Chapter 13
Sekuat apapun Jaz, tetapi jika terpojok. Ia tidak akan bisa bertahan lebih lama. Semakin ia menebas, para monster terus membelah diri lebih banyak lagi.
Dia telah menggunakan sword forest untuk menebas. Jenis pedang yang terbuat dari tumbuh-tumbuhan. Bilahnya berwarna perak dengan ganggang sehijau lumut.
"Sial!" Jaz berdecak kesal.
Seorang monster kembali melancarkan serangan. Jaz menebas tubuhnya, namun dari belakang monster lain berhasil mengoyak punggung Jaz. Pria itu pun menjerit kesakitan. Ditebasnya kembali si monster.
Napas Jaz tersenggal-senggal. Dia tidak ingin mati konyol dibunuh oleh monster. Itu akan merusak harga dirinya. Jaz kembali menyerang, ia akan mengambil sebuah taktik dengan menyerang maju untuk membuka jalan keluar. Melarikan diri adalah cara terbaik.
Jadi, Jaz mengarahkan tipuan cahaya yang menyilaukan. Sesaat, para monster teralihkan. Tetapi begitu sadar, Elf incaran mereka telah kabur. Jaz bahkan bergerak cepat menyembunyikan jejak darahnya agar tidak terendus.
Tubuh Jaz benar-benar lemah. Ia terus memaksakan diri untuk berjalan ke arah timur. Luka di punggung ia abaikan. Digunakannya sword forest sebagai tongkat untuk menopang tubuh.
.
.
.
Sementara itu, monster yang menculik Asia rupanya dibawa ke sebuah kastil berdesain gotik. Kastil itu berdiri megah dengan penggunaan unsur warna hitam atau gelap yang tegas pada dinding. Jendelanya berbentuk vertikal besar. Dengan beberapa menara di tiap sudut.
Tempat itu terlidung oleh sihir. Area pepohonan di sekitar tempat itu seperti pohon mati yang menghitam. Gagak bertebaran di udara dengan koak-koak mereka.
Sesekor naga hitam besar dengan mata biru terbang dan menukik turun di beranda kastil paling atas. Wujudnya berubah saat ia berpijak.
Seorang pria dengan rambut seputih salju dan mata biru berjalan cepat ke dalam ruang tahta. Di sana, ia melihat Asia yang telah dibaringkan.
"Pergi!" desis pria itu pada si monster. Mereka menurut, lalu menghilang.
Tangan si pria melambai ke udara. Tubuh Asia pun melayang dan terbang ke sisinya dan jatuh dalam dua lengannya.
"Jadi, ini benar, kau?"
Orion mengecup kening Asia dengan begitu khidmat. Setelah lima tahun lamanya, mereka kembali dipertemukan. Tanda yang ditinggalkan Orion pada telapak Asia adalah sinyal jika Asia berada di lingkungan penuh monster. Sekaligus penanda, bagi Orion.
Orion lantas membawa Asia ke ruangan yang lebih layak. Ia tidak mengerti, bagaimana bisa Asia datang ke tempat berbahaya seperti pulau kematian.
Orion menebak, bisa jadi atas perintah Kekaisaran Yuvrae. Melihat jubah yang dikenakan, Asia. Ini sudah membuktikan, siapa Asia sekarang.
"Saintees," gumam Orion begitu ia menidurkan Asia ke sebuah kamar yang memiliki kelambu berudu berwarna hitam.
Orion bahkan memasang segel khusus di seluruh kamar agar Asia tidak bisa terbangun. Besar kemungkinan, jika Asia sadar. Ia akan berusaha menyerang Orion dan berusaha meminta pertolongan dari pasukan Pangeran Mahkota.
Dipandangnya wajah Asia dari tepi pembaringan. Orion tentu tidak akan lupa dengan kebaikan Asia. Dia adalah teman pertama yang Orion miliki saat semua orang menatapnya seperti monster.
"Yang Mulia." Seorang wanita berpakaian gaun tipe long dress hitam. Yang memiliki panjang hingga mata kaki. Di bagian atas dibentuk seperti tank top dengan bagian dada yang terbuka serta pada potongan bagian atas mengikuti lekuk tubuh hingga bagian pinggul.
Warna matanya kuning terang seperti mentega. Dia terganga, melihat ada seseorang yang asing di dalam kastil.
"Manusia!"
"Bersikap tenanglah, Miya," titah Orion tampak menoleh. "Dia milikku. Yang selalu ku ceritakan padamu."
Ingatan Miya terkoneksi. Jelas, dia mengingatnya. Dalam sehari, Orion tidak pernah lupa menceritakan tentang gadis berambut lilac yang ia sebutkan sebagai cinta pertamanya.
Tetapi, Miya tidak habis pikir. Gadis itu adalah Saintees, dia memiliki tugas untuk membasmi makhluk kegelapan seperti monster dan ras seperti ia dan Orion. Cinta Orion salah tempat.
"Apa ada yang ingin kau laporkan?" selidik Orion dengan lirikan mata.
Miya mengganguk. Lalu berjalan lebih dekat menuju tepi tempat tidur agar ia bisa lebih leluasa melihat Asia yang terkurung dalam sihir milik Orion.
"Sepertinya," ujar Miya. "Pangeran Iberian akan segera meninggalkan pulau. Dia tidak kunjung membaik setelah serangan kita yang terakhir kali. Kudengar, mereka sedang meminta bala bantuan."
Miya menggantungkan kalimatnya. Jelas, bala bantuan yang dimaksud. Malah disekap oleh Lord mereka.
"Baguslah, aku sudah lelah untuk mengusir mereka dari dulu. Tetapi bocah keras kepala itu terus saja bersikukuh untuk menguasai wilayah ini."
Orion pun memberikan bahasa tubuh agar Miya meninggalkan dirinya dan Asia. Miya pun pergi, tetapi dia masih tidak bisa menerima keberadaan Asia di kastil mereka.
.
.
.
Asia bermimpi, ia berada di sebuah padang bunga penuh Lily Of The Valley. Angin musim semi berembus lembut. Sejauh mata memandang, ia tidak melihat seorang pun ada di sana.
Awalnya, Asia merasa ini adalah pemandangan yang luar biasa. Tidak jadi masalah, jika tak ada seorang pun. Matahari bersinar cerah. Namun cahayanya tidak terlalu membuat kulit merasa terbakar.
Asia mulai memetik setangkai demi setangkai bunga Lily. Ia berencana mengumpulkan beberapa ikat untuk dibawa ke kota nanti. Monica dan Sir Johan pasti akan sangat senang mendapatkan bunga tersebut.
"Nona Sia!" Asia refleks menoleh. Ia mendengar suara Jaz yang memanggil dari kejauhan.
"Nona Sia!" Jaz kembali berseru. Asia tidak melihat keberadaan Jaz sama sekali.
"Jaz? Kau di mana? Jangan bersembunyi!" tukas Asia. Dia tidak suka dikerjai seperti ini.
Lalu Asia melihat seorang bocah laki-laki berambut putih dengan warna mata sekuning cahaya matahari sedang berdiri menatap Asia tidak jauh dari tempatnya berada.
Asia mengenalinya, dia bocah pendiam yang ia temui sebelum bertemu Leonel.
"Kau," seru Asia. "Apa yang kau lakukan di sini?"
"Jangan pergi." Si bocah berujar. Alis Asia bertaut bingung.
Mendadak, angin berembus kencang. Sosok si bocah berubah menjadi naga hitam besar dengan sisik yang berkilat-kilat. Mata birunya menatap Asia dengan waspada.
"Arghhh!!"
Asia berteriak sekencang mungkin. Sihir pelindung Orion pecah dan hancur. Asia tersentak dari mimpi. Dia terheran-heran, seharusnya dia ada di hutan bersama Jaz, bukannya ada di sebuah kamar dengan aura kegelapan yang terasa pekat.
Asia pun menyibakkan selimut. Ia memeriksa ke sudut bingkai jendela kamar. Pemandangan di luar kastil seperti tempat terkutuk. Pohon-pohon berwarna hitam legam tanpa daun. Tanahnya gersang dan banyak semak belukar di mana-mana.
"Kau sudah bangun?"
Asia menoleh cepat. Orion telah berdiri dibalik pintu. Sepertinya ia datang, setelah mendengar teriakan sebelumnya.
"Tidak heran, kau bisa memecahkan segel."
"Siapa kau?" ucap Asia dengan sikap waspada.
"Orion. Apa kau lupa? Kita pernah makan permen bersama di alun-alun kota 5 tahun lalu. Ingat?"
Asia alis bertaut bingung. Bocah pemalu dan pendiam ini telah tumbuh menjadi seorang pria dewasa. Bahunya terlihat lebar dalam tunik putih tulang yang ia kenakan, padahal Asia ingat. Saat itu, Orion sedikit lebih pendek darinya.
"Kenapa kau ada di sini?" tanya Asia tanpa menurunkan kewaspadaan.
"Memangnya salah berada di rumah sendiri?"
Asia semakin merasa bingung.
"Kau tinggal di pulau kematian?" tebak Asia.
"Tidak juga. Ini hanya rumah peristirahatan."
"Kenapa? Tempat ini penuh sarang monster. Mengapa kau mau membangun rumah di tempat seperti ini?"
"Tanyakan pada Iberian. Mengapa ia harus mengusik rumah orang lain?"
Tampak merasa gentar. Orion berjalan menghampiri Asia. Dia tidak ingin membuat jarak antara ia dan Asia. Akan tetapi, Asia langsung memberikan serangan pertama untuk mencegah Orion mendekat.
Sayang, serangan tersebut dengan mudah dipatahkan.
"Aku tidak akan menyakitimu," seru Orion.
"Tubuhmu memiliki aura kegelapan. Bagaimana bisa kau pikir aku bisa bersikap tenang?"
Asia sedikit berucap tegas di akhir kalimatnya. Orion mengabaikan perkataan tersebut. Lalu ia mengulurkan tangan untuk mengajak Asia berjabat tangan.
"Kau belum pernah memperkenalkan dirimu. Jadi, mari kita kembali berkenalan. Aku Orion, Kaisar Euronoth dan kau Nona Saintees. Siapa namamu?"
____/_/____/____
Tbc
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top