Asheeqa 11
بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
Hidup dan mati seseorang sudah Allah tulis sebelum manusia di ciptakan. Dan Allah dengan mudahnya bisa memerintahkan malaikat Izrail untuk mencabut nyawa seseorang.
-Asheeqa-
Dokter Azlan menghampiriku dan Ayesha yang masih ku peluk erat.
Keringat masih membasahi wajahnya, lengan kemejanya masih di gulung sampai siku. Ekspresi wajahnya benar-benar sulit di tebak. Apa yang terjadi dengan Bila? Bagaimana keadaan Bila? Pertanyaan itu terus muncul di pikiranku.
Sekali lagi aku melirik ke balik kaca. Beberapa perawat masih ada di dekat Bila.
"Dok, Bila kenapa?" Tanya Ayesha cemas.
Dokter Azlan tersenyum, "Alhamdulillah Bila sudah lebih baik. Tapi masih harus di pantau kondisinya."
"Rayan dimana?" Tanya Azlan lagi, melihat hanya ada aku dan Ayesha.
"Dia di sekolah Ayesha. Ada rapat wali murid." Terangku.
"Apa boleh kami masuk dok?" Ayesha meminta izin.
"Boleh. Kalau Rayan pulang tolong kasih tahu saya. Saya ingin bicara."
"Bicara apa ya? Dokter bisa bicara dengan saya. Aku dah anggap mereka adik-adikku." Jawabku mantap. Sekarang aku bisa di bilang jadi wali mereka. Kalaupun yang akan di bicarakan soal kondisi Bila, mungkin aku lebih siap mendengarnya. Di banding dengan Rayan, yang sudah menanggung banyak beban.
"Hemm, yaudah. Kamu bisa ikut ke ruangan saya." Pinta Azlan.
"Sha, mbak tinggal sendirian nggak apa-apa kan?"
Ayesha hanya mengangguk, dan lekas masuk ke ruangan ICU.
Aku mengikuti langkah dokter Azlan menuju ruangannya. Sebenarnya agak canggung mengingat kejadian kemarin antara aku dan dia. Mulutku yang ceplas-ceplos seenak jidatnya manggil singa. Tapi mau gimana lagi, kayaknya ada masalah serius dengan Bila. Demi jadi kakak yang baik, aku buang jauh-jauh deh pikiran itu. Jangan sampai aku bikin ulah lagi.
"Mau kemana kamu?" Tanya Dokter Azlan melihatku malah jalan lurus melewati Azlan yang ternyata sudah di depan pintu ruangannya.
Tepok jidat deh. Kenapa sih aku bisa nglamun sampai kelewatan kayak gini. Bikin malu aja.
"Butuh air ya?" Godanya mengikuti salah satu iklan air mineral. Bisa ngledek juga nih orang.
Aku lebih memilih masuk dan tak menganggapi perkataannya. Males kalau nanti ujung-ujungnya aku nggak bisa ngerem nih mulut gara-gara debat sama dia. Harus jadi anak baik sekarang. Ingat ini soal Bila, buang jauh-jauh soal nyebelinnya dokter singa. Astaughfirullah.
"Bila kenapa dok?" Tanyaku duluan.
"Bila tadi mengalami Cardiac Arrest ... "
"Henti jantungkan maksudnya." Kataku cepat melanjutkan perkataannya.
"Iya." Katanya mengangguk, sambil memainkan pulpen di tangannya.
"Terus gimana sekarang kondisinya?" Tanyaku lagi, penasaran dengan kondisi Bila.
"Kondisi Bila mulai stabil. Tapi tetap harus dalam pantauan di ICU. Beruntung dia anak yang kuat, bisa melewati masa-masa sulitnya."
"Alhamdulillah." Ucapku lega, "tapi ada apa dok sampai dokter minta waktu buat ngobrol di sini?" Tanyaku curiga, jangan-jangan nih dokter singa ada maksud terselubung nih ngajakku ke sini. Ada udang di balik bakwan kayaknya.
Dia hanya tersenyum, duh senyumnya manis banget. Ralat senyumnya aneh nih. Pakai acara senyum-senyum mulu nih singa. Udah mulai gila apa ya, stres kali jadi dokter.
"Nggak usah mikir aneh-aneh. Gue mau bicara serius soal Rayan dan Ayesha." Katanya meninggalkan embel-embel kata 'saya' yang dari tadi formal banget.
"Oh. Memang kenapa sama mereka?" Tanyaku penuh selidik.
"Hampir seminggu mereka di sini. Hanya berdua yang bergantian jagain Bila. Saya khawatir dengan kondisi kesehatan mereka. Saya sudah tahu soal kamu dan keluarga yang akan menolong mereka."
"Dari Husna." Tebakku. Dokter Azlan hanya mengangguk.
"Terus maksudnya gimana nih?" Tanyaku bingung. Males kalau denger dia yang muter-muter ngomongnya. Dasar dokter tinggal to the point aja napa sih?
"Kamu seharusnya konsekuensi dengan perkataanmu buat jadi kakak mereka." Sindirnya, pasti soal kemaren aku yang main kabur aja.
"Maaf soal kemarin saya ada urusan penting." Belaku.
"Iya saya tahu. Tolong salah satu dari Ayesha dan Rayan untuk beristirahat di rumah. Jangan sampai nanti salah satu dari mereka sakit. Kamu bisa kan ikut bergantian jagain Bila?"
"Iya dok. Makasih sudah perhatian sama mereka. Saya mulai sekarang bakalan ikut gantian jagain Bila." Janjiku mantap, nggak tega juga kalau mereka berdua kurang istirahat.
"Terima kasih." Ucap dokter Azlan pakai bumbu senyum manis.
Duh meleleh bang liat senyummu mulu. Aku cepat-cepat menggeleng. Menjauhkan pikiran kotorku ini. Jangan sampai terhipnotis sama senyum manisnya. Mulut dia kan pedas. Nggak mau deh, kalau omongan dia nyata mau belah dadaku.
"Kamu kenapa?"
"Eh. Nggak dok. Nggak apa-apa. Udah nggak ada yang di omongin lagi kan?"
"Iya." Jawabnya singkat.
"Saya permisi dok." Buru-buru aku keluar dari ruangan dokter singa. Jangan sampai nanti di terkam dia.
Tapi baru beberapa langkah, aku berhenti. Aku baru inget kalau bunda masukin banyak nasi dan lauk pauk di rantang yang setia aku bawa dari tadi.
"Inget ya ka. Ini bunda bawain banyak makanan. Jangan lupa ajak dokter Azlan yang ganteng buat makan bareng. Dia pasti capek, ngrawat pasien-pasiennya. Anggap aja ini ucapan terima kasih udah ngobatin Bila." Pesan bunda panjang lebar.
Padahal kan udah tugas dia jadi dokter. Ngapain juga bunda repot-repot segala. Bikin berat aja rantangnya. Tapi kalau aku nggak bagi sama dokter singa. Mubazir dong nasinya. Bisa di jewer sama bunda gara-gara aku nggak amanah.
Buang rasa malu, sama pikiran anehku tentang si singa deh. Yang penting nih nasi nggak sisa, kasian nanti nasinya nangis. Lagian pak Tani dan bu Tani kan udah capek-capek nanem padi. Masa iya aku buang sia-sia. Lebih baik berbagi.
Aku kembali berbalik menuju depan pintu ruangan dokter Azlan.
Tanganku menggantung di depan pintu. Antara ketuk apa langsung buka ya? Tapi kalau langsung buka nanti di bilang nggak sopan. Yaudah ketuk aja deh. Bismillah sambil menutup mata.
Tapi tanpa sepengetahuanku, ternyata pintu telah terbuka. Dan menyisahkan tanganku yang mampir di jidat si dokter.
"Kamu mau ngapain?" Tanyanya kaget.
Aku hanya senyum, semanis mungkin ngikutin iklan pasta gigi. Dan menarik tangan dari jidatnya.
"Bunda bawain banyak makanan. Dan kata beliau suruh di bagi sama dokter." Jawabku sambil mengangkat rantang nasi ke samping kepalaku.
"Boleh. Saya juga udah laper." Ucapnya tanpa ada basa-basi langsung main nerima aja ajakanku. Dokter nggak ada malunya apa ya? Atau jangan-jangan dia belum gajian jadi main nrima aja ajakanku.
"Ooo oke kalau gitu dok kita ke kantin. Tapi aku ajak Ayesha dulu. Dan barang kali Rayan sudah sampai di sini."
Dia hanya mengangguk.
"Oh ya, bentar ada yang ketinggalan."
Aku masih berdiri di depan pintu. Menunggu si singa kembali masuk ke ruangannya.
"Ini, kemarin salah satu dokter di sini katanya di tabrak sama cewek yang memakainya," ujar dokter Azlan menyerahkan topi yang dari tadi aku cari.
"Kok bisa ada di dokter?" Tanyaku.
"Saya sudah laper, bisa ke kantin sekarang?" Katanya tanpa jawab pertanyaanku. Malahan dia lebih mementingkan perutnya.
"Sini rantangnya biar saya bawa ke kantin. Kamu panggil aja Ayesha sama Rayan." Dokter Azlan, mengambil rantang yang aku pegang. Dan berjalan duluan menuju ke kantin.
Aku masih mematung, memegang topi kesayanganku. Akhirnya ketemu.
"Asheeqa, kamu mau diam aja di situ? Nggak enak kalau nasinya jadi dingin." Kata dokter Azlan mengingatkanku.
"Iya dok." Jawabku kemudian jalan menuju ke ruang ICU.
Aku nggak salah denger ya dia manggil aku Asheeqa. Kok aku nggak marah ya? Padahal aku kan paling nggak suka kalau ada yang manggil Asheeqa selain keluargaku. Dan tahu darimana dia soal namaku Asheeqa. Aku baru inget di topi ini memang tertulis Asheeqa di dalamnya. Tapi kok dia tahu ini topiku sih. Apa jangan-jangan kemarin yang aku tabrak dia ya orangnya. Aduh lagi-lagi aku ceroboh.
"Mbak Mehru mau kemana?" Sapa seseorang menyamai langkahku.
"Alhamdulillah, ternyata kamu Yan."
"Iya, emang aku kenapa mbak?" Tanya Rayan bingung.
"Kita makan yuk. Aku udah bawa makanan. Tapi panggil Ayesha dulu ya dia masih di dalam." Kataku menunjuk ruang ICU.
"Boleh mbak, aku juga laper dari pagi belum makan." Jawab Rayan malu-malu.
Kini aku, Rayan, Ayesha dan dokter Azlan menikmati masakan bunda. Sebelumnya butuh waktu ekstra mengajak Ayesha, apalagi Rayan juga tadi sempet nolak pas tahu kondisi Bila tadi menurun. Tapi aku terus meyakinkan mereka berdua kalau Bila sudah baik-baik saja. Dan nggak usah khawatir ada perawat yang jagain Bila. Aku bisa jamin kalau perawat akan memberikan kabar kalau Bila kenapa-napa. Lagian kan kita makan bareng dokter Azlan. Kalau ada apa-apa si perawat bisa langsung hubungi si dokter singa.
Tak butuh waktu lama seperti biasa dokter Azlan makan dengan cepat. Dan selesai pertama. Setelah mengucapkan terima kasih, dia pamit katanya ini waktunya dia visite.
"Bila anak yang kuat mbak." Kata Rayan memulai pembicaraan setelah kami selesai makan.
Aku hanya mengangguk.
"Bila, selalu jadi anak ceria dan selalu tersenyum menguatkanku dan Ayesha saat mamah dan papah meninggal. Padahal dia yang paling singkat mengenal mamah dan papah." Cerita Rayan, dengan mata berkaca-kaca.
"Saat sakit dia nggak pernah ngeluh. Dia hanya tersenyum, dan melarangku menangis ketika aku membawanya ke rumah sakit malam-malam karena panas badannya yang tinggi hingga dia mimisan."
Aku memeluk Ayesha yang kini mulai menangis mendengar penuturan kakaknya.
"Aku nggak bayangin kalau tadi Bila nggak selamat mbak. Aku nggak tahu apa jadinya kami berdua tanpa dia." Rayan menunduk dan menangis.
"Rayan sama Ayesha harus kuat ya demi Bila. Alhamdulillah Allah masih sayang sama kalian dan masih mengijinkan Bila bareng kalian." Kataku menguatkan kakak beradik yatim piatu ini.
Hidup dan mati seseorang sudah Allah tulis sebelum manusia di ciptakan. Dan Allah dengan mudahnya bisa memerintahkan malaikat Izrail untuk mencabut nyawa seseorang.
Detik ini kita hidup, tapi kita tak pernah tahu detik berikutnya hidup atau maut yang menghampiri. Tinggal kita mempersiapkan bekal apa yang akan kita bawa saat maut memisahkan kita dari orang-orang kita sayangi dan dari dunia yang fana ini.
* Cardiac arrest atau henti jantung adalah kondisi di mana detak jantung berhenti secara tiba-tiba.
* Visite pasien adalah salah satu aktivitas rutin dokter di rumah sakit. Istilah visite dinisbatkan pada aktivitas seorang dokter yang memeriksa dan mengevaluasi perkembangan pasien yang dirawat inap, termasuk rencana terapi dan pemberian obat.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top