BAB 2 Park Jun Yeol.
Park Jun Yeol. Pria yang biasa dipanggil Junyeol itu terdiam menatap keluar jendela mobil yang sedang membawanya kesuatu tempat.
Pikirannya masih menerawang memikirkan sesuatu, sesekali berkerut dan sesekali tersenyum. Perasaannya sungguh bercampur aduk.
Banyak hal terbesit dikepalanya, tentang apa yang baru saja ia alami. Tentang apa yang baru saja ia lihat dengan kedua matanya. Menganggu dan tak pernah hilang. Rasa ingin tahunya begitu besar, namun nyalinya kecil untuk sekedar bertanya.
Sholat? Tahajud? Ibadah? Pikirannya menerawang memikirkan kata itu.
"Junyeol, ada apa?" seorang pria yang hanya berbeda satu tahun diatas Junyeol itu sedang duduk disebelahnya, ia merasa harus menarik pria yang termenung itu sebelum pikirannya benar-benar hilang, "Hei Yeol!"
Junyeol menengok sebentar untuk membalas panggilan temannya itu, "Ya?"
"Apa yang sedang kau pikirkan?" tanyanya. Junyeol tak menjawab, ia hanya terkekeh dan kembali melempar pandangannya pada jalanan malam yang sepi. Tak mungkin ia bertanya tentang kata-kata itu pada temannya, percuma. "Apa kau sedang kesulitan?"
Junyeol kembali menoleh, "Ada apa denganku? Aku baik-baik saja hyung."
"Tapi kau ter-"
"Jumyeon-ah, biarkan saja dia. Mungkin dia sedang memikirkan lagu yang sedang ia buat." Itu adalah suara K ( dibaca Key ) yang duduk dikursi depan bersama manager mereka. "Jihoon! Apa kau sudah selesai?"
Kali ini K beralih pada magnae yang duduk dikursi paling belakang. Sayangnya pria yang dimaksud sudah tertidur pulas sedang I-pod yang dipinjamnya masih tertempel lekat di telinganya.
"Hyun-ah, bisa kau ambil I-podku?"
Do Hyun pria yang duduk disamping Jihoon masih terdiam. Ia bingung bagaimana cara untuk mengambilnya, karena I-pod itu digenggam erat ditangan Jihoon. "Do hyun!" panggil K lagi.
Do Hyun menatap K pasrah, "Aku tak bisa," ia menutup kedua matanya dan menyandarkan kepalanya untuk ikut tertidur. Usia Do Hyun sama seperti Jun Yeol, mereka kelahiran 1992.
Mereka berlima tergabung dalam sebuah idol group yang saat ini sedang naik daun baik di Korea, maupun Asia, bahkan mereka sedang melebarkan sayap untuk konser di Negara Amerika.
K adalah member tertua dalam group mereka. Wajahnya tegas dengan kulitnya yang tak seputih orang Korea kebanyakan. Ia adalah orang yang sangat terlihat hangat dan lembut.
Jumyeon dibawah K satu tahun, ia berkulit paling putih dan terkenal sebagai visual yang sangat tampan, sekaligus mempunyai masa traine terlama sebelum debut. Sehingga ia memang sangat cocok sebagai Leader di groupnya, selain sifatnya yang terlalu jujur saat mengutarakan sesuatu, tegas dan super cool.
Do Hyun memiliki suara emas yang sangat merdu, meskipun ia terlihat menyeramkan dengan kedua bola matanya yang bulat dan tajam, ia adalah sosok yang hangat yang tak banyak bicara. Terlebih bakatnya yang suka memasak membuat semua member menganggap dirinya sebagai penganti posisi Ibu saat di dorm.
Junyeol sendiri adalah rapper sekaligus penulis lagu dalam group. Ia memiliki banyak keahlian selain bernyanyi dengan suara bassnya, ia juga mahir bermain piano, drum, dan belakangan ini ia disibukkan dalam sebuah drama kecil untuk melatih keahliannya dalam berakting. Kenyataan bahwa ia pandai menyembunyikan duka dalam senyumnya yang selalu terpancar, seperti sebutan untuknya Happy Virus.
Terakhir adalah Jihoon, berbeda dua tahun dari Junyeol, maknae yang 'terlihat' sangat dewasa ini memiliki bakat sebagai dancer sekaligus visual paling diidolakan. Bahkan ia sangat berbakat mengalihakan perhatian para wanita dengan kolaborasi yang ia miliki secara alami, sangat mempesona saat melakukan dance, dan terlihat imut saat ia berbicara. Semua orang akan merasakan hawa dingin saat ia terdiam, dan hangat saat ia tersenyum. Bahkan sebagian orang mengukur ketampanannya bagaikan malaikat.
Kelimanya tergabung dalam sebuah Group bernama HIGHFIVE.
**
"Kau benar baik-baik saja kan Yeol?" Tanya Jumyeon dari dalam mobil.
Junyeol mengangguk meyakinkan. Ia mengambil tasnya dari dalam mobil dan menutup kembali pintu mobil itu. K dan Jumyeon yang masih terjaga melambaikan tangannya pada Junyeol.
Mobil yang membawa empat rekan segroupnya pun melaju menjauh dari pandangannya. Kini menyisakan dirinya, bersama seorang pria yang baru saja menghampiri untuk menyambut kedatangannya.
"Junyeol-ah, Maaf karena aku me-reschedule pengambilan gambarnya terlalu mendadak. Sutradara tiba-tiba saja ingin mengambil gambar matahari terbit besok pagi-pagi buta."
Junyeol terkekeh, "Tidak apa-apa, lagi pula aku sudah menyelesaikan konserku di Jakarta dan urusan lainnya siang tadi."
"Aku tau kau pasti lelah. Baru tiba di Korea kau dan teman-temanmu harus mentandatangani beberapa hal, dan kini harus terbang lagi ke Jeju. Sebelum malam semakin larut, setibanya disana kau akan ku antar langsung ke penginapanmu. Udara malam di Jeju sungguh dingin."
Tanpa membuang-buang waktu, sesampainya di Jeju, ia segera diantar menuju hotel tempatnya menginap. Sayangnya mobil yang ditumpangi tak bisa langsung berhenti didepan hotel karena ada sedikit masalah, sehingga Junyeol harus sedikit berjalan menyusuri jalan yang sedikit berbatu. Sesekali pundaknya bergidik merasakan terpaan angin yang cukup dingin, sementara jaket yang ia kenakan dari malam kemarin belum juga sempat diganti. Kini hampir 24 jam dan ia belum bisa merasakan empuknya kasur sebagai pelepas lelah.
Matanya berlarian menatap langit gelap, juga kibasan dedaunan yang berayun disekitarnya. Hidungnya sedikit berair karena dingin malam.
Suasananya cukup sepi mengingat ini bukan hari libur, dan lagi jam di pergelangan tangannya sudah menunjukkan pukul Sembilan malam. Hanya ada beberapa orang yang lewat dan mengabaikan wajah populernya yang tak begitu terlihat oleh kegelapan malam.
Ia sengaja melepas masker yang biasa ia gunakan. Ingin merasakan harum angin malam yang dingin dan pengap jika ia terus menerus menutupi hidung dan mulutnya.
Kini pandangannya beralih pada sebuah rumah makan persis ditempatnya ingin menyebrang. Rumah makan itu memiliki jendela besar menghadap ke jalanan. Didalamnya hanya ada sekitar sepuluh orang dalam satu rombongan sedang asik membakar daging dan berbincang satu sama lain.
Tempat penginapannya persis berada disebelah rumah makan itu. Perlahan langkah Junyeol bersama seseorang pria yang tadi menghampirinya menuju rumah makan itu semakin dekat. Keduanya menyebrangi jalanan sepi di Jeju dengan santai karena tak ada mobil yang berlalu-lalang.
Dan saat itu juga, langkahnya terhenti. Sepasang mata disebrang sana seolah menusuk kedua matanya. Mereka terdiam saling tatap. Mencari apa yang sedang dilihat adalah sesuatu yang sangat mustahil untuk dipertemukan kembali.
Luasnya Korea Selatan ternyata hanya sebatas daun kelor. Junyeol berusaha menahan senyumnya saat seorang perempuan disebrang sana akhirnya tersadar dan melambaikan tangannya.
Perempuan itu, seseorang yang duduk bersebelahan dengannya di pesawat, juga berpapasan di kedai kopi, dan kini, berhadapan di pulau Jeju.
Perempuan itu, Anissa. Anissa reflek melambaikan tangannya pada seorang pria yang terdiam diri ditengah jalan tempat ia mengajak rombongannya untuk makan malam usai sampai di pulau Jeju.
Namun yang mengecewakan adalah, saat pria itu tak membalas lambaian tangannya. Pria itu terlihat terkejut dan kemudian bergegas berjalan mengikuti pria disampingnya yang tiba-tiba mendapat telepon dan entah berbicara apa.
Anissa menghela nafasnya. Ini adalah keajaiban yang luar biasa bisa bertemu kembali dengan seseorang yang tak ia kenal sebanyak tiga kali dalam waktu kurang dari 24 jam. Juga menyesali tindakannya yang tak bisa ia kendalikan. Kenapa juga ia harus melambaikan tangannya seolah girang bertemu dengan pria itu lagi, yang bahkan ia sendiri lupa untuk saling berkenalan sekedar menanyakan nama.
Ada sebuah pepatah yang entah berantah berasal dari mana pernah mengatakan, "Jika kau bertemu dengan seseorang yang tak dikenal sebanyak tiga kali dalam waktu kurang dari 24 jam secara tidak disengaja, itu adalah takdirmu."
***
Translate:
막내 mag-nae (mahng-neh)
Diambil dari bahasa korea yang artinya 'the youngest'. Magnae di sini adalah member termuda dari suatu grup.
Dorm ( Dormitory ) adalah asrama. Arama adalah suatu tempat penginapan yang ditujukan untuk anggota suatu kelompok.
-ah, -ya
Adalah suffix dalam bahasa Korea yang biasanya digunakan untuk memanggil nama orang yang sederajat atau lebih rendah derajatnya dengan kita. Nama berakhiran konsonan memakai akhiran –ah. Nama yang berakhiran vokal memakai akhiran –ya.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top