Chapter 15

Orion benar-benar membebaskan Asia. Pria itu hanya menatap punggung Asia yang perlahan makin menjauh masuk ke dalam hutan.

"Kau serius?" Miya berkomentar. "Dia akan jadi santapan makhluk di luar sana."

Mendengar itu, Orion hanya terkekeh pelan.

"Cari mati, jika ada yang menyakiti Asia."

"Lantas?" tanya Miya. "Yang Mulia bilang, Anda mencintainya. Kenapa Yang Mulia membebaskannya?"

Orion terdiam sejenak. Tampak memikirkan sesuatu.

"Aku tidak ingin memaksanya berada di dekatku, jika dia tidak menyukaiku. Jangan pikir, aku pria egois yang memaksa seorang wanita bersamaku. Padahal hati dan raganya bukan milikku. Aku punya cara untuk mencintainya, Miya."

Gadis berdarah Vampir itu tampak tidak mengerti dengan maksud Orion. Itu terlalu ambigu padanya.

Kemudian, Asia membuka aura sihirnya ke segala penjuru demi menemukan Monica. Dia tidak peduli, jika itu akan menarik minat Monster. Setelah mengetahui di mana Monica berada, Asia segera berlari menghampiri.

Napasnya tersengal-sengal. Dia harus cepat. Ada bunyi gesekan bilah besi yang sedang digunakan. Monica sedang bertarung dan di saat bersamaan. Seekor makhluk serba hitam menerkam Asia tiba-tiba.

"Akhhh!!!"

Walau terjerembab ke atas tanah. Asia berhasil melakukan serangan. Monster yang tadi menyerangnya kembali menyatu. Lalu memunculkan sembilan pasang mata berwarna merah menyala.

"MENYINGKIR DARI ADIKKU, KEPARAAAT!!!"

Tebasan Monica berhasil membunuh si Monster. Mereka tidak lagi membelah diri dan hidup. Monica tiba di timing yang tepat.

"Mo- Monica?" seru Asia dengan wajah penuh air mata. Dia lantas menerjang Monica dengan sebuah pelukan. Ada rindu yang selama ini terpendam bertahun-tahun.

"Kau selamat," ujar Monica senang. Lalu, ia pun ambruk dalam pelukan Asia.

"Monica? Monica?"

Asia panik. Ada luka di bagian perut Monica yang sudah sangat parah. Itu adalah efek dari serangan monster yang menyebabkan racun pada tubuh. Organ vital Monica seperti limpah mulai menghitam. Sepertinya, ia mendapatkan luka itu saat tengah mencari Asia.

"Kumohon, Monica. Jangan pergi!"

Asia semakin terisak. Dia berusaha menyelamatkan Asia dengan Revitalize, menambahkan God's Blessing, hingga membuat Prayers.

Namun semuanya sudah terlambat. Racun itu menyerap sampai ke dalam sel-sel jaringan tubuh. Diperlukan kemampuan Cardinal untuk kasus seperti ini.

Asia tidak menyerah. Apapun ia kerahkan untuk menyelamatkan Monica.

"Dengar Asia," lirih Monica.

"Jangan berbicara!"

"Tempat ini berbahaya. Kau tahu, Ugh, Pangeran Iberian ingin menaklukkan monster untuk dibawa pulang. Dia telah menyelundupkan sebuah telur aneh. Itu yang membuatnya terluka. Kau harus membunuh monster itu."

"Diamlah!" tegur Asia.

"Ekspedisi ini untuk membuat senjata rahasia. Perang akan kembali terjadi. Dengarkan aku, anak nakal."

Bibir Monica memucat. Asia semakin panik.

"Kumohon jangan. Jangan mati, Monica! Aku tidak punya siapa-siapa!"

Monica tersenyum tipis.

"Menjauhlah dari Yuvrae dan katakan pada Johan, aku minta maaf dan tolong rawat Nova dengan baik."

Monica menghembuskan napas terakhirnya, setelah mengelus pipi Asia. Pepohonan berderak aneh. Angin berembus kencang. Asia sampai memejamkan mata dan memeluk Monica kuat-kuat.

Sekonyong-konyong, mendadak suasana berubah sunyi. Lalu terdengar seseorang menginjak ranting kering.

"Aku turut berduka cita, Asia."

Asia mendongak, ada Orion yang berdiri dengan raut wajah sedih. Perlahan, tubuh Monica berubah menjadi butiran debu dan terbang ke angkasa.

Asia hanya bisa terbelalak melihat peristiwa tersebut. Ia mencoba menggapai. Tetapi semuanya terasa begitu hampa. Dia sudah tidak mempedulikan keberadaan Orion. Baginya, hanya ada satu orang.

"Monica."

Asia hancur-sehancurnya. Orion yang tidak tega melihat Asia menangis berusaha mendekat, lalu membelai punggung Asia.

"Menangislah dengan puas, Asia. Kau berhak melakukannya."

Not To Be End

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top