I'll Protect You

I'll Protect You
Ikemen Sengoku fanfiction Disclaimer: Cybird
Author: Asakura_Haruka
Genre: Hurt/Comfort, Drama, Hystorical, Action. 
Warning: Beberapa OC adalah milikku dan Heaira_Tetsuya. Maaf jika tokohnya OOC dan plotnya berantakan.  Happy Reading!

Seorang gadis berambut pirang berjalan menyusuri koridor kastil Azuchi sore itu. Di tangannya terdapat tumpukan kertas yang isinya membahas permasalahan politik di sekitar Kiyosu akhir-akhir ini. Langkah sang gadis terhenti saat tiba di sebuah ruangan bernuansa suram dan terisolasi dari gedung utama kastil Azuchi.

"Naosu, aku membawakan laporan keamanan dari perbatasan timur." Ujar gadis bernama Tokugawa Suzuka itu. Namun tak ada respon dari dalam ruangan.

"Naosu?" Panggil Suzuka lagi. Namun suara remaja lelaki yang seharusnya menjawab perkataan Suzuka, masih tidak terdengar. Mengabaikan tata krama yang diajarkan padanya, Suzuka menggeser pintunya perlahan.

Ruangan itu tidak terlalu gelap karena sinar mentari sore yang masih menembus beberapa ventilasi di ruangan itu. Tak jauh dari pintu, Suzuka melihat sosok remaja lelaki sebayanya memejamkan matanya seraya bersendekap di atas meja kerjanya. Suzuka menghela napas dan memasuki ruangan tersebut tanpa menimbulkan suara. Ia melirik sekilas tumpukan kertas di atas mejanya.

Pasti dia lembur lagi... pikir Suzuka. Ia melepaskan haori keemasan miliknya dan menyelimuti pemuda tersebut yang masih diam tak bergeming. Suzuka sendiri duduk di depan meja kerja sang sulung Oda. Bermaksud untuk sedikit membantu pekerjaannya. Ia menyortir kertas-kertas itu sesuai dengan tingkat kepentingan isinya sebelum akhirnya ia mendengar suara gumaman yang menjadi tanda bahwa si sulung Oda terbangun dari tidurnya.

"Suzuka...?" Ia mengerutkan keningnya heran menyadari keberadaan Suzuka di ruangannya.

"Kau sudah bangun?" Tanya Suzuka cuek sambil tetap menyortir kertas-kertas di hadapannya.

"Apa yang kau lakukan disini? Siapa yang memperbolehkanmu masuk?" Tanya Oda Naosu, selaku penguasa ruangan tersebut.

"Aku datang kesini karena Otou-sama menyuruhku untuk memberikanmu laporan keamanan dari perbatasan timur." Suzuka menaruh kertas terakhir sebelum menatap Naosu datar.

"Dan karena aku tidak mau pekerjaanku semakin merepotkan karena kau tidur, kupikir lebih baik untuk menyusunnya bersama dokumen penting lainnya. Jadi kau bisa segera memeriksanya." Suzuka beranjak berdiri dan keluar dari ruangan itu sebelum Naosu memulai perdebatan rutin mereka.

***

"Suzu-neesama!!" Langkah Suzuka terhenti saat Aiko memanggilnya. Sambil tersenyum hangat, ia menoleh menatap Aiko.

"Ada apa?" Tanya Suzuka lembut.
Sungguh berbeda sekali sikap yang ditunjukan pewaris tunggal klan Tokugawa ini pada Naosu dan adiknya, Aiko. Jika ia terlihat sering berseteru dengan si sulung Oda, maka ia bisa jadi lemah lembut jika di depan si bungsu.

"Apa kau mau kembali sekarang?" Suzuka hanya mengangguk.

"Aku datang kesini hanya untuk mengantarkan laporan dari Toramatsu-san tentang keamanan di wilayah perbatasan timur."

"Souka... Kalau begitu maukah Nee-sama menemaniku sebentar?"

"Kemana?"

Aiko menoleh ke kanan dan ke kiri untuk memastikan tidak ada orang sebelum berbisik pelan pada Suzuka.

"Aku ingin membelikan kado untuk Nao-niisama. Sebentar lagi dia akan ulang tahun."

"Ulang tahun?"

Aiko mengangguk antusias sambil tersenyum lebar.  "Otou-sama akan mengadakan jamuan besar untuk para warlord yang bernaung dibawah klan Oda. Karena di ulang tahunnya yang kesembilan belas tahun ini, Otou-sama secara resmi akan menyerahkan tanggung jawab klan Oda kepada Nao-niisama."

"Souka.... Jadi kau ingin aku menemanimu mencari kado untuk Naosu ya?" Aiko hanya mengangguk lagi.

"Baiklah. Aku tidak ada pekerjaan setelah ini. Jadi kurasa aku akan menemanimu."

"Arigato, Suzu-neesama!"

***

Suzuka dan Aiko berjalan-jalan di sekitar keramaian pasar tradisional Azuchi untuk mencari kado. Tatapan Suzuka tertuju pada sebuah haori hitam kelam yang dipajang di salah satu penjual pakaian. Menyadari tatapan Suzuka, si penjual tersenyum dan menawarkan dagangannya.

"Selera anda cukup bagus, Nona. Haori ini adalah produk terbaik dari selatan. Ditenun dari sutera halus terbaik dari tangan penjahit profesional." sang pedagang kali ini mengambil haori hitam tersebut untuk bisa lebih diteliti kualitasnya oleh Suzuka.

"Suzu-neesama juga ingin memberikan kado untuk Nao-niisama?" ucapan Aiko membuat Suzuka kaget dan menatap Aiko yang berdiri di belakangnya.

"Te-tentu saja tidak! Lagipula upacara pengalihan tanggung jawab itu kan acara spesial di Azuchi. Ja-jadi aku tidak mungkin hadir di acara formal begitu."

"Eeh? Tapi Otou-sama bilang Suzu-neesama akan hadir sebagai perwakilan klan Tokugawa." Aiko menelengkan kepalanya dan memasang wajah polos yang membuat Suzuka sedikit merasa bersalah karena sifat tsundere nya muncul begitu saja.

"Ah ya, Otou-sama juga sempat menyuruhku untuk menghadiri acara itu. Tapi aku menolaknya." Ujar Suzuka pelan.

"Eh? Kenapa?"

Suzuka terdiam. Tidak tahu harus merespon bagaimana karena ia juga tidak begitu paham dengan emosinya sendiri. Karena jika boleh jujur, setelah Naosu disahkan sebagai pewaris klan Oda, otomatis pemuda itu akan disuruh mencari pendamping hidup untuk memberikan keturunan pewaris Oda berikutnya. Dan jika memikirkan hal itu, entah kenapa pikiran Suzuka jadi kacau dan dadanya terasa sesak.

"Kau sendiri bagaimana? Sudah mendapatkan hadiah yang kau cari?" Tanya Suzuka mengalihkan pembicaraan. Ia tidak mau mengingat hal itu lagi untuk saat ini.

Aiko mengangguk dan menunjukkan sebuah kotak kayu berukuran sedang dengan ornamen indah yang belum pernah dilihat Suzuka sebelumnya.

"Kotak ini adalah kotak impor dari missionaris barat. Kupikir Nao-niisama akan menyukainya karena Otou-sama juga suka mengoleksi benda-benda unik dari missionaris barat." jelas Aiko ceria.

"Pantas saja aku tidak mengenali ornamen rumit itu..." Gumam Suzuka.

"Sudah kan? Kita harus segera pulang sebelum terlalu malam." Ajak Suzuka yang diangguki oleh Aiko.

Mereka segera berjalan kembali menuju kastil Azuchi. Namun saat melewati salah satu gang sepi mereka dihadang oleh beberapa orang yang bagi Suzuka seperti sekelompok ronin. Gadis Tokugawa itu reflek sedikit maju untuk melindungi Aiko yang sedikit takut di belakangnya.

"Siapa diantara kalian yang merupakan putri Oda Nobunaga?!" seru salah satu lelaki yang sepertinya adalah pimpinan ronin tersebut.
Aiko kaget dan napasnya tercekat. Ia meremas kimono Suzuka ketakutan. Suzuka yang bisa merasakan ketakutan Aiko melirik gadis itu sebentar sebelum mendaratkan tatapan dingin pada orang-orang di depannya.

"Ada urusan apa kalian dengan putri Oda Nobunaga?" nada dingin nan angkuhnya sama sekali tidak berefek pada para ronin tersebut.

"Kenapa kau tidak menjawab saja? Atau kau lebih suka cara kasar?" kali ini salah satu ronin memegang ujung katananya, seolah berusaha menakut-nakuti Suzuka jika ia akan bertemu dengan katana itu apabila gadis pirang itu tidak menjawab pertanyaannya.

Suzuka meneliti wajah tiap ronin itu sebelum maju beberapa langkah.  "Jika kalian mencari putri Oda Nobunaga, akulah orangnya." Ujar Suzuka tenang tanpa tahu Aiko langsung memucat menatap sang Tokugawa antara tak percaya, takut dan khawatir.

"Suzu-neesama...."

"Oleh karena kalian punya urusan denganku, kalian harus membiarkan anak itu pulang." Suzuka memotong apapun yang ingin diucapkan Aiko dan meminta agar si bungsu Oda bisa selamat dengan rencana nekatnya ini.

"Baiklah, asal kau ikut dengan kami, gadis itu tidak akan kami sentuh."

Suzuka menoleh kearah Aiko dan tersenyum lembut.  "Tenang, semuanya akan baik-baik saja." Setelah berkata meyakinkan Aiko, Suzuka berjalan mengikuti para ronin itu. Meninggalkan Aiko yang nyaris menangis mengkhawatirkannya.

"Aku harus memberitahu Nao-niisama!" setelah bergumam pelan, ia langsung berlari ke arah kastil Azuchi tanpa ragu.

***

Suzuka masih berjalan bersama rombongan ronin itu hingga keluar kawasan Azuchi dan masuk hutan.

Apa yang mereka rencanakan? Apa mereka ingin membawaku ke perbatasan? Yah, apapun itu aku lega bukan Aiko yang mereka bawa. Batin Suzuka.

Akhirnya mereka sampai di sebuah gudang tua yang sepertinya sudah lama tak terpakai. Salah seorang ronin membuka pintunya dan memberi isyarat agar Suzuka masuk. Gadis pirang itu memasukinya tanpa ragu.

"Selamat datang, Tuan Putri Oda. Maafkan kelancangan saya yang menyuruh anda datang ke tempat yang tak semestinya ini." Seorang daimyo menyambut kedatangan Suzuka dengan seringai yang langsung membangkitkan instingnya untuk berhati-hati.

Kalau tidak salah... Dia Daimyo dari perbatasan Shinano kan? Suzuka berusaha menggali memorinya saat daimyo itu kini berjalan ke arahnya.

"Sebaiknya anda menjadi anak baik dengan menuruti semua perkataan kami jika anda menyayangi nyawa anda." kini ekspresi daimyo itu berubah menjadi dingin.

"Hoo... kalian menggunakanku sebagai sandera? Memangnya apa rencana kalian?" Suzuka masih terlihat tenang saat tahu kebohongannya belum terbongkar dan berusaha mencari informasi dari musuhnya.

"Kami akan menyerang Azuchi." Jawab sang daimyo tanpa ragu.
Suzuka sedikit terkejut, tapi berusaha menyembunyikan keterkejutannya dengan kembali berbicara.

"Apa kau ingin mati? Kau tidak mungkin bisa menyerang Azuchi semudah itu."

"Iya, kau benar. Tapi bukankah seminggu lagi ada penobatan pewaris baru klan Oda?"
Suzuka kini nyaris memekik menyadari rencana sang daimyo licik itu.

"Jadi kau menyadarinya? Saat hari itu tiba, penjagaan di perbatasan akan mengendur karena hampir seluruh pasukan ke Azuchi untuk acara penobatan itu. Saat itulah, kami akan menyerang. Dan bukan cuma kami, klan Ashina dan klan Imagawa juga akan menyerang Azuchi." Sang daimyo tertawa seolah membayangkan hal paling menyenangkan dalam hidupnya. Suzuka hanya menghela napas dan menatap lelaki paruh baya di depannya dengan tatapan dingin dan menusuk.

"Kita lihat apa rencanamu bisa berjalan lancar." Suzuka mengeluarkan belati kecil miliknya yang tersimpan di balik obinya dan mulai melumpuhkan orang-orang di sana satu persatu.

***

Suara langkah kaki Aiko yang cepat dan dengan raut wajah khawatir serta ketakutan membuat salah seorang prajurit heran dan menghentikan langkah si bungsu Oda tersebut.

"Aiko-sama, kenapa anda terburu-buru sekali?"

"Di mana Nao-niisama?" bukannya menjawab, Aiko malah balik bertanya dengan suara parau menahan tangisnya.

"Naosu-sama sedang di ruang utama bersama para warlord dan... Tunggu, Aiko-sama!" belum selesai prajurit itu berbicara, Aiko sudah berlari menuju aula utama untuk menemui kakaknya.

"A-anooo.... Sumimasen!" setelah mengumumkan kehadirannya, Aiko menggeser pintu aula utama dan langsung masuk.

"To-tolong! Suzu-neesama... Dia... Dia... Dia diculik!" seolah tidak cukup para warlord terkejut karena sikap Aiko yang menginterupsi rapat perang mereka, kini ia malah mengatakan bahwa gadis dari klan Tokugawa itu diculik.

"Apa maksud anda, Aiko-sama?" Tanya Hideyoshi mewakili orang-orang di aula utama.

Sambil menahan suaranya yang bergetar, Aiko akhirnya menceritakan asal-usul kejadian tadi sore. Tentang bagaimana para ronin itu mencari putri klan Oda, hingga Suzuka yang dengan nekat mengaku sebagai putri klan Oda agar Aiko bisa kabur.

"Jika memang begitu kejadiannya, kemungkinan mereka berniat untuk menggunakan Aiko sebagai sandera." Ujar Masamune.

"Seminggu lagi adalah acara penobatan Naosu-sama, mereka pasti ingin menggunakan momen itu untuk menyerang dan mengambil kesempatan untuk mengancam kita dengan menggunakan putri klan Oda." sahut Mitsunari.

"Sayangnya, Suzuka malah mengambil posisi itu. Salah satu kesalahan ketika Aiko berhasil kembali dengan selamat. Apa kau tidak mengkhawatirkannya, Ieyasu?" Pertanyaan dari Mitsuhide tidak digubris oleh Ieyasu. Sejak mendengar Aiko mengatakan bahwa putrinya diculik, raut wajah datar pria itu hilang digantikan wajah tegang yang mematikan dan haus darah.

"Nobunaga-sama, kita harus menyelamatkan Suzuka! Kita tidak tahu apa yang akan dilakukan para ronin itu padanya!" Hideyoshi yang memang gampang khawatir pada keselamatan orang-orang di sekitarnya, langsung mengusulkan hal yang wajar akan dilakukan oleh siapapun. Namun Naosu menegurnya,

"Hideyoshi-jiisama, aku rasa itu tidak perlu untuk saat ini." suaranya yang dalam dan tajam mampu membuat seluruh isi aula yang awalnya sedikit ribut kembali tenang.

Hideyoshi menatap Naosu bingung. Namun di sisi lain, aura kuat seorang Nobunaga memang menurun padanya yang masih bisa tenang menghadapi situasi ribut seperti ini.

"Apa maksud anda, Naosu-sama?"

"Aku cukup tahu kemampuan Suzuka karena kami sering menghabiskan waktu latihan bersama. Dia bukan gadis lemah yang kalah hanya dengan sekelompok ronin tak berguna. Tanpa kita melakukan apapun, dia pasti akan kembali secepatnya." Ujar Naosu tenang.

"Tapi, Naosu-sama..."

"Nobunaga-sama, boleh saya mengemukakan pendapat?" Kirio yang ikut dalam rapat perang kali ini mulai angkat suara tak menyadari tatapan sang sulung Oda yang sangat tak menyukainya sejak awal.

"Katakan!" Nobunaga masih terlihat tenang tak terpengaruh atmosfir orang-orang di sekitarnya yang khawatir dan panik.

"Memang benar, Suzuka memiliki ilmu berpedang yang sangat mengagumkan. Tapi tetap saja dia seorang gadis. Dia memiliki batas fisik yang berbeda dari kita. Kita tidak akan tahu apa yang bisa menimpanya. Jadi izinkan saya untuk mengirim pasukan pengintai untuk memastikan kondisinya. Jika sampai besok pagi dia tidak kembali, kurasa kita memang butuh tindakan."

"Baiklah. Lakukan sesukamu. Kehilangan seseorang yang berbakat seperti Suzuka akan berdampak pada masa depan klan Oda." Putus Nobunaga.

***

Suzuka menghela napas melihat orang-orang yang tadi menangkapnya serta daimyo tadi kini tergeletak di depannya.

"Kurasa ini akan membuat mereka tak sadar selama beberapa saat. Aku harus segera kembali atau Aiko akan khawatir..." Suzuka berjalan keluar gudang tua itu dan menyadari bahwa hari sudah gelap.

"Tch... Ini akan makan waktu untuk kembali ke kastil..." Namun baru beberapa langkah Suzuka berjalan....

"Aaaarrghhh!" Gadis itu tiba-tiba terjatuh saat merasakan sebuah benda tajam menusuk kakinya.
Belum sempat ia memeriksa lukanya, ia mendengar suara gumaman seseorang diikuti langkah kaki beberapa orang yang mendekatinya.

"Astaga, ternyata kami benar-benar meremehkanmu..." Suzuka mendongak dan melihat beberapa prajurit yang jelas-jelas bukan dari Azuchi kini tengah mengepungnya. Beberapa diantara mereka membawa obor hingga Suzuka bisa melihat sebuah anak panah menancap di kakinya.

Sambil menahan sakit lukanya, Suzuka berusaha bangkit. Namun sang pimpinan langsung menodongkan pedangnya pada gadis itu sebagai ancaman agar ia tidak bergerak.

"Tunggu, kau bukan dari klan Oda!" ucap sang pimpinan saat melihat wajah Suzuka. Hati Suzuka mencelos, jika kebohongannya terbongkar, bukan tidak mungkin ia akan meregang nyawa disini.

"Heee... Kita dapat barang bagus sepertinya." kini sang pimpinan menyeringai setelah mengamati Suzuka selama beberapa saat.

"Apa yang akan anda lakukan?" Tanya salah seorang prajurit.

"Bawa dia. Dan kirimkan pesan pada Yoshimoto dari klan Imagawa bahwa kita memiliki seorang Tokugawa."

Suzuka terkejut mendengar nama klan Imagawa. Karena ia tahu pasti klan yang dulunya menguasai daerah Mikawa-yang kini adalah teritorial klan Oda dan dikuasai oleh klan Tokugawa-adalah klan yang pernah menjadikan ayahnya-Tokugawa Ieyasu- sebagai sandera.

Namun belum sempat ia berontak, salah satu prajurit mencabut panah di kaki Suzuka dengan kasar dan membawa gadis itu ke salah satu markas mereka.

"Tapi sebelum itu, kurasa aku akan mengorek informasi darinya terlebih dahulu." Gumam sang pemimpin.

***

Naosu memeriksa perkamen-perkamen yang menumpuk di meja kerjanya dan sesekali menghela napas. Malam itu sangat sunyi dan entah kenapa pikiran si sulung Oda tak bisa fokus pada pekerjaannya. Firasatnya mengatakan akan ada hal buruk yang terjadi.

"Naosu-sama, apa anda masih terjaga?" Terdengar suara seorang prajurit dari luar ruangannya. Naosu segera bangkit dari tempatnya dan menggeser pintu ruangannya.Di depannya adalah salah satu mata-mata yang dia tugaskan bersama pasukan pengintai yang juga dikirim Kirio untuk mencari Suzuka.

“Kabar apa yang kau bawa?” Tanya Naosu tajam.

“Kami sudah mengetahui identitas orang-orang yang hendak menculik Aiko-sama. Mereka adalah ronin yang diutus oleh Daimyo dari perbatasan Shinano. Suzuka-sama berhasil kabur dari mereka, tapi sepertinya sekarang dia ditangkap oleh orang-orang dari klan Ashina. Entah kebetulan atau tidak tapi saya melihat beberapa orang dari klan Imagawa bergerak ke tempat orang-orang Ashina yang menangkap Suzuka-sama.”

Naosu menyipitkan matanya menyadari keadaan mungkin buruk untuk Suzuka. Ia sangat tahu jika klan Imagawa memendam dendam pada klan Tokugawa sejak daerah Mikawa diambil alih klan Oda dan dikembalikan pada klan Tokugawa yang notabene penguasa sah Mikawa.

“Segera siapkan pasukan kecil untuk menyelamatkan Suzuka. Nobunaga-sama sudah memberikanku izin untuk bergerak sesegera mungkin begitu ada informasi dari Suzuka.”

Ha’i!” prajurit itu membungkuk rendah sebelum pergi melaksanakan perintah Naosu.

Naosu kembali ke ruangannya untuk segera bersiap pergi. Saat ia mengambil Shirotsuyomi kesayangannya, ia kembali teringat dengan ucapan sang ayah saat rapat perang selesai.

Flashback:On

"Naosu," Nobunaga memanggil Naosu saat ia berpapasan dengan sang ayah di koridor kastil.

"Ha’i?"

"Harus kuakui jika Suzuka memiliki kemampuan langka yang jarang dimiliki oleh orang lain. Oleh karena itu akan sangat disayangkan jika aliansi Oda kehilangan orang berbakat sepertinya.” Naosu hanya diam dan mendengarkan ucapan ayahnya dengan seksama.

"Naosu, ini perintah! Begitu kau mendapat informasi keberadaan Suzuka, kau harus segera menyelamatkannya. Dan pastikan kau membawanya kembali dalam keadaan hidup!” Suara tegas Nobunaga langsung disahut Naosu dengan mantap.

"Wakarimashita!"

Flashback:Off

Setelah persiapannya selesai, Naosu langsung berjalan menuju gerbang dimana Kirio sudah menunggunya.

“Kudengar kau sudah mendapatkan izin Nobunaga-sama untuk segera bergerak begitu lokasi Suzuka terlacak. Jadi aku akan membantumu.” Naosu hanya mendengarkan sambil menaiki kuda perang berwarna hitam kelam kesayangannya.

“Kita akan berpencar. Aku akan langsung menuju tempat Suzuka. Dan kau, Kirio-san hambat pergerakan Imagawa agar mereka tidak sampai ke tempat Suzuka ditahan.”

“Baiklah!” Dan dengan begitu, kedua pasukan elit dari klan Oda dan klan Uesugi bertolak dari Azuchi ke dua tempat yang berbeda.

Akhirnya, Naosu menghentikan kudanya cukup jauh dari lokasi dimana Suzuka disandera. Dengan dipandu oleh seorang pengintai yang menunggunya disana, Naosu berjalan dengan hati-hati bersama pasukan elitnya.

"Disana tempat Suzuka-sama disandera." tunjuk si pengintai sambil menunjuk sebuah gubuk kayu rapuh yang seolah akan ambruk jika diterpa badai. Ada dua orang samurai yang berjaga di pintu depan.

"Kalian tunggu disini. Aku akan memeriksa keadaan disana. Begitu kuberi tanda, langsung terobos pintu masuknya." perintah Naosu pada para prajuritnya.

"Ha'i!" Jawab mereka mantap.

Dengan langkah tanpa suara, Naosu berjalan ke arah belakang gubuk tersebut untuk mengintip keadaan Suzuka dari sela-sela dinding kayu yang mulai lapuk. Dan melihat pemandangan di dalam gubuk langsung membuat darahnya mendidih.

Ia melihat Suzuka tergeletak dengan tangan terikat. Kimononya yang berwarna kuning cerah kotor dengan tanah dan darah dari lukanya. Rambutnya yang biasanya digelung ketat kini terurai acak-acakan. Sungguh kondisi dimana Naosu ingin menebaskan pedangnya pada tiga orang samurai yang kini ada di dalam gubuk itu.

"Hoi! Cepat beritahu kami semua informasi militer milik klan Oda!" salah seorang lelaki menendang perut Suzuka membuat gadis itu merintih tertahan namun tetap memilih diam.

"Kau cukup keras kepala juga sebagai seorang gadis..." kini lelaki lainnya menarik bagian depan kimono Suzuka hingga gadis itu terduduk. Manik zamrudnya terlihat datar walau tubuhnya penuh luka. Ia menatap ketiga pria di depannya tanpa emosi.

"Cepat beritahu kami semua informasi yang kau tahu! Atau kau ingin kami menyiksamu hingga mati, hah??!" bentak pria itu. Sepertinya dia sudah kehabisan kesabaran dengan sikap Suzuka yang hanya diam daritadi walaupun dia terus-terusan diintimidasi dan disiksa.

"Aku menolak." Akhirnya kini Suzuka bersuara.

"Haa??!"

"Lebih baik aku mati daripada mengkhianati klan Oda. Jadi kalian tidak akan mendapatkan informasi apapun dariku." Gadis itu masih bisa tersenyum sinis melihat raut kemarahan dari tiga laki-laki di depannya.

Ya... Aku akan melindungi klan Oda dan Naosu. Aku tidak akan mengkhianati mereka walau ini adalah hal terakhir yang bisa kulakukan. Aku tidak menyesalinya. Suzuka melanjutkan ucapannya dalam hati.

"Uughh..." Suzuka kini merasakan sakit di lehernya saat pria itu kini mencekiknya. Membuat kepalanya pusing karena aliran oksigennya tersumbat.

"Kau... Benar-benar...."

Oke, cukup! Naosu tidak bisa melihat Suzuka mati di depannya. Ia memberi isyarat agar pasukannya menyerang sementara dia ikut serta.

Suzuka merasa cekikan di lehernya sedikit mengendur dan mendengar suara ribut diluar. Ia langsung jatuh saat pria tadi melepaskan cekikannya.

"Siapa di luar?!"

BRAAAK!

Terdengar suara pintu hancur dan detik berikutnya ia melihat sosok tegap yang berdiri gagah dalam balutan armor hitam yang sangat Suzuka hapal.

"Nao...su?" lirih Suzuka saat melihat pemuda itu berhasil menjatuhkan dua orang dengan sekali tebasan.

Sang pimpinan yang panik menarik tubuh Suzuka dan dan menodongkan pedangnya pada gadis pirang itu.

"Jangan mendekat! Atau kubunuh dia!" ancamnya. Suzuka kali ini menghela napas tenang dan entah dapat kekuatan dari mana, gadis itu dengan lincah melepaskan diri dari pria yang menyanderanya. Bukan hanya itu, dengan menggunakan kakinya yang tak terluka, dia menendang pria itu hingga terjengkang dan mengambil pedangnya untuk melepaskan ikatan tali di tangannya sebelum akhirnya menodongkan pedang itu pada penculiknya.

"Memangnya siapa yang hendak kau bunuh?" tanya Suzuka dingin. Pria itu menatap Suzuka ketakutan.

"Naosu, kau bisa menahannya untuk informasi yang dia miliki. Aku yakin, Mitsuhide-jiisama punya metode yang ampuh untuk membuatnya berbicara jujur." lanjut Suzuka.

Naosu memberikan perintah pada bawahannya agar menahan orang tersebut. Sebelum akhirnya berbalik menatap Suzuka.

"Apa yang sebenarnya kau pikirkan, Nona Tokugawa?! Jika kau bisa kabur dari mereka dengan mudah, kenapa kau tidak melakukannya sejak awal?" suara Naosu yang entah karena marah atau khawatir, terasa jauh bagi Suzuka. Tubuhnya limbung dan nyaris terjatuh namun berhasil ditangkap Naosu tepat waktu.

"Suzuka!" gadis itu tak sadarkan diri walau Naosu mengguncang tubuhnya. Ia memegang kening Suzuka yang ternyata bersuhu tinggi. Tanpa mau membuang waktu lagi, ia menggendong Suzuka ala bridal style untuk segera dibawa kembali ke Azuchi.

***

Seorang gadis kecil berambut pirang tengah berdiri di pinggir sungai sambil mencari-cari sesuatu di sekitarnya. Manik zamrudnya menelisik di sekitar sungai untuk memastikan tak ada yang luput dari pandangannya.

"Aah!" tanpa sengaja kakinya terpeleset dan jatuh ke sungai. Anak itu kalap berusaha mencari pertolongan karena ia tidak bisa berenang.

"To... Tolong!!!" ia menggapaikan tangannya berharap ada yang menolongnya hingga akhirnya ada seseorang yang menariknya dan menyeretnya ke pinggir sungai. gadis kecil itu duduk sambil memegangi dadanya dan mengatur napasnya.

"Kau tak apa?" manik zamrud gadis itu akhirnya menangkap sosok bocah laki-laki yang sepertinya seumuran dengannya dan memakai kimono berwarna hitam.

"Aku tidak apa-apa kok... Etto..." gadis itu menatap sang penolongnya seolah meminta dia memperkenalkan dirinya.

"Ore wa Oda Naosu."
Mata gadis itu langsung membulat menyadari dengan siapa dia berbicara.

"Oda Naosu... Dari Azuchi? Putera dari Oda Nobunaga-sama?" lelaki kecil yang ternyata adalah Naosu itu tak menjawab malah berbalik bertanya.

"Apa yang kau lakukan disini?"
Gadis kecil itu terkesiap dan akhirnya menjawab,

"Aku mencari sebuah penjepit rambut.” Jawabnya pelan.

"Maksudmu ini?” Naosu kecil mengulurkan sebuah penjepit rambut kecil berwarna hijau kepada sang gadis kecil yang sedari tadi mencarinya. Manik zamrud gadis itu berbinar saat menerima penjepit rambut itu.

"Arigato!” Gadis itu tersenyum hangat sebelum akhirnya membungkuk penuh hormat dan pergi meninggalkan Naosu.

~~~

“Kirio-san!” sang gadis kecil berjalan menghampiri seorang anak laki-laki yang tengah berlatih menggunakan pedang kayunya di  sebuah tempat peristirahatan tak jauh dari hutan.

“Suzuka, kau dari mana saja? Dan... kenapa kau basah kuyup begitu?” Anak yang dipanggil Kirio itu heran melihat gadis yang dia anggap sebagai adik kecil kesayangannya itu menghampirinya dengan kimono dan rambut yang basah.

Gadis kecil yang ternyata adalah Suzuka itu Cuma nyengir tanpa dosa hingga mebuat Kirio menghela napas sambil geleng-geleng melihatnya. Ia mengangsurkan sebuah handuk kecil agar Suzuka mengeringkan rambut pirangnya.

“Akan kuantar kau pulang. Segera ganti bajumu atau kau akan masuk angin.” Kirio membereskan barang-barangnya namun terhenti saat Suzuka kecil berucap,

“Kirio-san, ajari aku menggunakan katana!” Kirio tersentak kaget dan menoleh menatap Suzuka yang hanya tersenyum tanpa dosa kepadanya. Membuatnya bepikir apa ada yang salah pada Tokugawa kecil.

“Suzuka, aku tahu jika klan Tokugawa adalah klan hebat yang mengabdi pada klan Oda. Tapi tetap saja kau ini perempuan, kau tak seharusnya belajar katana. Yah... walaupun kau pewaris tunggal mereka sih... tapi kemampuan pengobatan dan menyusun strategimu sudah baik. Kau hanya perlu mengasahnya untuk menjadi pewaris mereka. Dan aku tidak menyarankanmu untuk ikut ke medan perang apapun yang terjadi.” Nasihat Kirio. Suzuka terdiam dan terlihat berpikir.

“Tapi... apa itu cukup?” Tanya Suzuka lirih.

“Apa maksudmu?”Kirio menatap Suzuka bingung. Ia dapat menduga ada sesuatu yang mengganjal pikiran sang adik hingga dia tiba-tiba meminta diajari menggunakan katana.

Akhirnya Suzuka kecil bercerita tentang pertemuannya dengan Oda Naosu yang telah menyelamatkan hidupnya dan selama perjalanan menemui Kirio, Suzuka bertekad untuk belajar agar menjadi lebih kuat agar bisa melindungi sang penolongnya suatu saat nanti.

“Heee... jadi itu alasanmu?” Kirio hanya mengangguk-angguk setelah Suzuka selesai bercerita.

“Aku... suatu saat akan menjadi pewaris klan Tokugawa. Oleh karena itu aku harus terus belajar dan berlatih agar suatu saat aku bisa melindunginya!” ujar Suzuka membulatkan tekadnya. Kirio tersenyum dan mengacak pelan rambut Suzuka.

“Baiklah, aku akan mengajarimu cara menggunakan katana. Tapi sebaiknya, kau berbicara pada Ieyasu-jiisama tentang keputusanmu.”  Mata Suzuka berbinar mendengar ucapan Kirio.

“Arigato, Kirio-san!”

***

Kirio berjalan menyusuru koridor klan Tokugawa yang sudah sangat dia kenal sebelum akhirnya masuk ke sebuah kamar. Manik safir miliknya membulat mengetahui bahwa sudah ada orang lain di dalam kamar itu.

“Naosu...” tanpa sadar Kirio menyebut nama orang itu hingga sang pemilik nama menoleh.

“Kirio-san?” Kirio tersenyum dan melirik sebuah futon di depan Naosu dimana Suzuka berbaring tak sadarkan diri.

“Tak kusangka kau akan menjenguk Suzuka.” Kirio menutup pintu kamar Suzuka seblum akhirnya bergabung duduk di samping Naosu.

“Bukannya lusa adalah acara penobatanmu sebagai pewaris klan Oda?” tanya Kirio.

“Itu karena Otou-sama memerintahkanku untuk memeriksa keadaan Suzuka. Bagaimanapun juga, Suzuka adalah pewaris klan Tokugawa, dan keberadaannya sangat penting bagi klan kami juga.” Jawab Naosu tak acuh.

“Hmm... begitu ya... Kurasa apa yang dilakukan Suzuka kali ini juga sudah merupakan tugasnya bukan? Jadi kau tak perlu mengkhawatirkannya.” Naosu melirik Kirio tajam.

“Apa maksudmu?” Naosu memberikan penekanan pada ucapannya. Namun Kirio menjawabnya dengan santai.

“Kau sendiri yang bilang hanya menganggap Suzuka bagian penting dari klanmu karena dia adalah pewaris klan Tokugawa. Dan dia melaksanakan tugasnya sebagai pewaris klan yang mengabdi pada klan Oda. Dia sudah menyelamatkan nyawa adikmu kan? Jika dia terluka itu sudah menjadi konsekuensi atas tindakannya.”

Naosu berdecak sebal dan mencengkram  bagian leher dari hakama biru laut yang dikenakan Kirio.

“Dengar  Uesugi Kirio, saat ini aku tidak dalam kondisi ingin mendengar semua omong kosongmu tentang klan Oda ataupun klan Tokugawa! Ini adalah masalah klan kami, tak seharusnya kau ikut campur.” Desis Naosu tajam. Aura disekitarnya menggelap merasakan emosi tertahan dari si Sulung Oda tersebut. Namun Kirio hanya menatap Naosu datar.

“Aku mengatakan ini bukan sebagai Kirio dari klan Uesugi. Tapi sebagai Kirio yang merupakan kakak dari Suzuka. Cobalah untuk sedikit mengerti kondisi orang-orang disekitarmu, Naosu. Suzuka selama ini menahan penderitaannya agar bisa melakukan apapun demi melindungimu.” Naosu sedikit tersentak mendengar ucapan Kirio yang lebih serius dari biasanya. Detik berikutnya Kirio tersenyum hangat sambil melepaskan cengkraman Naosu.

"Kau mungkin mengingat pertemuan pertamamu dengan Suzuka saat kalian berumur sepuluh tahun. Yang kuingat dari cerita Suzuka bahwa dia datang ke kastil Azuchi saat ada jamuan besar pasca memenangkan perang memperebutkan teritorial timur. Tapi bagi Suzuka, itu adalah pertemuan keduanya denganmu. Tiga tahun setelah pertemuan pertama kalian." ekspresi wajah Naosu tak berubah. Tatapan tak suka ditujukan untuk Kirio. Sementara lelaki itu beranjak berdiri.

"Aku hanya ingin bilang, jika semua perjuangan Suzuka semata-mata dilakukan demi berterima kasih pada anak lelaki yang pernah menyelamatkan nyawanya. Bukan karena takdirnya sebagai penerus klan atau apapun itu." Setelah mengatakan itu, ia berjalan keluar. Tak menyadari ekspresi terkejut si sulung Oda.

Kini manik ruby itu menatap Suzuka yang masih belum sadar. Lalu ia teringat ucapan gadis itu saat orang-orang Ashina memaksanya untuk buka mulut tentang informasi klan Oda.

"Lebih baik aku mati daripada mengkhianati klan Oda. Jadi kalian tidak akan mendapatkan informasi apapun dariku."

Entah kenapa ia merasa janggal akan tindakan nekat gadis itu yang memilih disiksa daripada memberikan informasi yang orang-orang jahat itu inginkan. Bahkan di kalangan para prajuritpun belum tentu ada orang yang seberani itu.
Tangan Naosu terulur dan membelai kepala Suzuka lembut.

"Cepatlah sadar, baka. Kau hanya membuat orang-orang disekitarmu khawatir." suara Naosu terdengar lirih. Namun sepertinya, Suzuka yang entah bagaimana bisa mendengarnya karena tak lama kemudian, gadis itu membuka matanya perlahan.

Manik zamrud Suzuka menelisik sekitarnya sebelum fokus pada sosok laki-laki yang duduk di sampingnya.

"Nao...su?" suara Suzuka terdengar lemah dan serak. Bahkan Suzuka sendiri nyaris tak percaya suaranya bisa seperti itu. Namun saat ia merasakan tubuhnya yang berat dan rasa sakit menusuk kakinya dan beberapa anggota tubuhnya yang lain, barulah ia mengingat segala peristiwa yang bisa menyebabkan ia berakhir terbaring di atas futon sekarang ini.

"Tunggulah disini, aku akan memanggil Ieyasu-jiisama untuk memeriksa keadaanmu." setelah berkata begitu, Naosu berdiri dan keluar dari kamarnya.

Meninggalkan Suzuka yang tanpa sadar meneteskan air matanya.
"Maaf, aku gagal melindungimu, Naosu...."

***

Dua hari setelah Suzuka sadar, Ieyasu dan Haruka pergi ke Azuchi untuk menghadiri upacara pengalihan tanggung jawab sekaligus merayakan ulang tahun Naosu kesembilan belas. Suzuka sendiri tetap di kediamannya karena ia masih dalam proses pemulihan fisik.

"Bagaimana, Suzuka-sama?" Salah seorang gadis pelayan memperlihatkan hasil potongan Suzuka lewat kaca kecil yang terletak tak jauh dari futon Suzuka. Gadis itu memotong rambut pirangnya karena ia merasa sedikit terganggu dengan panjang rambutnya yang sebatas punggung. Kini setelah dipotong, rambut pirangnya memiliki panjang sedikit melewati bahunya.

"Bagus. Ini sudah cukup. Terima kasih, Kinu." pelayan yang dipanggil Kinu itu tersenyum sebelum akhirnya memohon diri untuk melanjutkan tugasnya di belakang.

Suzuka sendiri bangkit perlahan dari futonnya dan berjalan dengan agak tertatih menuju beranda di depan kamarnya yang mengarah langsung ke taman tempat Wasabi -rusa kesayangan Ieyasu- berada. Langkahnya masih belum lancar karena luka panah di kakinya belum sembuh total. Baru beberapa saat suzuka duduk di beranda dan mengedarkan tatapannya untuk mencari Wasabi, sebuah suara terdengar menegurnya.

"Suzuka-sama!"

Suzuka menoleh ke sumber suara dan melihat seorang samurai yang umurnya lebih dari setengah abad namun langkahnya masih tegap dan auranya sebagai seorang samurai tetap kuat. Suzuka hanya tersenyum pada lelaki tua tersebut saat dia berjalan mendekati Suzuka.

"Konnichua, Tadatsugu-san." sapa Suzuka ramah.

"Apa yang anda lakukan diluar sini? Bukankah Ieyasu-sama melarang anda untuk keluar kamar sampai seminggu ke depan? Kondisi anda belum benar-benar stabil untuk...."

"Mou, Tadatsugu-san! Aku sudah cukup beristirahat di kamar. Lagipula aku hanya duduk disini, tidak melakukan apapun." potong Suzuka. Hidup selama sembilan belas tahun bersama Tadatsugu, sudah membuat Suzuka hapal dengan kebiasaannya yang khawatir berlebih pada keluarga inti Tokugawa yang dilayaninya.

"Tapi, Suzuka-sama..."

"Daripada Tadatsugu-san mengomeliku, lebih baik pergilah ke hutan dan carikan aku beberapa tanaman herbal yang bisa kuracik untuk obatku."

"Saya tidak mungkin meninggalkan anda, Suzuka-sama. Ieyasu-sama yang menyuruh saya untuk menjaga anda."

"Kalau begitu, biar aku saja yang menjaganya." belum sempat Suzuka membuka mulutnya untuk menjawab ucapan Tadatsugu, sebuah suara yang tak asing menginterupsi Suzuka. Gadis itu menoleh dan kaget mendapati Naosu berdiri di taman dan kini berjalan ke arahnya.

"Tadatsugu-san, kau bisa melaksanakan perintah Suzuka. Biar aku menjaganya."

"Tunggu, apa-apaan kau..."

"Baiklah, kalau begitu saya permisi." Tadatsugu membungkuk rendah sebelum pergi. Memotong ucapan Suzuka yang kini menatap Naosu tak percaya.

"Apa yang kau lakukan disini?! Bagaimana dengan upacaranya?!" Suzuka langsung melempari Naosu dengan rentetan pertanyaan saat Sulung Oda itu kini mengambil tempat duduk di samping gadis pirang itu. Naosu menatap Suzuka selama beberapa saat.

"Kau... Memotong rambutmu?" tanya Naosu begitu melihat rambut Suzuka yang tergerai.

Walaupun ia biasa melihat Suzuka mengikat rambutnya, ia bisa tahu jika rambut sang Tokugawa baru saja dipotong. Suzuka hanya mengangguk pelan.
"Itu karena Kinu berisik mengomentari rambutku yang tak terurus akhir-akhir ini. Akhirnya dia memotongnya tadi pagi. Yah... Aku juga tidak keberatan karena kepalaku terasa lebih ringan sekarang.... Tunggu, Naosu! Kau belum menjawab pertanyaanku!"

Naosu hanya menghela napas, tapi tatapannya lurus ke depan. Mengabaikan tatapan Suzuka yang menuntut penjelasan darinya.

"Aku ke sini untuk mengambil hadiahku." jawab Naosu enteng.

"Hah? Hadiah?"

"Kau lupa ini hari ulang tahunku? Jadi berikan hadiahku sekarang!" Naosu mengadahkan tangannya pada Suzuka tanpa menatapnya. Suzuka mengerutkan keningnya bingung.

"Kau meminta hadiah dariku? Naosu, kau yakin kepalamu tidak terbentur ranting milik Ringorosu? Atau terantuk Akurotsuki mungkin?"

Dia gila! Aku masih dalam kondisi pemulihan dan dia minta hadiah? Dasar Tuan Muda egois! Lanjut Suzuka dalam hati.

"Apa itu artinya, aku bisa memilih hadiahku sendiri?" Naosu kini akhirnya menatap Suzuka dan menarik tangan gadis itu agar jarak mereka semakin dekat. Suzuka sendiri tak bisa mengalihkan manik zamrudnya dari ruby indah Naosu. Mata itu seolah menghipnotis Suzuka untuk tetap menatapnya.

"Baiklah, karena kau tidak memberiku hadiah untuk ulang tahunku, aku yang akan memilihnya." Naosu mendekati Suzuka membuat gadis itu beringsut hendak menghindar namun Naosu menarik pergelangan tangan Suzuka.

"Mulai saat ini, kau akan mengabdi kepadaku seumur hidupmu, Tokugawa Suzuka. Dan kau tidak diperbolehkan untuk mati selama aku masih hidup."

Mata tajam Naosu menghipnotis Suzuka hingga ia tak mampu merespon ucapan Naosu yang mutlak tak terbantahkan. Hingga detik berikutnya, ia merasakan bibir lembut Naosu menyapu bibirnya. Suzuka membeku selama beberapa saat sampai Naosu kembali menjauhkan wajahnya untuk melihat ekspresi Suzuka.

"A-apa yang kau lakukan?! Dasar mesum!" jerit Suzuka dan hendak bangkit lalu berlari ke dalam.

Namun saat hendak melangkah, ia baru sadar jika kakinya belum sembuh benar hingga langkahnya oleng dan nyaris jatuh. Naosu dengan sigap menangkap tubuh mungil itu dan menghela napas.

"Kau belum bisa berjalan dengan benar kan? Akan kuantar kau kembali ke kamar."

"Eh, tung..." terlambat karena Naosu tak menggubris ucapan Suzuka dan menggendong gadis pirang itu ala bridal style.

"B-baka! Turunkan aku!" kini wajah Suzuka tak jauh beda dari apel karena tingkah aneh Naosu. Tapi sang sulung Oda mengabaikan protes Suzuka dan tetap mengantar gadis itu ke kamarnya.

.
.
.
.
Abaikan fict absurd ini. Entah kesambet apaan aku bikin fict aneh dan bikin 'anak' orang OOC. But hope you like it.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top