Sweet Seventeen (MechaMiwa)
Miwa Kasumi tak pernah mengharapkan pesta meriah yang dihadiri teman-teman sekolah, kue manis bertingkat tinggi, bahkan artis untuk merayakan pertambahan umurnya.
Kasumi sadar diri, orang tuanya takkan mampu. Cukup diberi ucapan selamat dan doa sudah menggembirakan hati Kasumi.
Tujuannya masuk ke SMA Jujutsu bukanlah sekeren memperkuat diri atau semulia membantu orang lain. Ia hanya ingin berguna bagi orang tua dan menghidupi dua adiknya.
Memang hidup sebagai gadis normal yang tidak memikirkan apa-apa hadir di benak Kasumi, tetapi ia segera sadar. Hidup tak seindah angan.
Jujutsu Kaisen © Akutami Gege
Sweet Seventeen © susukadaluarsa
Pairing: Muta Koukichi x Miwa Kasumi
Rating: T
Warning: spoiler manga, OOC, typo, dll
SPOILER ALERT
Satu kutukan tingkat satu telah dibasmi. Seorang remaja perempuan bersama mayat kutukan-yang berbentuk boneka humanoid-keluar dari bangunan terbengkalai. Misi mereka hari ini selesai.
"Tunggu, Miwa. Kita singgah ke toko ini," ujar Mechamaru menunjuk sebuah toko kue.
"Bagaimana kalau sensei mencari kita?"
"Nanti aku beritahu alasan kita terlambat. Yang penting kita masuk saja dulu."
Lonceng kecil berbunyi lembut, seorang pegawai menyambut keduanya. Terselip rasa aneh melihat boneka humanoid berjalan-jalan bebas dengan seorang gadis SMA.
"Makhluk apa itu?" gumam si pelayan mengikuti keduanya dengan membawa buku catatan dan daftar menu.
Daftar menu diambil Mechamaru, Kasumi melihat-lihat hiasan kelinci dan kucing yang memenuhi toko bercat merah muda itu.
Imut.
Toko yang imut.
"Aku pesan dua potong strawberry cheesecake dan strawberry milkshake."
"Ha'i, silakan ditunggu."
Mechamaru tak menawari Kasumi untuk ditraktir kue. Kasumi maklum, ia tak punya hak meminta. Ia hanya peneman Mechamaru duduk di sini.
"Ne, Mechamaru-san."
"Hm?"
"Apa aku boleh bertemu tubuh aslimu—lebih tepatnya orang yang mengendalikanmu?"
"Bukan sekarang waktunya."
"Souka. Maaf pertanyaanku menyinggungmu."
"Aku sama sekali tak tersinggung."
Walau belum pernah bertemu dan melihat wajah Muta Koukichi, Kasumi nyaman bersamanya. Setiap bersama Mechamaru, seakan ada air hangat memandikannya. Tenang dan nyaman. Kasumi yakin Mechamaru orang yang baik.
Muta Koukichi—pemilik Mechamaru—mengawasi semuanya dari jauh. Terutama Kasumi yang memikat hatinya tanpa sadar. Tingkah polos dan baik gadis itu mengobati tekanan yang ia hadapi setiap hari. Senyumnya mencerahkan kesuraman ruangan yang ditempati Mechamaru—lebih tepatnya Koukichi. Semangat bekerja dan kerajinannya menyentuh Koukichi.
Hingga Koukichi menemukan semangat hidup. Ia ingin sehat dan bugar. Ia ingin bertemu secara langsung dengan Kasumi. Apa itu sulit? Ya, memang sulit dan terkesan tak masuk akal, Mechamaru tetap berusaha kendati harus bekerja sama dengan kutukan sekali pun.
"Permisi, ini pesanannya." Pelayan menaruh kue dan minuman yang dipesan Mechamaru tadi.
"Terima kasih."
Enak, terlihat enak. Sadarlah, Kasumi. Itu bukan makananmu.
"Makanlah, Miwa." Mechamaru mendorong piring dan gelas, Kasumi sedikit tersentak karena perilakunya.
Huh? Mechamaru memesan makanan itu untuknya?
"Aku tak bisa memakannya. Kau saja."
"Ta-tapi—"
"Aku tahu kau akan menolak, karena itu aku berpura-pura memesannya untukku. Makanlah. Kue dan susu itu memang untukmu." Mechamaru mengambil secuil kue dan ia sodorkan ke depan mulut Kasumi.
Adegan ini mengingatkan Kasumi pada drama Korea yang pernah ia tonton bersama Momo dan Mai. Mulutnya terbuka dan menggigit kue yang disodorkan Mechamaru.
"Kau tak perlu disuapkan 'kan?"
"Ti-tidak perlu. Terima kasih, aku sudah membebani Mechamaru-san."
"Kau tidak membebaniku."
Kasumi menikmati setiap gigitan kue yang menyapa lidahnya. Asamnya stroberi bercampur dengan manisnya gula. Jarang Kasumi menikmati makanan selezat ini. Rasanya ia ingin mau lagi dan lagi. Namun, lagi-lagi Kasumi disadarkan kenyataan.
Hidupnya belum mengizinkan Kasumi makan makanan lezat setiap hari. Ya, belum. Bukan berarti tak mungkin di masa depan.
Koukichi di bak mandinya tak peduli kulitnya sakit ketika menarik ujung bibir ke atas. Cinta itu membingungkan. Padahal Kasumi sosok yang baru dikenalnya setahun yang lalu. Mengapa sifatnya yang murni tak dibuat-buat itu menjatuhkan hati Koukichi padanya?
Sepanjang hidupnya Koukichi jarang merasa bahagia. Sekarang ia dapat menemukan kebahagiaannya kala bersama Kasumi dan melihat senyum manisnya yang tulus.
Kemudian ada satu kenyataan yang menyakiti Mechamaru.
Lebih sakit dari tubuhnya.
Ya, kenyataan bahwa Kasumi bisa saja mencintai dan dicintai laki-laki lain. Dengan kepribadian baik dan wajah cantiknya yang sepaket, laki-laki mana yang takkan tertarik?
Apalah Mechamaru hanya pemuda ringkih. Kulitnya rentan terkelupas. Tubuhnya cacat. Sepanjang hari ia habiskan di ruang tertutup sendirian tanpa seorang pun yang menemani. Karena itu Mechamaru senang Kasumi betah di sisinya. Pemuda itu tak lagi merasa kesepian karena Kasumi yang selalu bercerita padanya. Ruang kosong di hatinya terisi oleh Miwa Kasumi.
Rasa ingin memiliki gadis itu dibarengi kenyataan pahit lemahnya fisik yang dipunyai Koukichi. Andai mereka tidak bersama, Koukichi rela. Ia takkan menyia-nyiakan waktunya bersama Kasumi.
"Hah ... kenyangnya. Terima kasih, Mechamaru-san," ucap Kasumi tersenyum senang.
"Sama-sama. Kita pergi sekarang."
Langkah ia samakan dengan mayat kutukan di sebelahnya. Tampaknya tujuan Mechamaru bukan ke sekolah melainkan ....
"Taman bermain?"
"Ya." Mechamaru menjawab cuek dan membeli tiket, tak peduli penampilannya disoroti pengunjung lain. Untung di hari kerja ini tidak terlalu ramai.
Kasumi menautkan jemari gugup. Ia sudah dibelikan kue oleh Mechamaru, sekarang diajak ke taman bermain. Kasumi merasa berutang banyak.
"Ayo masuk," ajak Mechamaru. Kepala dianggukkan pelan oleh gadis bersurai biru muda itu. Langkah Mechamaru ia susul.
Begitu masuk ke taman bermain, manik biru muda Kasumi dan mulutnya melebar takjub. Wahana yang terang, ramai, dan seru memanjakan matanya.
Inilah kali pertama Kasumi ke taman bermain. Perekonomian keluarganya tak terlalu baik, uang yang ada pun pas-pasan guna mencukupi kebutuhan. Tak pernah tersisa untuk hiburan dan rekreasi.
Sebelumnya, ia selalu berandai akan pergi ke sini. Perandaiannya diwujudkan Mechamaru. Semua wahana menarik perhatian Kasumi, semuanya baru dan aneh di matanya.
"Kau mau naik apa?" tanya Mechamaru, sadar Kasumi terlalu antusiuas, ia pun nyaris meneteskan air mata bahagia.
Kasumi ingin menjawab semuanya, lagi-lagi ia tahu diri. Ia bisa hadir di tempat ini karena uang Mechamaru. Kasumi tak mau memanfaatkan uang pemuda itu untuknya. Biarlah nanti Kasumi ke sini bersama orang tua dan dua adiknya bila mereka ada uang berlebih. Kasumi akan menceritakan betapa menakjubkannya taman bermain.
Semua orang bersenang-senang tanpa memikirkan beban, menaiki wahana dan menikmati makanan lezat di sini. Bukankah sesekali ia harus mencoba hidup seperti itu?
Bukan harus, lebih tepatnya berhak.
"Hm ... apa, ya?" gumam Kasumi. Ia penasaran dengan semua wahana, tetapi yang ia pilih hanya satu karena memikirkan Mechamaru.
Ada kereta yang bergerak cepat, lalu meliuk, mendaki, dan menurun tanpa menjatuhkan penumpang. Mengerikan sekaligus seru.
Ada pula wahana yang memutar-mutar penumpangnya.
Dan wahana-wahana lain yang aneh.
Semuanya menarik.
Jatuhlah tatapan Kasumi pada wahana berbentuk lingkaran. Mumpung sekarang sudah sore, ia bisa melihat keindahan matahari terbenam dari atas.
"Kita naik itu." Tunjuk Kasumi pada wahana yang dimaksud.
"Bianglala?"
"Eh? Namanya bianglala? Ya, aku mau naik itu."
"Baiklah. Kau belum pernah ke sini, ya?"
"Belum."
Ah, wajar saja. Keluarganya sederhana.
Langkah Mechamaru tujukan pada komidi, seirama dengan langkah kecil Kasumi.
"Mechamaru-san mau naik apa?" Kasumi mendongakkan kepala.
"Naik wahana yang kau mau."
Seorang anak kecil menghentikan langkah keduanya. "Wah, ada maskot! Akio mau berfoto dengannya, Bu!" tunjuk anak itu ke Mechamaru.
"E-eh?" Mechamaru dan Kasumi terdiam, Kasumi mengangakan mulut kaget.
"Wah ... cosplayer, ya. Pantas saja pakaiannya unik. Tidak apa-apa anak saya mengambil foto?" pinta seorang wanita umur tiga puluh dengan senyum ramah.
"Et-etto ...." Kasumi melirik Mechamaru canggung. Pakaian yang dikenakannya bukan rok dan kemeja ala siswi SMA, melainkan celana panjang dan jas hitam keunguan. Wajar saja disangka cosplayer.
"Silakan."
Di luar dugaan, Mechamaru yang dikenal dingin dan cuek rela dirinya berfoto dengan anak laki-laki itu. Bersama Kasumi, tentunya. Bocah itu tersenyum lebar, menampilkan gigi susu dan mengembangkan pipi gembilnya, atau memajukan bibirnya. Jari mungilnya kadang membentuk lambang peace, kadang saranghaeyo. Ibunya memotret menggunakan ponsel, ikut tersenyum di balik kamera.
Mechamaru diam saja, tidak seperti Kasumi yang aktif mengikuti gaya berfoto Akio. Mereka seperti kakak adik.
Gadis ini ... benar-benar baik dan penyayang, hatinya pasti sangatlah lembut, batin Koukichi yang mengawasi dari tempatnya. Ada perasaan haru dan tersentuh, bersamaan ingin menggapai dan tak berdaya. Menarik air matanya keluar.
"Terima kasih banyak!" ucap Akio dan ibunya, lalu pergi dari hadapan Mechmaru dan Kasumi.
"Sampai jumpa lagi!" seru Kasumi melambai. Akio sedikit memutar tubuh, ia tersenyum dan tangannya ia lambaikan.
Sisa-sisa senyum masih melekat di wajah manis Kasumi. Meski tak dapat menikmati semua wahana, hatinya tetap ringan dan hangat. Melihat orang bahagia, turut membahagiakan hatinya.
Mechamaru dan Kasumi masuk ke salah satu ruang bianglala, duduk berhadapan dan ditengahi cahaya senja yang menjalar masuk. Perlahan bianglala bergerak naik ke atas. Dari sini Kasumi dapat melihat pemandangan Kota Kyoto yang terkenal dengan tempat-tempat bersejarah dan kuil-kuil.
Aku belum pernah berada di tempat setinggi ini, batin Kasumi. Manik biru mudanya berbinar terang, menatap bangunan, kendaraan, dan manusia yang terlihat kecil dari ketinggian.
Ekspresi bahagia dan jujur itu menjadi hiburan tersendiri bagi Koukichi. Ia akan menemukan cara bertemu langsung dengan Kasumi. Apa ia harus menyeret paksa tubuhnya keluar dari bak mandinya?
"Hei, Miwa," panggil Koukichi melalui Mechamaru.
"Ya?" Kasumi yang mengagumi pemandangan pun menatap lurus ke Mechamaru.
"Aku melakukan ini semua untukmu, jangan merasa berutang. Ini hakmu," ujar Mechamaru. Koukichi di tempatnya menahan malu, tak pernah ia berkata hal semenjijikan ini. Ia terdengar seperti pria perayu.
Sial.
Apa Kasumi akan jijik?
Kasumi terdiam, kemudian tersenyum lebar. Jantungnya seakan meledak karena bekerja lebih dari rata-rata normal.
"Te-terima kasih banyak, Mechamaru-san. Ah, maksudku Muta-san yang mengendalikan Mechamaru-san. Terima kasih banyak, aku ingin bertemu Muta-san untuk berterima kasih secara langsung," ujar Kasumi. Senyumnya begitu lebar hingga menyembunyikan mata bulatnya di balik kelopak mata.
Bias cahaya senja menimpa wajah Kasumi dari samping. Memperjelas ekspresi riang yang menghangatkan hati Koukichi.
Senyum yang ia jaga. Senyum orang yang dicintainya.
Bianglala berhenti setelah beberapa putaran. Kasumi turun hati-hati dibantu Mechamaru yang memegangi tangannya. Mereka berjalan menuju SMK Jujutsu, ditemani angin musim semi yang hangat.
Matahari sepenuhnya membaringkan diri di balik garis cakrawala, membangunkan bulan yang terlelap seharian.
"Kalian dari mana saja? Sensei sudah menghubungi dari tadi!" omel Utahime begitu Mechamaru dan Kasumi menginjakkan kaki di halaman sekolah.
"A-ano ...."
"Astaga ... sensei benar-benar cemas. Hampir saja menjemput kalian."
Setelah mendengar omelan dan nasihat Utahime, barulah Kasumi bisa ke kamarnya. Ia dikejutkan pintunya yang sedikit terbuka.
Eh? Bukannya tadi aku menguncinya?
Kasumi sedikit mengintip ke dalam kamar.
Tidak ada seseorang pun di sana.
Kasumi sedikit menjaga jarak dengan pintu dan mendorongnya pelan. Sebuah kantong kertas jatuh dari pintu begitu didorong.
I-ini apa?
Setelah masuk dan menutup pintu, Kasumi mengambil kantong dan menemukan bingkisan di dalamnya. Ia menoleh ke kanan dan ke kiri. Tidak ada apa-apa. Tidak ada siapa-siapa.
Tangannya merobek kertas yang menutupi keseluruhan kado. Ada satu plastik pakaian di sana. Beserta sebuah surat.
Selamat ulang tahun, Miwa Kasumi. Ulang tahunmu memang tanggal 4 April 'kan? Semoga kau selalu bahagia, selalu sehat, umur yang berkah, dan rezekimu lancar-lancar saja.
Karena sekarang ulang tahumu yang ke-17 tahun, aku melakukan ini semua untukmu. Jangan merasa berutang. Terima saja. Ini hakmu. Pakaian ini kubelikan untukmu, aku meminta bantuan Zen'in memilihkan pakaian yang sesuai.
Katanya ulang tahun 17 tahun harus yang paling membekas, semoga apa yang terjadi hari ini selalu kauingat, Miwa.
Semoga kita dapat bertemu.
Tertanda,
Muta Koukichi alias Mechamaru
"Arigatou. Arigatou gozaimasu, Muta-san. Aku ingin kita bertemu dan mengucapkan terima kasih sebanyak-banyaknya." Tangis haru dan bahagia tak lagi dapat Kasumi tahan.
Inilah hadiah ulang tahun terindah, dari sosok yang belum pernah ia temui. Belum pernah Kasumi mendapat hadiah sepanjang ulang tahunnya. Ia benar-benar bersyukur Tuhan mempertemukannya dengan lelaki sebaik Koukichi. Ia benar-benar ingin bertemu sosok asli Mechamaru itu, orang yang telah memberinya kenangan manis di usia ke-17 tahun.
Sayang, kalimat terakhir di surat itu tak terwujud.
Muta Koukichi tidak pernah lagi memunculkan dirinya. Ia pergi. Tanpa menunaikan janjinya. Meninggalkan Miwa Kasumi bersama kenangan indah di tanggal 4 April.
THE END
Karena aku terlalu capek, ini nggak aku reread dan revisi samsek. Gak nyangka bakal sepanjang ini, makanya aku bikin sore gitu. Eh tau-tau panjang dong hiks.
Ingetin aja kalau ada kata/kalimat yang aneh.
Gapapa lah sekali-sekali jadi author pemalas /digeplak.
Serius, susah banget nyari ff MechaMiwa :". Aku kekurangan asupan :").
Hm... apa chap ini harus kuganti dengan judul Shigatsu wa Kimi no Uso/Your Lie in April, ya? Soalnya Mechamaru kan kek janji gitu sama dirinya sendiri ketemu sama Miwa, eh ternyata dia udah mati duluan dong :")
Ya udah deh, segitu aja author note-nya
Bye bye~
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top