02. Tears.
"BAGAIMANA keadaanmu?"
"Masih seperti biasa."
"Oh ... kuharap kau cepat sembuh, ya."
Lagi-lagi harapan itu mengudara. Jungkook tersenyum kecut--menatap Kim Sera--teman satu sekolahnya dulu sebelum ia terkurung pada ruangan bak neraka ini. Gadis itu tersenyum tipis sembari menaruh parsel diatas nakas. Ia sama sekali tak duduk atau sekadar menyentuh Jungkook. Pria itu sendiri sudah terbiasa mendapat perlakuan seperti ini.
"Jungkook ... kau tahu, aku itu menyukaimu sejak dulu," kata gadis itu tiba-tiba sembari memandang Jungkook. "Maka dari itu, kau harus sembuh, Jungkook. Berjuanglah, meski tubuhmu hancur tak berbentuk."
Jungkook menahan napas. Ia mendengkus lalu tertawa lirih. "Aku tidak mau," ujarnya lirih. "Kau tahu, satu tahun ini aku sudah berjuang, tapi tak membuahkan hasil. Aku selalu berakhir disini, Sera. Dokter mengatakan jika persentase kesembuhanku lima persen dan itu cukup membuatku mengerti jika tidak akan ada lagi harapan. Cepat atau lambat pasti aku akan mati, Sera. Lalu, untuk apa berjuang jika ujung-ujungnya aku juga tinggal menunggu ... kematian? Aku ini sekarat. Napasku tak lagi sepanjang dulu, jantungku semakin terasa jauh, hidupku, mama, adik, semua terasa menjauh."
Sera menunduk, pada posisi stagnan. Gadis itu mengusap pelupuk mata yang entah kapan telah berderai air mata. Dia lantas mengudarakan satu ucapan lirih, "Kenapa Tuhan menggariskan takdir ini untuk kita?"
Jungkook tertawa hambar. "Tidak tahu, karena aku bukan Tuhan."
"Benar. Kita tidak tahu karena kita ciptaan-NYA," ujar Sera mau-tak mau ikut tertawa. "Aku sedikit membenci takdir ini."
"Aku juga." Jungkook terkekeh. "Tapi, kau tahu, hidup itu adalah misi. Jika kau masih hidup, artinya kau belum menyelesaikan misi. Misiku sebentar lagi sudah akan selesai. Maka, baik-baiklah hidup di dunia supaya tidak sepertiku."
"Kenapa kau mendadak bijak?"
"Tidak tahu. Mungkin pengaruh aku yang akan mendekati akhirat."
Mereka tertawa. Jungkook lega bisa mengutarakan semuanya. Segalanya yang terjadi hari ini entah mengapa rasanya menyenangkan. Well, ia sedikit beruntung Sera menjenguknya sekarang. Setidaknya gadis itu telah membuatnya bahagia walau sejemang.
"Terimakasih untuk semuanya."
Mereka bersua hari itu, mengatakan segalanya pada hari itu, sebelum napas Jungkook putus--setelah Sera pergi dari ruangan dinginnya. Semesta telah mengabulkan harapannya.[]
***
Author note;
hai hai hai, bersua lagi dengan author cangtip avv. g.
jadi, aku bawa work baru, pendeq dan nggak jelassss woii. maafkan daku. ini tuh ide ngalir gitu aja tanpa disuruh saat aku lagi dengerin OST Tokyo Ghoul yang judulnya Asphyxia. tapi, sekali lagi aku berharap karya ini memang enak dibaca dan mudah dimengerti/crying/
okeh, jadi sekian pidatonya. jangan lupa klik bintang dan sub--maksudnya ramein komentar yaw.
salam ketjup dari author.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top