Asta

Dedicated to Tyaswuri

Playlist
Amadeus || Mandra Ca Sunt Romanca

Semua tak lagi terasa sama bagi Naomi. Dunianya kini hancur. Salah satu yang sangat ia jaga telah terenggut paksa. Naomi membenci keadaan seperti ini, membenci Rey. Sangat.

**********

"Naomi! Tunggu!"

Naomi tak acuh, ia terus saja berjalan tanpa menoleh sekali pun. Tidak menghiraukan panggilan Rey yang semakin keras dan kencang, membuat murid-murid yang lain menatap mereka berdua.

Buugghh

Naomi yang berjalan tergesa-gesa menabrak seseorang. "Lo punya mata kagak sih! Kalo jalan liat-liat dong!"

Seperti biasa, gadis bermata bulat itu hanya membisu. Beribu umpatan tetap ia simpan dalam hati, dan berharap suatu saat hidupnya akan jauh lebih baik, dari pada si arogan yang seenaknya menginjak buku miliknya lantas melenggang pergi.

Sementara, Naomi yang masih kesal membanting tas sekolahnya yang mahal ke meja dengan kasar. Membuat Leah yang yang sedang mengerjakan PR dadakan tersentak, dan tanpa sengaja membuat coretan panjang pada buku yang sedang ia contek, buku milik Hilman yang super jenius.

"Yaaah ... Nom, kecoret nih?" Leah mencebik kesal, tapi hanya sesaat ketika dilihatnya mata Naomi yang sedang menatapnya tajam. "Napa sih? Baru dateng langsung ngamuk?"

"Gue benci banget sama Rey!"

"Rey? Emangnya kenapa?"

Naomi lantas menarik kursi dan duduk di sebelah Leah. Sedikit berbisik, ia lantas mulai menceritakan apa yang telah Rey lakukan padanya.

**********

Naomi terbangun saat matahari mulai keluar dari peraduannya, dan memancarkan sinar kuning di cakrawala. Dari balik bantalnya, Naomi mengintip ke arah jam, baru pukul enam tiga puluh.

Naomi memejamkan matanya sambil meletakkan tangan di atas perutnya yang terasa perih. Seperti ada yang meremas-remas perutnya, menjalar ke atas, hingga dadanya terasa bergolak.

Ia segera menyingkap selimut, berlari terburu-buru ke arah kamar mandi sambil membekap mulut ketika golakkan itu sudah terkumpul di mulutnya, mendesak untuk segera dikeluarkan.

Dari luar, Maja yang hendak membangunkan Naomi seperti mendengar suara orang muntah. Beruntung Naomi tidak pernah mengunci pintu kamarnya, membuat Maja bisa langsung masuk.

"Sayang ... apa kamu sakit?"

Ketika Maja tak menemukan Naomi di atas tempat tidur, dan masih mendengar suara orang sedang muntah, wanita itu langsung menyusul ke kamar mandi.

"Sayang. Kamu sakit? Mama telpon dokter Randu ya?" Dengan tangan kanan Maja menyingkap rambut Naomi, sementara tangan kiri wanita itu gunakan untuk memijat tengkuk anak gadisnya.

Naomi menegakkan tubuhnya dengan susah payah, tangannya yang bergetar mencengkeram pinggiran wastafel dengan erat.

"Enggak usah, Ma. Naomi baik-baik aja." Naomi mengangkat kepala dan menyeka keningnya dengan lengan piyama.

"Tapi kamu muntah-muntah." Maja memapah Naomi yang berjalan sedikit membungkuk kembali ke ranjang.

Kamar Naomi tidak terlalu besar, tapi terlihat indah. Dengan dominasi warna biru pada dindingnya, ranjang kecil dengan boneka beruang di atasnya, meja belajar di sisi kanan dekat jendela, serta beberapa biola yang berjejer rapi di dekat lemari pakaian.

Seteleh menguras hampir seluruh isi perutnya, Naomi kembali meringkuk, menyelusup ke balik selimut. Tubuhnya terasa menggigil, padahal pendingin ruangan tidak dinyalakan sama sekali.

Maja masih duduk di pinggir ranjang, sesekali mengelus paha atau mengelap keringat dingin di kening Naomi.

"Mama akan telepon dokter Randu sekarang."

"Jangan, Ma. Enggak usah! Please...."

"Kenapa? Mama tau kamu takut jarum suntik. Tapi mau pilih yang mana? Sakit sebentar ... atau sakit sampai besok?" Maja tersenyum lembut, menenangkan. Ia tahu, anaknya takut dengan jarum suntik. "Kamu pelototin aja wajah gantengnya dokter Randu. Pasti enggak kerasa sakitnya."

"Tapi, Ma?" Naomi tersenyum kecut, takut rahasianya terbongkar. Maka tamat sudah riwayatnya.

#####4Feb'17#####

Salam,
Ayu

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top