Remember (JeanPiku slight PokkoPiku)
“Yosh, sedikit lagi selesai.” Jean mengangkat kardus berisi sekumpulan tape, piringan hitam, dan album foto ke gudang. Sebelum beranjak dari ruangan yang dipadati barang-barang tak terpakai itu, Jean berhenti karena ada selembar foto polaroid yang menarik baginya.
Foto masa kecilnya bersama bocah bersurai pirang dan manik cokelat.
Shingeki no Kyojin © Isayama Hajime
Remember © susukadaluarsa
Pairing: Jean Kirstein x Pieck Finger slight Porco Galliard x Pieck Finger
Rating: T
Warning: OOC, typo, mental illness, dll
“Sebentar lagi musim panas berakhir, bagaimana kalau kita pergi ke pantai besok?” Pieck bertanya sembari mendudukan diri di sebelah suaminya yang menonton berita di televisi.
“Boleh saja, apa kau tak takut traumamu muncul lagi?” jawab Jean mengambil keripik kentang dari mangkuk yang dipangku istrinya.
“Kalau traumaku tidak dihadapi ... kapan lagi, Jean?” Pieck punya trauma tentang laut dan pantai, sudah lama ia tak ke pantai. Walau sulit, ia akan mencoba hilangkan traumanya.
“Baguslah, kau wanita kuat.”
Pieck terdiam, tanda dia salah tingkah dengan usapan lembut di rambut dan ucapan tanpa rasa bersalah yang dilontarkan Jean.
“Omong-omong tentang pantai, aku ada sesuatu. Tunggu sebentar. Kau tak masalah aku perlihatkan fotonya 'kan?”
“Aku akan baik-baik saja, Jean.”
Jean bangkit, Pieck membiarkan pria itu sebentar ke kamar mereka. Ia sedikit takut, apa Jean akan memperlihatkan foto model cantik yang befoto di pantai? Mengingat kebiasaan lama Jean yang suka membaca majalah wanita-wanita seksi.
“Ini, dulu ketika kecil aku pernah tenggelam dan diselamatkan anak laki-laki yang dua tahun lebih tua dariku.” Jean datang, memperlihatkan foto yang ia dapatkan dari gudang tadi siang.
Syukurlah kecemasan Pieck hanya berlaku di kepalanya, tetapi sosok yang bersama Jean di fotonya membuat Pieck menegang dan menahan napasnya sesaat.
“Pieck?” Jean memanggil, Pieck masih bergeming. Tubuh wanita itu ia guncang, tapi tidak ada hasilnya. Barulah semenit kemudian ada reaksi dari Pieck, yaitu air matanya yang mengalir.
“Pieck, maafkan aku.”
Jean merengkuh wanitanya yang tak bergerak layaknya patung, mungkin trauma wanita itu bangkit. Tampaknya ia belum siap untuk liburan ke pantai. “Kita bisa membatalkan liburannya.”
Keadaan hening walaupun televisi menyala dengan volume suara normal dan Jean membisikan kata-kata menenangkan pada telinga istrinya. Pieck sadar setelah lima belas menit dan membalas pelukan suaminya. Tangis heningnya pecah menjadi isakan keras.
Perlahan Pieck kembali tenang, ia melepas pelukan dan sebagai gantinya, ia menyandarkan kepala di bahu Jean dan memeluk lengan pria itu. “Perlihatkan fotonya, aku janji akan bereaksi lebih tenang.”
“Jangan paksakan dirimu, Sayang.”
“Tidak, aku tak memaksakan diri.”
Jean menarik pelan-pelan foto yang ia sembunyikan di balik punggung dan memperlihatkannya pada Pieck. Di foto, Jean masih berwujud bocah gembul dengan wajah cengengnya bersama bocah lain yang tersenyum cerah. Telunjuk Pieck terangkat dan berhenti tepat di bocah sebelah Jean, bocah yang berambut terang dan bermanik kayu.
“Dia ... Porco Galliard, tunanganku yang meninggal sepuluh tahun yang lalu. Aku pernah melihat foto ini, ia bercerita tentang anak yang berhasil ia selamatkan ketika kecil. Ternyata anak itu kau, Jean.”
Alasan Pieck punya trauma tentang pantai dan enggan bercerita tentang percintaannya terjawab sudah. Jean pernah dengar dari ibu mertuanya bahwa Pieck sudah bertunangan dengan seseorang sepuluh tahun yang lalu, naasnya laki-laki itu meninggal ketika menyelam di laut yang dalam.
Kejadiannya seminggu sebelum pernikahan, Pieck dan Porco sedang liburan di sebuah pantai saat itu. Di kala Pieck duduk santai di kapal yang berlayar, Porco menyelam ke laut.
Terlalu asyik menyelam, Porco tak sadar ia terlampau dalam, belum lagi alat yang ia gunakan terbatas dan kakinya terjepit terumbu karang. Alhasil ia kehabisan napas di kedalaman puluhan meter di bawah permukaan air laut.
Peristiwa traumatis itu membawa dampak besar ke Pieck, ia jadi trauma pada sesuatu tentang pantai dan laut, bahkan enggan membuka hatinya. Jean butuh waktu bertahun-tahun lamanya meluluhkan wanita itu, tak mudah karena Pieck membatasi kontak dengan laki-laki manapun.
Ingatan tentang Porco yang selalu Pieck lupakan kini muncul kembali, membuat segumpal perasaan yang menyesaki dadanya naik ke permukaan.
“Sayang, aku ada di sini untukmu. Mari kita hadapi apa yang kau rasakan bersama.”
Pieck tak menyesal menerima Jean. Di kondisi jiwanya yang sakit, pria itu tetap mendampingi dan berusaha menariknya dari penjara kegelapan. Ayah dan ibunya turut membantunya bangkit. Jadi, tidak ada alasan bagi Pieck untuk menyerah pada keadaannya.
THE END
Terinspirasi dari salah satu komentar yang aku baca waktu dengarin lagu Remember Summer Days - ANRI
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top