ya Allah, denger dulu sampai selesai! Heh, heh! Berhenti dulu mukulin saya, Sandryna!"

"Gak mau! Sandryna bakalan mukulin Mas Faisal terus! Sampe puas!"

Untuk menghentikan aksi brutal Istrinya yang dapat di pastikan tak akan berhenti, Faisal dengan sigap menangkis kedua tangan Sandryna. Faisal lantas menatap kedua mata Sandryna yang di penuhi amarah.

"Denger dulu, oke! Kebiasaan orang Indonesia kayak gini, nih! Langsung ngegas duluan, padahal belom denger secara keseluruhan." napas Faisal naik turun akibat pergelutan yang di lakukan Sandryna tadi.

"Iya apaan?! Sandryna dengerin, iya, tapi cepetan! Sebelum Sandryna pukul lagi, nih?!" telapak tangan Sandryna sudah mengarah di udara, namun secepat kilat Faisal cegah.

"Eehh! Iya, iya! Cepet, kok, saya jelasinnya. Sabar, San, sabar. Sabar kayak di pantai ya, Istriku. Hehehe..."

Sebelum berbicara, terlebih dahulu Faisal menggaruk rambutnya yang tak gatal. Hal demikian ia lakukan semata untuk menetralisir kecanggungan yang ada.

"Sandryna, saya gak ada maksud nyuruh Zee pacaran. Sumpah demi Allah, maksud saya gak gitu. Cara PDKT yang Dina maksud itu dengan pernikahan. Pernikahan secara sah, gitu loh!"

Kedua kalinya mata Sandryna melotot lebar. "Hah? Maksud Mas perjodohan?! Iya?!"

"Y——ya... Iy——iya! Perjodohan maksud saya. Bagus kan, ide saya?" Faisal terkekeh hambar, karena melihat raut wajah Sandryna yang mulai tak bersahabat seperti semula.

"Ihhh... Mas Faisaaalll... Bagus dari manaaaa?! Ide Mas Faisal itu useless banget! Kebangetan malah!" kini bukan hanya memukul, Sandryna menambah cubitan di seluruh lengan sampai perut Faisal.

"Aw, aw, aaawww... Baguuusss, San, ide saya ituuu... Aaaww!" tubuh Faisal menggeliat ke sana ke mari akibat cubitan Sandryna yang begitu menyakitkan di rasa.

Merasa sudah puas dengan aksi brutalnya, Sandryna akhirnya berhenti mencubiti Faisal. Sandryna terdiam. Menatap Faisal tajam. Tajam tatapan Wanita itu melebihi silet. "Gak! Sandryna gak setuju! Sandryna gak mau nantinya Zee bernasib sama kayak Sandryna!"

"Eh, maksudnya?" Faisal menatap heran sekaligus aneh dengan arah pembicaraan Sandryna.

"Ya, sedikit flashback sih, ini yah... Mas ingat kan, pernikahan kita juga di dasari perjodohan? Dan gimana setelahnya? Gak berlangsung baik, bukan? Nah, Sandryna gak mau Zee bernasib ngenes kayak Ibunya. Biarlah dia sendiri yang memilih pasangan hidupnya."

Wajah Sandryna yang berubah lesu, menimbulkan kembali rasa bersalah Faisal. Rasa bersalah yang pernah ada, namun ia kubur dalam-dalam dari permintaan maaf. Akibat perbincangan ini, sepertinya rasa bersalah Faisal bangkit lagi.

Perlahan Faisal menarik tubuh Sandryna dalam pelukannya. Ia membiarkan kepala Istrinya itu berada di ceruk lehernya. "Cup, cup... Ulululuh... Kenapa berujung flashback sih, San? Saya jadi merasa bersalah lagi nih, sama kamu! Ayo, tanggung jawab kamu, San!"

Sadar akan posisinya sekarang, bergegas Sandryna beranjak. Posisinya kembali duduk. Sekilas Sandryna memukul lengan Faisal geram. "Hih, Mas Faisal mencari kesempatan dalam kesempitan!"

Faisal terkekeh hambar. "Udah, ah! Kamu itu terlalu melebih-lebihkan! Zee gak akan kayak gitu! Dia bakalan bahagia. Saya jamin, San. Kan, saya yang cariin calon untuk dia. Sebagai Papanya, saya bakalan cariin calon untuk dia yang paliiinggg terbaiikkkk!"

"Itu bagi, Mas, tapi nggak bagi mereka berdua." balas Sandryna yang berhasil membuat Faisal bungkam. "Yang menjalani pernikahan bukan kita, Mas, tapi mereka. Mas ini gimana, sih? Mas pernah di posisi korban perjodohan orang tua. Pasti Mas ngerasain bukan, gak enaknya nikah di paksain? Gak pernah ketemu, gak pernah kenal, eh tiba-tiba di paksa hidup berdua selamanya. Nyeseknya itu minta ampun, Mas!"

Berkali-kali Faisal memberi anggukan atas ucapan Sandryna. "Iya, sih. Saya dulu kesel banget sama, kamu. Keseeelll banget! Ngeliat muka kamu itu, kayak nantang ngajak baku hantam di tempat! Muak gitu——"

Plak!

"Jangan jujur-jujur amat bisa gak, sih?!" selepas memberikan tamparan di lengan, Sandryna mengkerucutkan bibir kesal.

Faisal tersenyum melihat Sandryna yang dalam mode merajuk. Satu cubitan di pipi layaknya tiap Sandryna kesal, Faisal lakukan. Faisal coba membujuk Istrinya yang tengah merajuk itu.

"Yaampun my baby honey sweety pretty jangan marah, dong! Saya cuma bercanda. Itu kan, hanya masa lalu. Sekarang mah, beda. Saya malah cintaaaaa bangeetttt kebangetaaannn sama, kamu. Ngerasa berterima kasih banget sama Mami yang ngejodohin kita!"

Bujukan Faisal rupanya berhasil. Mata Sandryna mulai curi-curi pandangan pada Faisal. Melirik malu-malu ke arah Suaminya. Sandryna menghela napas. "Iya, Mas. Sandryna tau, Mas udah cinta sama Sandryna. Dari lama."

Lalu Faisal memeluk Sandryna erat, dan Sandryna juga membalas pelukan itu. Mereka berdua berpelukan sangat erat. Sampai melupakan pembahas mereka dari tadi.

"Mas?"

"Hm?"

"Ini kita tadi ngapain, ya? Gak jadi bahas perjodohan Zee, nih?"

Pelukan mereka yang berlangsung lama pun, terlepas juga pada akhirnya. "Oalah, lupaaa. Duh, gara-gara meluk kamu nih, saya jadi dibuat lupa. Kamu tuh, udah kayak obat bius yak, San?" kedua alis Faisal naik turun. Mirip-mirip seperti Om-om mesum dalam pandangan Sandryna.

"Nah, nah, mulai nih, gombal receh si Dokter!" Sandryna menatap malas ke arah Faisal.

"Yaelah, tapi kamu suka, kan? Jujur aja," Faisal mencolok pipi gembul Sandryna. Pria itu tersenyum lebar sembari menaik turunkan alisnya. Tingkah Faisal itu membuat Sandryna jadi salah tingkah.

Colokan jari telunjuk Faisal di pipinya, dengan cepat Sandryna lepaskan. "Hih, apaan, sih? Si Dokter geer amat sumpah! Udahlah, Mas! Balik topik ke Zee aja. Jangan ganggin Sandryna mulu. Seneng banget perasaan gangguin Sandryna."

"Salah satu hobby saya itu!" jawab Faisal. Jarinya membentuk lingkaran oke. "Tentang Zee, saya udah nemui calon yang pas untuk dia. Itu sih, kalo kamunya setuju."

"Emang ada? Siapa? Kasih tau Sandryna dulu, siapa calon pilihan Mas. Kalo Sandryna rasa baik dalam segi akhlak dan agama, Sandryna mungkin akan pikir-pikir dulu tentang perjodohan ini."

Sontak mendengar itu, kedua mata Faisal berbinar cerah. "Serius, nih?"

Sandryna mengangguk yang membuat Faisal senang bukan main. "Ya Allah, akhirnya... Semoga dengan cara ini, Putriku bisa sehat wal afiat!"

Reaksi yang ditunjukkan Faisal terlalu berlebihan. Sandryna tertawa dibuatnya. "Apa sih, Mas! Lebay amat! Zee itu sakit mental. Bukannya sakit keras."

"Namanya aja seorang Bapak yang sangat menyayangi Putrinya. Jadi, wajar ajalah!" ucapan Faisal ini diangguki Sandryna. Sekedar menyenangkan hati Pria itu saja.

Posisi duduknya ia lebih dekatkan kepada Sandryna. "Nah, oke, San! Sini, kamu. Saya mau bisikin calon Imam buat Zee. Saya udah pilihin yang terbaik banget ini!"

Sesuai intruksi Faisal, Sandryna mengarahkan kupingnya. Faisal lalu membisikkan sesuatu. Sesuatu yang Faisal bisikkan ini tampaknya begitu rahasia. Saking rahasianya, mata Sandryna melotot mendengar setiap bisikkan yang Faisal ucapkan.

"Oh, yang itu! Sandryna kenal banget sama dia, Mas!" seru Sandryna. Sementara Faisal mengangguk bangga atas respon yang Sandryna tunjukkan. "Eh, tapi, alasan Mas mau jodohin Zee sama dia apa? Sandryna malah pengennya Zee nikah sama Danang anaknya si Aisyah, loh. Agamanya masyaAllah, patut di ancungi jempol!"

"Pilihan saya ini juga hafidz kok, San. Dia bisa sukses kayak sekarang, karena bermodalkan hafirdz itu, lah!" Faisal mengambil jeda tiga detik. "Jadi, gimana pilihan saya? Menurut kamu cocok, gak?"

"Eum, cocok, sih... Tapi, Sandryna mau Mas Faisal jangan terlalu gegabah dulu. Liat semakin jauh lagi kedepannya."

"Tenang, San. Saya rasa perjodohannya akan sedikit lama. Seperti apa kata kamu barusan. Saya mau ngeliat dia lebih jauh lagi. Cocok gak, dengan Zee dan perkiraan saya. Caranya, yah... Tiap hari diam-diam saya pantau keseharian dia. Termasuk misalnya dia lagi berduaan dengan Zee."

Sejenak suasana hening. Hening hanya sebentar, karena Sandryna yang mendadak terpikirkan suatu hal. Hal yang pernah menimpa ia di masa lalu. "Mas, apa pilihan Mas ini, punya tambatan hati? Kayak Mas Faisal dulu? Jujur, Sandryna gak mau akan ada hati yang terpatahkan. Cukup Sandryna aja. Nggak untuk Zee."

Lima detik terdiam, barulah Faisal menjawab. "Ada. Tapi... Saya rasa dia beda jauh dengan Liana. Setidaknya akhlaknya lebih dalam dari Wanita ular itu. Doakan saja ini memang pilihan yang terbaik."

Sementara kedua orang tuanya sibuk bergelut pasal perjodohan, Zee malah sibuk bergelut dengan tumpukkan tugas yang di berikan Dokter Milzam. Kamar Feminim itu menjadi saksi bisu kekejaman seorang Dokter Milzam.

Tugas itu baru selesai 30 halaman. Masih ada 20 halaman lagi untuk mencapai 50 halam. Sedangkan hari sudah sangat larut malam. Semua orang sudah teridur pulas. Sebagai manusia normal, Zee juga ingin merasakan tidur nyenyak.

"Hoooaaamm... Ya Allah, dari jam lima sore aku ngerjain ini, sampe jam setengah satu belom selesai juga? Capek banget. Mata juga makin berat. Kayak ada batu yang nyelip."

Zee mengusap matanya berkali-kali. Berharap dengan cara itu menghilangkan rasa kantuk yang menerpa. Layar terang laptop yang menyilaukan pupil mata, menambah rasa pedih di kedua matanya.

"Dokter Milzam kejem banget! Ngasih hukuman yang lain kek, Dok! Sikat Wc kek, atau tidur bareng cadaver kek, terserah, lah! Yang penting jangan laporan kasus!" Zee mendengus. Kepalanya ia tumpukkan di atas lipatan tangan. "Ngantuukkk... Dedek lelah! Nyesel banget ngomong Janji Manis Mantan ke Dokter yang baperan kayak Dokter Milzam!"

Tring!

Notifikasi pesan dari whats app, mengkagetkan Zee yang hampir saja masuk dalam alam mimpi. Dengan mata yang setengah terbuka, Zee mengambil ponselnya. Mengecek siapa pengirim pesan di tengah larut malam begini.

Kalo ngantuk, jangan di terusi laporan kasusnya. Saya gak mau dapat berita Koas yang meninggal akibat kelelahan begadang nyelesain laporan kasus doang.

Alis Zee berkerut membaca sebuah pesan yang ia dapati. Apa lagi pesan itu tanpa nama. Rasa kantuk Zee juga mendadak menghilang, di karenakan pesan tersebut.

"Ini siapa, ya? Kok, tau nomor HP aku yang ini?" Zee merasa heran, sebab ini adalah ponsel yang ia khususkan untuk nomor pribadi saja. Seperti nomor Papa dan Mamanya. Sedangkan untuk umum, Zee menyimpan setiap nomor di ponsel satunya lagi.

Ini siapa, ya?
Send

Zee membalas pesan itu, walaupun ada rasa sedikit takut. Bisa jadi itu orang jahat. Zee tipikal orang yang terlebih dahulu berpikiran negatif.

Tring!

Oh, dengan Residen sendiri aja gak tau? Apa perlu, saya tambahin halaman laporan kasus kamu, supaya kamu ingat siapa saya?

"Omaigat! Ini Dokter Milzam!" mulut Zee menganga lebar. Dia benar-benar terkejut dengan Milzam yang entah dari mana mengetahui nomornya. "Dari mana dia tau nomor pribadi aku? Harusnya dia gak tau! Ini pribadi! Privasi aku! Parahnya yang tau nomor pribadi aku Cowok! Seorang Cowok!"

Di dalam kamarnya, Zee berteriak sendiri. Menjambak rambutnya. Persis seperti orang gila. Karena panik sendiri, tangan Zee keduanya mulai gemetar. Agar tak semakin parah, Zee mulai menarik napas panjang. Mencoba menenangkan diri sendiri.

Setelah merasa baikan, Zee kembali memfokuskan pada Dokter Milzam yang kenapa bisa tahu nomor pribadinya. Zee menggigit pelan bibir bawahnya. Ponselnya ia genggam kuat. Rasa cemas mulai menyelimuti dirinya.

"Apa aku tanya aja, ya? Dari pada penasaran. Terus, malah berujung seudzhon." sebuah keputusan Zee ambil. Zee memilih menanyakan apa yang harus ia tanyakan sedari tadi.

Maaf, Dok. Dokter tau kontak saya dari mana? Soalnya ini kontak pribadi, Dok. Cmiiw😅🙏
Send

Zee bertanya sesopan mungkin di sana. Takut ada perkataannya yang menyinggung Dokter baperan itu. Bisa kacau urusannya, jika sedikit saja berbuat satu kesalahan.

Tring!

Tau dari Papa, kamu. Gak tau juga. Dia tiba-tiba ngasih kontak kamu ke saya. Saya mah, nurut aja. Ini yang nyuruh chat kamu, dia juga. Katanya, saya harus chat kamu. Apa aja. Yaudah, saya tanyain pasal laporan kasus kamu, deh.

Membaca pesan balasan Dokter Milzam, Zee sukses dibuat terkejut bukan main. "What? Papa yang ngasih? Seriously? But, why?"

Di waktu yang bersamaan saat mereka berdua saling bertukar pesan, ada seorang Wanita juga yang menunggu pesan dari seseorang. Seseorang yang teramat spesial baginya. Dia menyender di kasur kamarnya.

Harusnya dia sudah teridur saat ini. Tapi, karena memikirkan Pria itu, matanya jadi sulit untuk terpejam. Ponsel itu terus ia tatap. Berharap ada satu saja notifikssi dari orang yang ia nantikan.

Penasaran sebab tak kunjung mendapatkan sebuah notifikasi, Wanita pun coba memantau. Wanita itu memeriksa nomor whats app orang yang bersangkutan.

Setelah di periksa, ada sedikit rasa sakit dalam dirinya. Hanya sedikit, tapi cukup terasa. "Milzam status-nya online, tapi kok, gak chat aku? Tumben-tumbenan. Sebenarnya dia lagi online untuk siapa selain aku?"

°°°

Bersambung...

Assalamu'alaikum...
Whehe, ini saya banyakin chapternya di Sandryna-Faisal. Bisa jadi ada yang rindu pasutri itu. Hayo, jujur... Siapa yang rindu best couple Jofisa FASAN?😅😁❤

Syukron yang udah meluangkan waktunya untuk baca, vote🌟, dan Comment💬 di lapak APSK😘❤

Wassalamu'alaikum...

❤Follow IG Author
Nafla_Cahya08

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top