Chapter 5

Monica tersenyum penuh kebanggaan melihat wajah Asia yang lugu tampak tercengang. Tidak rugi juga dia, jalan-jalan di jam bebas dinas.

"Mustahil."

Kebanggaan Monica runtuh-seruntuhnya, tatkala mendengar komentar Asia yang datar.

"Kau terlihat seperti penipu."

Monica merasa dadanya ditusuk dua kali. Tidak berdarah, tetapi sangat sakit.

"Apa aku akan digaji?" Asia malah bangkit dari alas kardus bekasnya. "Sebagai seorang anak kecil yang punya masa depan. Aku perlu uang untuk menggapai mimpi."

Monica tertawa. Walau rasa humornya terdengar hambar.

"Kau akan digaji juga. Jadi, gimana? Kau tertarik?"

Asia mengganguk. Lalu menggapai tangan Monica untuk berjabat tangan.

"Panggil aku Asia atau Sia. Jika kau berbohong. Kau akan kena kutukan."

Monica menatap ngeri saat tangannya dan tangan Asia mengeluarkan cahaya biru. Sedetik kemudian, cahaya itu menghilang.

"Sihir perjanjian. Jika kau menipuku. Wajahmu akan penuh jerawat."

Bocah kurang ajar!

Monica ingin menggamparnya. Sepertinya, dia salah menilai bocah yang ia temui seminggu lalu. Tetapi lumayan juga, Asia seperti anak yang punya bakat emas. Akan sia-sia saja membiarkannya hidup gelandang seperti ini. Cepat atau lambat, seseorang akan menyadari keberadaannya.

.
.
.

Monica tidak berbohong. Dia benar-benar seorang Kesatria. Digandengnya tangan Asia saat memasuki istana wilaya timur. Tempat itu digunakan sebagai arena tempat tinggal seluruh kesatria kekaisaran.

Dari gerbang utama, Monica menuntun Asia ke lapangan terbuka. Berpuluh-puluh pria tanpa menggunakan pakaian atas sedang adu otot satu sama lain.

Jantung Asia berdebar. Ini pemandangan yang sangat tidak boleh dilihat anak di bawah umur. Tetapi karena jiwa bucinnya adalah wanita dewasa berusia 25 tahun. Penampilan roti sobek, tidak boleh dilewatkan begitu saja. Saat tersadar, liur Asia hampir menetes.

"Tidak ada perempuan di sana." Asia berkomentar datar.

"Legium wanita hanya 20 orang. Mayoritas memang pria. Tapi tenang saja, kau akan dikenalkan sebagai adik sepupuku. Pria-pria di sini tidak akan berani menggangumu."

"Bagaimana kalau mereka tahu, aku Putri Baron?" Asia tampak cemas memikirkan itu.

"Hmm, kurasa kau perlu merubah warna rambutmu."

"Aku tidak mau! Aku suka warna ini!"

Monica mencoba berpikir.

"Warna mata? Ubah dari biru menjadi violet?"

Asia menurut. Dalam satu kedipan mata. Ia mampu merubah warnanya.

"Seperti ini?"

Monica tersenyum puas. Benar, anak ini berbakat.

.
.
.

"Siap, gerak!"

Monica telah memberikan perintah untuk semua legium kekaisaran berkumpul di halaman belakang bangunan utama. Tempat itu di penuhi rerumputan lembut dan pepohonan rindang. Yang kadang di gunakan sebagai tempat diskusi.

Beberapa balok kayu disulap menjadi meja dan kursi ramah lingkungan.

"Kenalkan ini Sia, dia sepupu jauhku. Mulai hari ini, Sia akan menjadi penyembuh di legium. Kuharap, kalian memperlakukannya dengan baik."

Seluruh prajurit menatap Asia dengan tatapan penuh minat. Tampang lugu Asia sangat berbeda jauh dengan tampang Monica yang seperti berandalan. Bahkan, ada dari mereka yang kurang percaya ada hubungan darah di sana.

"Jangan berpikir, aku akan mengirimkan dia di medan perang. Dia hanya bertugas di sini. Jauh lebih baik daripada kita harus berjalan jauh ke rumah pengobatan kekaisaran. Sia, perkenalkan dirimu."

Mata violet Asia menyapu barisan di depannya. Jantungnya berdegup kencang. Wajahnya pun memerah saking malunya dia.

"Salam kenal. Aku Asia, sepupu Kapten Monica. Untuk ke depannya, aku mohon kerjasamanya."

Dan begitulah, awal mulai Asia menjalani kehidupan keduanya. Tidak buruk tinggal bersama Monica. Hanya saja, Asia merasa risih. Tiap kali, Monica mendandaninya seperti boneka berjalan. Itu membuat para kesatria ingin mencubit pipinya yang tampak berisi.

Kendati demikian, tidak ada seorang pun yang berani menyentuh Asia. Paling-paling, mereka akan memberikan Asia beberapa buah-buahan, cemilan dan mainan anak-anak.

Ada klinik yang dibuat khusus untuk tempat pengobatan Asia. Rumah kecil di dekat arena tarung. Seperti biasa, jika tidak ada yang berobat. Asia akan duduk di teras dan memperhatikan para pria berlatih di bawah teriknya sinar matahari.

"Wah, benar rupanya."

Seorang pria berambut putih menghampiri Asia. Dia menggunakan jubah putih panjang dan memiliki papan nama di dada kiri. Armin, Herbalis.

"Kudengar, kau penyembuh di sini." Armin memperhatikan tampang Asia yang seperti bocah.

"Monica mengabarkanku tentang dirimu. Tetapi untuk mendapatkan pengakuan resmi. Kau perlu kualifikasi."

Asia menatap Armin seperti seorang saingan. Dia tahu, pria herbalist itu pasti tidak menyukai bocah seperti dirinya.

"Apa Anda ingin mengujiku?" Asia bertanya lirih. Dia juga tidak keberatan. Monica telah memberikannya banyak buku sihir untuk dipelajari.

"Tidak hari ini. Tetapi aku ingin kau pergi ke rumah pengobatan Kekaisaran besok pagi. Mari kita lihat."

Armin tampak diduga meletakkan ujung jari telunjuknya di kening Asia dan sebelum Asia menyadari yang sedang terjadi. Seorang pria menghempaskan tangan Armin dari wajah Asia.

"Jauhkan tangan kotormu!"

Itu Sir Johan. Dia salah satu Kesatria di bawah pengawasan Monica. Rambutnya cokelat tua dan yang paling sering memberi hadiah kepada Asia di tiap kesempatan.

"Jo," lirih Asia.

"Apa Anda ingin menyakiti adikku?" Sir Johan menatap nyalang. Armin makin tidak suka melihat sikap kesatria yang ia anggap agak bar-bar.

"Bukan urusanmu!"

Armin lalu beranjak pergi begitu saja. Asia hanya bisa menghela napas. Kemudian, ia melirik ke Sir Johan.

"Terima kasih, Jo."

Sir Johan menggeleng.

"Sudah kuperhatikan sejak tadi. Aneh, jika kepala pengobatan kekaisaran tiba-tiba berada di sini. Namun, setelah melihatmu bersamanya. Aku rasa, ada yang salah. Apa dia mengganggumu?"

Asia menggeleng. Dia teringat perkataan Armin tentang menguji dirinya.

"Kau bosan? Bagaimana jika kuajarkan menggunakan pedang?" Sir Johan tampak semangat mengajak Asia. Lagipula, anak itu hanya seperti ini di depan klinik. Jika tidak menonton orang berlatih, maka Asia akan terlihat duduk sendiri membaca buku.

"Apa boleh? Aku bukan prajurit."

Sir Johan malah terkekeh pelan.

"Siapa yang berani melarang adik kecil kami berlatih pedang? Jika ada, akan kupatahkan lehernya. Ahahaha."

Lagi, Asia merasa disadarkan betapa mudahnya usia dia sekarang. Walau agak ragu, ia pun tersenyum lebar pada Sir Johan.

"Ajarkan aku menjadi Kesatria yang kuat!"

.
.
.

Monica yang baru kembali dari urusannya. Cukup terkejut melihat para prajurit tampak semangat mengelilingi sesuatu. Penasaran dengan apa yang terjadi. Dia pun mendekat.

Di dalam lingkaran, Sir Johan berseru riang mengajarkan Asia beberapa teknik dasar berpedang untuk mengalahkan lawan.

"Serang bagian yang tidak tertutup jirah!"

Para legium yang menyadari keberadaan Monica bungkam tiba-tiba. Seseorang mencoba memberikan kode kepada Sir Johan. Tetapi pria itu tampak tidak menyadarinya.

Yang lain sudah membubarkan diri. Sekarang, Monica seperti memiliki asal hitam yang menyembul keluar dari dalam tubuh. Mata cokelat Monica terlihat bersinar penuh amarah.

"Joooo!"

Sir Johan menoleh. Semua teman-temannya telah bubar, dia baru sadar karena tidak ada lagi suara yang berteriak memberi semangat.

"Monica," seru Asia dengan senyum lebar. Pakaian Asia sudah berubah menjadi lusuh. Tidak ada lagi dress manis yang tadi pagi diberikannya pada Asia. Wajah adik angkatnya pun kotor oleh keringat dan noda tanah.

"Joo," lirih Monica dan tanpa Asia menyadari. Kaki Monica sudah menyepak tubuh Sir Johan hingga terpental. "Beraninya kau membuat adikku kotor!"

Sebagai catatan, Asia hanya bisa meringis melihat nasib Sir Johan. Sejak tinggal bersama Monica, Asia sudah merasakan, bahwa Monica menyanyanginya seperti adik kandungnya sendiri.

___/_/____
Tbc

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top