EKA
Dedicated to NisaAtfiatmico
Playlist
Kitaro || mountain streams
"Rang! Narang!"
Remaja tanggung berusia delapan belas tahun itu menoleh, menajamkan pandangannya agar bisa melihat lebih jelas, di antara paparan cahaya matahari yang terik dan menyilaukan.
Narang menarik ransel kumalnya ke pundak, kedua lengannya sudah terasa pegal akibat membawa beban berat perlengkapan camping.
Dua remaja seumuran dengannya berjalan mendekat. Kilauan cahaya sekilas memantul dari kulit berminyak di wajah mereka. Hawa panas dan sinar terang membuat Narang menarik topi hitamnya hingga segaris mata. Dari balik topi, matanya mengawasi derap langkah dua pasang kaki di atas jalanan yang berlubang.
"Jadi, 'kan?" tanya salah satu. Namanya Satria. Bertubuh bongsor, kulit coklat terang, dengan rambut lurus yang dibelah tengah. Mirip pemimpin Korea Utara, Kim Jong Un.
"Jadi dong!" jawab Narang cepat. Tangannya menepuk ransel dengan bangga. "Kalian perginya diam-diam 'kan?" sambungnya lagi setengah berbisik.
"Sip. Pokoknya aman! Kamu ndak usah cemen!" ujar Panji, penuh semangat. Panji, si anak kepala desa. Perawakannya kecil dengan kulit kemerahan, serta keringat yang selalu membasahi dahi dan pipi tirusnya.
"Awas aja kalau ada yang tau!"
Narang bersandar pada pohon jengkol di pinggir jalan raya. Menatap Satria dan Panji tajam.
"Rang. Kita langsung naik aja, yuk? Panji jalannya lelet. Bisa-bisa besok kita baru nyampe."
Narang mengangguk. Usul Satria sering ada benarnya. Mata mereka bertiga bersinar, bersemangat, menyala. Berjalan kaki dengan langkah lebar, ke arah bukit Sikunir. Bagai Bolang yang siap berpetualang.
**********
Narang mengembuskan napas lega. Ia sangat bahagia. Menikmati pahatan tangan Tuhan Maha Sempurna. Di bawah sana, ada tanah di mana leluhurnya berasal.
Rumah-rumah penduduk, Telaga Cebong yang diselimuti kabut tipis, serta deretan gunung yang mengelilingi di kejauhan membentuk panorama yang menakjubkan.
"Rang! Kita pasang tenda di sebelah mana nih!"
Suara cempreng dan tepukan di pundak Narang membuatnya berjingkat. Ia mendengkus, Panji sudah mengganggu kesenangannya menikmati indahnya panorama negeri di atas awan.
"Noh, nanya Satria!"
Diikuti Panji, Narang mendekati Satria. Sahabat gempalnya itu sedang membongkar isi ransel.
Narang menggeleng. Satria tak ubahnya warung sembako yang pindah lapak ke atas bukit. Ada lima bungkus mi instan, dan ia yakin isinya pasti sudah remuk, lalu kopi, gula, serta roti.
"Hei, Bang Sat. Kamu itu mau camping apa ngasih sesajen sih!" teriak Panji. Perawakannya yang ceking terlihat menjulang, berdiri di sebelah Satria yang kian sibuk dengan makanannya.
"Wis, awakmu mingkeme wae, Nji. Nih sumpel mulutmu sama ini." Satria melemparkan sebungkus roti, yang ditangkap dengan sigap oleh Panji.
Narang yang sedari tadi hanya menonton ikut duduk di sebelah Satria. Merogoh botol air minum dalam ransel miliknya. Hawa dingin di bukit Sikunir yang bisa mencapai lima belas derajat selsius, membuat air di dalam botol sedingin es.
"Sat. Seduhin kopi ya? Aku sama Panji pasang tenda." Narang menatap Satria dan Panji bergantian. Keduanya adalah sahabat terbaik yang ia miliki, atau bahasa kerennya partner in crime. Di mana ada duo PS, disitu ada Narang Dhana Rajasa, si pahlawan kesiangan dari negeri atas awan.
Remaja beriris mata sehitam arang itu mulai membongkar isi ranselnya. Ada matras, tenda, besi kecil, dan tali. Sebagai orang yang mengaku pecinta alam, Narang memiliki perlengkapan camping yang cukup lengkap.
Dan setiap kali pergi camping, Narang selalu kebagian membawa perlengkapannya. Satria yang dengan senang hati membawa makanan. Sementara Panji, cukup membawa tubuhnya saja.
Setelah memilih tanah yang datar, Narang dan Panji membentangkan kain terpal. Dengan cekatan, mereka mulai memasang tenda. Tak butuh waktu lama, dengan keahlian yang dimiliki, tenda telah siap ditempati.
"Kalian tau tugas selanjutnya 'kan?" tanya Narang. Sesaat setelah selesai memasang tenda. Ia segera meraih kopi bagiannya yang sudah mulai dingin.
Kopi, hawa dingin, pemandangan yang indah. Menakjubkan.
"Beres! Asal ndak lupa sama janji Nintendo-nya."
"Wis, gampang itu!" tegas Narang. Apalah arti sebuah Nintendo. Ia bisa membagikan sepuluh buah sekaligus. Asal, rencana yang sudah disusunnya berhasil. "Jangan sampai manusia sok jagoan itu tau, ya!"
Ada bongkahan batu yang mengganjal saat Narang selesai mengucapkan kata-kata tersebut.
"Kita siap nyulik Shinta demi Rahwana. Iya 'kan, Nji!"
Angan Narang langsung membawa pada sosok Andhita, atau Dhita. Sudah tiga bulan dirinya tak bertemu dengan primadona dari SMA Negeri 1 itu.
Narang mencintai Dhita, pun dengan gadis itu yang mencintai Narang sama besarnya.
Kenakalan Narang yang sudah melewati ambang batas, membuat Tedjo Rajasa -sang ayah- mengirimnya ke pesantren. Narang dan Dhita terpisah raga, tetapi tidak dengan hati mereka.
Sekarang Dhita ada di sisi barat bukit Sikunir, bersama teman-temannya untuk merayakan kelulusan. Lulus ... harusnya Narang juga lulus tahun ini, tapi apesnya ia harus mengulang satu tahun lagi.
Narang menunggu kedua sahabatnya sambil menyesap kopinya yang sudah begitu dingin. Menunggu mereka yang sedang mengemban misi menjemput sang bidadari.
**********
"Rang...."
Narang mendengar sebuah panggilan yang begitu lirih di belakangnya, membuat tengkuknya meremang. Seandainya ia tak mengenali siapa pemilik suara indah itu, Narang lebih memilih terjun bebas dari pada melihat penampakan.
Narang berbalik, "Dhita...."
Gadis dengan rambut hitam panjang. Mata polosnya terlihat bening, sederhana tapi memukau. Bibir merah alaminya telah membuat Narang terpesona.
Senyuman Dhita merekah, diikuti rona kemerahan di pipi mulusnya yang segar, kala Narang mengulurkan tangannya.
Mereka semakin mendekat, merapat, mengikis rindu. Narang tersenyum dan mendekatkan wajahnya ke wajah Dhita. Refleks, gadis berlesung pipi itu memejam.
Narang menunduk. Bibir ranum Dhita benar-benar menggoda imannya. Tinggal sejengkal lagi untuk menghapus jarak.
"Narang!"
Satu lagi panggilan. Namun kali ini tak membuat tengkuk Narang meremang, tapi ingin mengeluarkan tendangan.
#####21Jan'17#####
Salam,
Ayu
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top