Chapter 6

"Kau tak apa?"

Sir Johan hanya terkekeh pelan. Sihir dasar penyembuh Asia telah menolongnya. Tetapi, wajah Asia sendiri tampak terlihat muram.

"Ada apa?" tanya Monica yang berada di klinik. Jangan harap, dia mau pergi setelah melihat Sir Johan bersama Asia.

"Aku ingin pergi berguru sihir. Kekuatanku tidak akan berkembang tanpa seorang master."

Monica sadar, membuat Asia terkurung di dalam istana tidak akan membuat sihirnya berkembang. Dia juga waswas, jika membiarkan Asia keluar istana. Bisa jadi, antek-antek Baron menemukannya.

"Kau ingin menjadi prajurit sihir?" tanya Sir Johan. Dia akan membantu Asia jika gadis itu menginginkannya.

"Aku mau jadi Penyihir Agung." Asia berujar mantap menatap Monica dan Sir Johan silih berganti. "Sebagai awal, aku ingin mendapatkan gelar Cleric dan Priest."

Monica makin tercengang mendengar pengakuan Asia. Toh, dia juga tidak bisa menahan kehendak bocah berambut lilac itu. Mimpi Asia adalah milik anak itu sendiri. Secara logika, Monica tidak dapat mencampurinya.

"Tapi, Sia. Mendapatkan gelar seorang Cleric perlu pengakuan Dewa. Walau kau bisa menggunakan restore dan Nova Strike. Itu belum cukup mendapatkan gelar Cleric."

Sir Johan mengganguk setuju. Hal seperti itu bisa didapatkan jika ikut perburuan Monster atau berperang. Tetapi sejauh ini, kedua hal tersebut jarang terjadi. Pergerakan Monster cukup jauh dari Kekaisaran dan perang sudah tidak ada lagi. Kecuali, seseorang berniat untuk mengacaukan sesuatu.

Pembicaraan itu pun berakhir setelah Monica meminta Sir Johan pulang ke tempatnya. Asia juga merahasiakan pertemuannya dan Armin.

.
.
.

Keesokan harinya, Monica seperti biasa melatih para prajurit. Selama ini, Asia selalu bertanya. Mengapa Monica bisa mendapatkan jabatan seorang Kapten begitu saja.

Monica tidak menjawab, ia selalu mengalihkan pembicaraan setiap Asia bertanya, sedangkan prajurit lain malah hanya merona dengan wajah yang aneh di depan Asia.

Jadi, setelah Monica sibuk berlatih. Asia secara diam-diam, pergi ke rumah pengobatan seorang diri. Belum sempat meninggalkan area legium. Seseorang terdengar memanggil namanya dari arah belakang.

"Joo," lirih Asia panik. Berbahaya, kalau Sir Johan memberitahu Monica. Lagipula, kenapa pria ini bisa lolos pengawasan.

"Kau mau ke mana? Bukannya, Monica melarangmu keluar legium seorang diri?"

Asia menghela napas. Sepertinya, ia harus berbohong.

"Apa aku bisa mempercayaimu?" Wajah Sir Johan merona. Tidak menduga bahwa Asia ingin ia mempercayainya. Bahkan jika Asia meminta Sir Johan memetik bintang. Pria itu pasti akan melakukannya.

"Apa kau ingin menyelinap diam-diam?"

Asia mengganguk pelan.

"Bisa antar aku ke rumah pengobatan kekaisaran? Aku mau ke sana."

Sir Johan mengganguk mantap. Tanpa menanyai alasannya, ia pun mengajak Asia keluar dari legium. Seorang penjaga gerbang tampak memperhatikan kepergian mereka.

.
.
.

Armin agak risih saat melihat Asia datang bersama Sir Johan. Dia pikir, anak itu akan datang bersama Monica. Tetapi itu jauh lebih baik, ia teringat pengalaman buruk di masa lalu. Kapten Kesatria Yuvrae hampir saja menghancurkan seluruh ruangan karena pengobatan untuk pasukannya sangatlah lambat.

"Ke sini."

Armin menuntun mereka melewati koridor dengan puluhan pintu. Lalu masuk ke dalam ruangan yang pintunya terbuka lebar. Di dalam sana, tampak tirai-tirai putih digunakan sebagai sekat  atas batas tiap ranjang.

Ruang inap

Asia membatin, ada seorang pria yang terbaring di salah satu ranjang. Wajahnya pucat paci. Dia tersenyum tipis dan Asia tersentak melihat hampir tidak ada gigi di dalam mulutnya.

"Beberapa penyihir memang bisa ditugaskan untuk membantu menyembuhkan." Armin berujar. "Tapi, memungkinkan seorang penyihir untuk mengobati semua orang dalam waktu bersamaan cukuplah merepotkan. Maka dari itu, penyihir terlatih akan ditugaskan meracik obat untuk membantu proses penyembuhan."

Asia masih menyimak penjelasan Armin. Dia masih menunggu garis besar dari pokok permasalahan yang ia tawarkan.

"Lalu?" tanya Asia penasaran. "Anda ingin saya meracik obat?"

Armin tersenyum puas sebagai jawaban.

"Sekalipun sihir bisa digunakan untuk menghentikan pendarahan. Tetapi, kami tidak dapat mencegah gusi yang terus-menerus  berdarah. Apa kau bisa menyembuhkannya?"

Senyum di wajah Armin makin terlihat licik. Asia ingin membuka suara. Tetapi diselip Sir Johan dengan cepat.

"Kau ingin anak ini menyembuhkan skorbut?" Nada suara Sir Johan terlihat kesal.

"Kenapa?" Armin malah terlihat santai. "Monica ingin sepupunya mendapatkan izin resmi sebagai bagian dari penyembuh Kekaisaran. Jika dia ingin jadi bagian kami. Aku perlu menguji tiap bawahanku dan melihat seberapa besar kompetensi yang ia miliki. Anggota penyembuh Kekaisaran adalah jantung negara."

Sir Johan menggeram kesal dengan kedua tangan terkepal. Ia melirik ke arah Asia dengan tatapan khawatir.

"Tapi skorbut," lirih Sir Johan. "Itu adalah penyakit yang tidak bisa disembuhkan."

Mata Asia terbelalak. Ia pun melirik ke arah Armin.

"Bagaimana adik kecil?"

Adik kecil lagi, ck.

Asia bisa merasakan tatapan pasrah dari pasien yang terbaring di atas tempat tidur. Sihir memang bisa segalanya, namun ada batasan dalam tiap penggunaan.

"Baiklah, aku akan menjawab ujian ini. Kurasa dalam seminggu pasien akan segera sembuh." Asia menyahut penuh percaya diri.

Armin tertengun, merasa tidak percaya dengan ungkapkan Asia. Bukankah ini sudah jelas? Dari awal Armin memang tidak ingin memberi izin pada bocah berusia 12 tahun yang terus menempel pada Monica.

"Kau ingin menyembuhkannya dengan apa?" tanya Armin dengan sinis.

"Bisa tunjukkan di mana dapur kerajaan, Joo?"

Asia lebih memilih bertanya pada Sir Johan. Pria itu pun dengan antusias membawa Asia ke arah dapur kerajaan.

.
.
.

Secara pribadi, Sir Johan membantu menjelaskan pada koki dapur kepentingan Asia bisa berada di sana. Setelah mendengar semua penjelasan untuk melakukan racikan obat dengan bahan dapur. Sang Koki pun setuju, walau agak kurang yakin bagaimana orang herbalist bisa menggunakan dapur untuk tujuan tersebut.

Sir Johan juga diminta untuk mengawasi dari jauh. Asia pun membisikkan rencananya pada koki. Bahwa mereka harus menyiapkan sebuah minuman selama seminggu untuk Asia bawa ke ruang perawatan dan demi menjaga rahasia. Lagi-lagi, Asia mengancam akan memberikan kutukan makanan basi jika sang Koki berani membocorkan ini pada orang lain.

Hari pertama, Armin penasaran dengan cairan di dalam botol yang diberikan Asia pada pasien. Dia juga percaya, bocah ingusan seperti Asia tidak mungkin bisa menjadi penyembuh.

.
.
.

"Dari mana?" Monica bertanya gusar, tatkala Asia dan Sir Johan kembali ke area legium.

Sir Johan sudah bonyok di sudut ruangan. Karena tidak bisa mengelak lagi, Asia pun menceritakan semua yang terjadi.

"Sial! Dia memang sengaja melakukan itu. Kau tidak akan berhasil Asia. Penyakit itu sulit sekali disembuhkan. Makanya, setiap ada pelayaran. Tidak banyak prajurit yang mau ikut. Karena semua orang tahu, siapapun akan terkena skorbut jika terlalu lama berlayar."

Sebenarnya, Asia ingin mengatakan bahwa penyakit itu bisa disembuhkan. Hal tersebut ia pelajari dari kehidupan sebelumnya. Toh, orang awam di dunianya juga tahu pengobatan tentang skorbut.

"Percaya padaku, Monica. Seminggu ke depan. Orang itu akan segera sembuh." Asia kembali menyakinkan.

"Dan bisa jadi, seminggu lagi kau akan didepak jika tidak memiliki surat izin."

"Aku, 'kan bisa kembali ke gang itu," ucap Asia dengan polos. "Lagipula, jika aku mendapatkan izin tinggal di istana. Tolong, izinkan aku untuk keluar istana dan legium. Aku juga tidak mau terus-terusan jadi katak dalam tempurung."

"Hey!" protes Monica. "Aku tidak pernah menyebutmu sebagai katak."

"Itu cuma peribahasa." Asia memutar bola mata malas. "Perumpamaan situasi."

"Perumpamaan situasi?" ulang Monica. "Aku tidak mengerti."

Asia hanya menarik napas, tidak ada gunanya juga menjelaskan hal ini kepada Monica. Dia tidak akan pernah paham.

___/_/___
Tbc

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top