Fake Fiancee
Fake Fiancee
Ikemen Sengoku fanfiction Disclaimer: Cybird
Author: Asakura_Haruka
Genre: Hurt/Comfort, Drama, Hystorical, Action, Romance.
Warning: Beberapa OC adalah milikku dan Healerellik. Maaf jika tokohnya OOC dan plotnya berantakan. Happy Reading!
Suzuka menghela napas panjang setelah menyelesaikan latihannya bersama Kirio. Ia berjalan ke koridor beranda dan duduk sambil meminum air yang tersedia.
"Kemampuanmu sudah cukup berkembang dari terakhir kali. Kemajuanmu cukup pesat juga, Suzuka." Puji Kirio sambil duduk di samping Suzuka.
"Otou-sama yang selalu bilang jika aku harus kuat. Demi klan Tokugawa, aku harus berusaha sekeras mungkin. Aku tidak ingin suatu saat menjadi pemimpin lemah yang bergantung pada bawahannya untuk melindungi dirinya."
Kirio terkekeh dan menepuk kepala Suzuka.
"Tapi jangan terlalu memaksakan dirimu." Pesan Kirio.
"Tenang saja, aku bukan Tuan Muda Egois yang bahkan terlalu bangga dengan dirinya sendiri hingga tidak mau meminta bantuan orang lain!" Suzuka menepuk dadanya bangga, membuat Kirio tertawa kecil.
"Jika Naosu mendengar ucapanmu barusan, kuyakin dia akan segera membantahnya."
Kontan saja kedua penerus klan tersebut tertawa lepas bersama.
***
"Naosu, aku bawakan laporan dari Ieyasu-sama." Suzuka berdiri di depan ruang kerja Naosu sambil memeluk beberapa perkamen yang diminta sang ayah untuk diberikan kepada si sulung Oda.
"Masuk," suara bariton Naosu menjadi tanda bagi Suzuka hingga gadis berambut pirang itu menggeser pintu ruang kerja Naosu.
"Ini laporan keamanan di sekitar Mikawa selama dua minggu terakhir."
Naosu menghela napas panjang sebelum mengambil dokumen dari tangan Suzuka.
"Ada apa? Tidak biasanya kau seperti itu..."
"Aku menerima surat dari klan Hojo yang menginginkan bukti konkrit atas aliansi Oda dengan mereka."
Suzuka mengerutkan keningnya bingung.
"Mereka memintaku menikahi salah satu puteri di klan mereka." Jelas Naosu begitu melihat raut bingung Suzuka.
"Haaa?" Suzuka nyaris tidak bisa bereaksi atas ucapan Naosu yang mengejutkan tersebut.
"Nobunaga-sama sedang dalam misi penting dan tidak bisa pulang dalam kurun waktu 3 minggu. Sedangkan mereka akan datang lusa."
"Ka-kau... ingin menerimanya?" Tanya Suzuka agak gugup.
Naosu memutar bola matanya bosan.
"Mana mungkin? Kau tahu kan kalau hal semacam itu hanya menghambat pekerjaanku saja."
Tanpa Naosu sadari, Suzuka menghela napas lega mendengar jawaban sulung Oda tersebut.
"Jadi, apa rencanamu? Kau tidak mungkin menolaknya begitu saja kan?"
"Itu yang kupikirkan dari tadi, Nona Tokugawa." Naosu mendengus kesal karena benci mengakui ia harus berpikir cukup lama untuk hal yang konyol tapi juga cukup penting di saat bersamaan.
Suzuka yang tidak tahu harus berbuat apa, memilih keluar ruangan. Toh jika dia semakin lama di dalam ruang kerja Naosu yang ada mereka akan kembali berargumen seperti biasa.
Mungkin aku kan membuatkan sesuatu untuk membuat perasaannya lebih baik.
Sadar tak bisa melakukan apapun selain mendukung Sang Sulung Oda, ia berjalan menuju dapur dan meminta para pelayan di sana agar mengizinkannya menggunakan dapur dan mengambil beberapa bahan disana.
Tak lama kemudian, sepiring onigiri dan secangkir teh hijau sudah siap di nampan. Karena ia tak memiliki banyak wkatu, Suzuka hanya bisa membuat beberapa onigiri saja. Mengingat onigiri adalah makanan paling mudah yang bisa ia buat saat ini.
Suzuka bergegas kembali ke ruangan Naosu.
"Naosu, ini Suzuka. Boleh aku masuk?"
"Masuklah."
Tanpa membuang waktu, Suzuka masuk dan meletakkan nampan berisi makanan buatannya di atas meja kerja Naosu.
"Kupikir, kau pasti belum makan siang." Ujar Suzuka sambil menuangkan teh hijau buatannya ke dalam cangkir.
Naosu melirik makanan dalam nampan sekilas sebelum mengambilnya tanpa mengalihkan tatapannya pada dokumen yang ia baca.
Baru satu gigitan, ia meletakkan dokumen itu dan menatap Suzuka.
"Siapa yang membuat onigiri ini?"
"Eh? Ke-kenapa? Kau... tidak menyukainya?
"Cukup jawab saja pertanyaanku." Suara mutlak Naosu mau tak mau membuat Suzuka menjawabnya takut-takut.
"A-aku sendiri yang membuatnya."
Naosu tak berkomentar apapun. Sebagai gantinya ia memakan semua onigiri yang disajikan untuknya.
"Kurasa aku punya cara untuk menolak klan Hojo." Ujar Naosu sambil kembali mengerjakan tugasnya.
"Oh ya? Bagaimana?" Tanya Suzuka yang ikut mendampingi Naosu untuk membantu pekerjaannya.
"Kau akan menjadi tunanganku." ujar Naosu kalem.
Blush!
"HAAAA?!"
***
"Suzuka-chan, kau tidak perlu mengikuti rencana gila Naosu jika kau mau. Tidak perlu memaksakan diri seperti ini." Ainawa berujar sambil menata rambut pirang Suzuka.
Suzuka hanya diam teringat percakapannya dengan Naosu kemarin. Ia tidak bisa mundur sekarang. Tidak! Jika ini sudah termasuk kewajibannya untuk membantu klan Oda sebisa mungkin Suzuka akan melaksanakannya.
"Gomen ne, Ainawa-baasama. Tapi Obaa-sama tidak perlu khawatir, ini sudah kewajibanku untuk membantu klan Oda."
"Kau mulai terdengar seperti Naosu..." Ainawa menghela napas panjang kemudian menyelipkan penghias rambut berbentuk bunga wisteria berwarna ungu sebagai sentuhan akhir dandanan Suzuka.
"Baiklah, kurasa ini cukup."
Ainawa mundur sedikit untuk melihat hasil karyanya. Suzuka berdiri dibalut kimono formal berwarna kuning pucat dengan riasan wajah dan rambut yang ditata sedemikian rupa, hampir tak ada mengenali putri tunggal klan Tokugawa tersebut. Sang Nyonya Oda tersenyum lembut saat menatap Suzuka.
"Penampilanmu sangat bagus. Aku yakin Haru-nee saat ini jika melihat penampilanmu tidak akan percaya bahwa kau adalah putri kesayangannya." Puji Ainawa tulus.
Suzuka hanya tersenyum malu-malu sebagai respon atas pujian Ainawa.
"Suzu-neesama, Aiko diminta mengantar Suzu-neesama ke aula utama sekarang oleh Nao-niisama." Aiko terpaku menatap Suzuka.
"Suzu....neesama?" Aiko menatap Suzuka tak percaya.
"Iya, Aiko... Ini aku."
Suara Suzuka akhirnya membuat Aiko percaya bahwa gadis cantik di hadapannya ini adalah Suzuka. Salahkan pewaris klan Tokugawa tersebut yang sering memakai aikidogi sehingga ia terkesan tomboy. Belum lagi Aiko nyaris tidak pernah melihat Suzuka memakai kimono formal seperti sekarang ini. Wajar ia nyaris tidak mempercayai matanya bahwa gadis di depannya ini adalah Tokugawa Suzuka.
"Aiko, sebaiknya kau segera mengantar Suzuka-chan. Jangan biarkan Naosu dan tamunya menunggu terlalu lama." Aiko mengangguk dan mengantar Suzuka ke aula utama.
Sebagai puteri klan, Suzuka cukup percaya diri dengan aura dan tata kramanya sebagai pewaris klan. Jadi seharusnya ia bisa meyakinkan jika dia berperan sebagai tunangan Naosu.
Aku harus bersikap seperlunya. Bisa fatal akibatnya jika klan Hojo menginginkan perang saat Nobunaga-sama tidak ada di Azuchi.
"Nona Tokugawa Suzuka sudah hadir!" Aiko mengumumkan kehadiran Suzuka dengan suara lantang. Bahkan Suzuka nyaris tidak mempercayai bahwa Aiko bisa bersikap seperti itu. Ah ya... Jangan lupakan fakta bahwa Aiko adalah puteri bungsu Oda Nobunaga. Tentu nada dan intonasi Aiko bisa berubah seperti Devil of the Sixth Heaven itu.
Suzuka masuk perlahan membuat semua mata yang berada di ruangan besar itu menatapnya. Naosu yang melihat penampilan Suzuka yang lain dari biasanya melebarkan matanya sekilas. Sebelum akhirnya kembali bersikap normal. Namun ia menyeringai karena merasa bahwa pertemuan kali ini akan berjalan mulus berkat Suzuka.
"Selamat datang di Azuchi, saya Tokugawa Suzuka, Puteri dari Tokugawa Ieyasu dan..." Suzuka melirik Naosu sekilas yang duduk di singgasana ayahnya. Pemuda itu hanya menatapnya namun ada kilatan puas terlihat di wajahnya.
"...tunangan dari Oda Naosu." Lanjut Suzuka dengan suara mantap.
Hening
"Senang bertemu dengan anda, saya Hojo Kazuki dan ini puteriku Tsuki." Seorang pria paruh baya memecahkan keheningan dan memperkenalkan seorang perempuan cantik yang duduk di sampingnya. Akan tetapi perempuan itu menatap Suzuka tidak suka. Suzuka sendiri tidak ambil pusing. Ia membungkuk sebagai tanda penghormatan sebelum mengambil tempat duduk di samping Naosu.
"Jadi seperti yang kukatakan tadi. Aku tidak bisa menerima permintaanmu, Kazuki-sama. Aku sudah memiliki tunangan dan sebentar lagi aku akan menikahinya."
Blush!
Suzuka tahu Naosu hanya bersandiwara. Tapi ia tidak bisa memungkiri bahwa wajahnya memerah.
"Tidakkah kau bisa memikirkannya sekali lagi? Aku tahu Tokugawa klan yang kuat, tapi bukankah menjalin ikatan dengan klan kami akan lebih menguntungkan?"
"Jawabanku tetap sama, Kazuki-sama." Ujar Naosu tegas. Membuat Kazuki menghela napas berat.
"Sumimasen, Naosu-sama... Apa yang membuatmu yakin untuk menikahi perempuan itu? Seperti yang Otou-sama katakan, klan Oda akan lebih diuntungkan jika mereka menjalin ikatan dengan klan Hojo. Sedangkan klan Tokugawa sejak awal memang mengabdi pada klan Oda bukan? Menikahinyapun tak akan membawa keuntungan apapun pada klan Oda." Tsuki yang sejak tadi hanya diam menyaksikan percakapan antara ayahnya dan Naosu, kini mulai angkat bicara.
Suzuka bisa melihat bahwa tatapannya sangat tidak bersahabat pada dirinya. Suara Tsuki terdengar lembut namun tegas dan jelas ada sedikit nada sinis yang bisa Suzuka tangkap. Namun anehnya Naosu hanya tersenyum santai, seolah dia sudah menduga hal ini akan terjadi.
"Klan Oda sudah pasti akan mencapai tujuannya sebagai pemimpin negeri ini. Oleh karena itu aku menghindari pernikahan politik."
"Jadi maksudmu...."
"Ya, aku menikahi Suzuka karena aku mencintainya." Ujar Naosu enteng.
Mendengar itu, wajah Suzuka makin panas.
Astaga Naosu.... Kenapa kau bisa mengatakan hal itu dengan wajah santai?! Batin Suzuka berteriak.
Mendengar ucapan Naosu, Tsuki tersenyum merendahkan.
"Kupikir pewaris klan Oda adalah lelaki terhormat yang bisa memikirkan masa depan klannya, ternyata dia hanya lelaki biasa yang gila asmara."
"Tsuki-sama, jika anda tidak tahu apa-apa soal Naosu, kuharap jaga ucapanmu." Suzuka tanpa sadar langsung menjawab ucapan Tsuki. Membuat semua orang yang ada di Aula tersebut nyaris menahan napasnya. Detik berikutnya, Suzuka menyadari kesalahannya yang memanggil Naosu tanpa suffix -sama seperti bawahan pada umumnya.
"Aku tidak mau mendengar komplain dari seorang bawahan yang bahkan tidak menghargai atasannya. Apa maksudmu memanggil kepala klan secara tak sopan begitu?!" Jelas kini bahwa Tsuki sudah mulai kehilangan kesabarannya.
Naosu menghela napas lalu memegang tangan Suzuka sebelum menggenggamnya erat.
"Tsuki-sama, kuharap kau juga menjaga ucapanmu pada calon isteriku." Nada bicara Naosu terkesan formal dan santai. Namun Suzuka bisa melihat sorot tegas dari matanya yang jelas menunjukkan bahwa ia tidak menyukai sikap Tsuki.
"Maa, Kazuki-sama, Tsuki-sama kalian pasti lelah selama perjalanan kalian ke sini. Silakan istirahat di tempat yang telah kami sediakan." Mitsunari yang berada di ruangan itu berusaha melerai perdebatan yang sudah mulai memanas.
"Naosu-sama, kami masih menunggu keputusanmu untuk memikirkan hal ini lagi. Seminggu setelah kami melakukan beberapa keperluan di sini, kami akan menemuimu untuk memastikan jawaban anda yang terakhir kalinya sebelum kami kembali pulang." Kazuki mengatakan hal itu sebelum keluar bersama Mitsunari ditemani rombongannya.
Tsuki menatap Suzuka dan Naosu selama beberapa saat sebelum keluar mengikuti sang ayah. Setelah mereka keluar, Suzuka menghela napas lega. Seolah semua rasa tegang dan bebannya hilang.
"Dia benar-benar merepotkan. Tidak kusangka klan Hojo punya puteri seangkuh itu." Gumam Naosu sambil menghela napas berat.
Kata Tuan Muda egois yang sama angkuhnya. Batin Suzuka.
"Naosu-sama, apa yang harus kita lakukan? Apa kita perlu mengawasi mereka selama mereka di Azuchi?" Hideyoshi yang diberi perintah Nobunaga untuk mendampingi Naosu selama ia pergi kini mendekati Naosu dan menanyakan hal itu dengan suara pelan.
"Iya. Kuserahkan hal itu padamu, Hideyoshi-jiisama."
Hideyoshi mengangguk mantap sebelum berjalan keluar. Meninggalkan Suzuka dan Naosu sendirian di aula tersebut.
"Na-Naosu.. bisa kau lepaskan tanganku sekarang?" Tanya Suzuka gugup karena Naosu masih memegang tangannya sampai sekarang.
"Suzuka, dengarkan aku. Selama Hojo masih berkeliaran di sekitar Azuchi, pastikan kau selalu bersamaku. Kau harus bersikap sebagai tunanganku. Aku yakin mereka akan mencari bukti dan cara agar Oda takluk pada mereka lewat pernikahan ini." Naosu mengatakan hal itu sambil menatap Suzuka intens. Membuat gadis pirang itu mau tak mau mengangguk.
***
"Naosu-sama, aku bawakan makan siang untukmu." Suzuka membuka pintu kerja Naosu dan membawakan makan siang Naosu.
Ini sudah hari ketiga rombongan Hojo bertamu di Azuchi dan selama itu juga, Suzuka bersikap sebagai tunangan Naosu karena Naosu meyakini bahwa mereka diawasi, jadi ia melakukan hal itu agar lebih aman dan meyakinkan.
"Taruh saja di meja itu." Naosu memberi isyarat pada meja kecil yang ada di pojok ruang kerjanya. Suzuka menurut. Ia menaruh nampan yang ia bawa di atas meja dan hendak keluar saat Naosu tiba-tiba memanggilnya.
"Suzuka, kemari sebentar."
Suzuka mendengus. Bukannya apa, terkadang sikap si sulung Oda itu saat dia berpura-pura sebagai tunangannya berakhir membuat Suzuka malu berat. Dengan enggan, Suzuka mendekati Naosu. Namun secara mengejutkan, Naosu menarik tangan Suzuka dan menciumnya.
Tepat saat itu, pintu ruang kerja Naosu bergeser. Suzuka yang mendengar hal itu, berusaha mendorong Naosu untuk melepaskan ciuman mereka. Namun bukannya melepaskan Suzuka, Naosu malah semakin mengeratkan pelukannya dan memperdalam ciumannya.
Baru setelah Suzuka nyaris kehabisan napasnya, Naosu melepaskan ciumannya dan mendekap Suzuka. Menenggelamkan kepala gadis itu dalam dada bidangnya.
"Ah, maaf jika kau harus melihat privasi kami, Tsuki-sama. Bisakah lain kali kau mengumumkan kedatanganmu agar hal memalukan ini tidak terulang?" Ujar Naosu tenang.
Tsuki yang masih berdiri di depan pintu ruang membuang mukanya jengkel dan melangkahkan kakinya meninggalkan tempat itu. Naosu menghela napas lega.
"Dia benar-benar gadis yang merepotkan. Masih berharap aku menikahnya..."
"Nee, Naosu... Kau sengaja melakukan itu karena tahu Tsuki akan datang ke sini?"
Naosu kini menatap Suzuka yang menunduk di depannya. Membuat ekspresinya tidak bisa dilihat Naosu.
"Tentu saja. Kau pikir apa?"
PLAK!
Naosu membelalakkan matanya merasakan sensasi panas di pipi kirinya. Sedetik kemudian dia menyadari bahwa Suzuka menamparnya. Ia menatap Suzuka, hendak mengucapkan sesuatu atas tindakan pewaris Tokugawa tersebut. Namun ia mengurungkan niatnya mengetahui Suzuka menatapnya dengan mata berkaca-kaca menahan air matanya.
"JIKA KAU TIDAK TAHU CARA MEMPERLAKUKAN GADIS, SETIDAKNYA JANGAN BUAT MEREKA BERHARAP!" Bentak Suzuka sebelum akhirnya keluar ruangan Naosu.
Naosu menghela napas dalam-dalam.
"Makanya aku tidak ingin berurusan dengan perempuan. Mereka benar-benar merepotkan..."
Ia mengambil tempat duduk di meja kerjanya sebelum menggumam pelan.
"Ryukyu..."
Detik berikutnya seorang shinobi berambut merah sudah membungkuk penuh hormat di depan Naosu.
"Anda memanggil saya, Naosu-sama?"
"Awasi Suzuka. Dia dalam kondisi yang akan membuatnya melakukan sesuatu yang bermasalah."
"Ha'i!"
Setelah menjawab ucapan Naosu, lelaki yang dipanggil Ryukyu itu menghilang.
***
Suzuka terus berlari menjauh dari kastil Azuchi tidak memedulikan langkah kakinya, ia hanya menyadari bahwa wajahnya sudah basah dengan air matanya. Ia baru berhenti saat napasnya nyaris habis dan ia berjalan jauh ke dalam hutan.
Suzuka bersandar pada salah satu pohon besar sebelum badanya merosot perlahan. Ia menangis sambil memeluk lututnya. Berharap bisa menenangkan emosinya sejenak.
Aku tidak bisa menemui Naosu sekarang...Tidak dengan apa yang sudah kulakukan padanya tadi. Dia pasti marah... Suzuka mengangkat wajahnya dan menghapus sisa air matanya.
Tapi dia juga keterlaluan... tiba-tiba menciumku seperti itu... Kini gadis berambut pirang itu memegangi bibirnya.
"Astaga... kenapa kau menangis? Apa kau dicampakkan kekasihmu?"
Suzuka terlonjak kaget mendengar suara yang sangat asing di telinganya tersebut. Ia beranjak berdiri dan melihat seorang lelaki berambut cokelat terang berdiri di depannya.
Apa? Aku tidak mendengar langkah kakinya sama sekali. Kapan dia datang? Suzuka langsung waspada menyadari bahwa lelaki di depannya ini bukan orang sembarangan. Namun lelaki itu malah tersenyum melihat tindakan Suzuka.
"Sassuga Pewaris Klan Tokugawa. Sepertinya kau sadar berhadapan dengan siapa." Kini lelaki itu mengeluarkan kusarigama miliknya dan melemparkannya ke arah Suzuka.
Reflek gadis itu mengeluarkan tantou miliknya untuk menangkis serangan tersebut. Ia sampai terpental saking kuatnya serangan lelaki tersebut.
"Siapa kau?! Apa yang kau inginkan?!" Teriak Suzuka. Lelaki itu menyeringai.
"Fuuma Kotaro. Ninja dari Iga dan aku memiliki misi khusus."
"Misi khusus?"
"Mengambil nyawamu tentu saja." Fuuma mengatakan itu dengan nada enteng sebelum kembali menyerang Suzuka. Suzuka sendiri melakukan apapun yang ia bisa untuk menghindari serangan Fuuma.
Serangannya cepat dan kuat. Ughh... aku tidak bisa bertahan jika begini terus...
Fuuma makin melebarkan seringainya melihat banyak pertahanan Suzuka yang mulai terbuka karena dia kewalahan menerima serangannya.
"AARGH!" Suzuka sedikit mengernyit merasakan sesuatu menusuk bahu kanannya. Napasnya tersengal dan kondisinya semakin terpojok. Melihat Fuuma yang seolah puas dengan hasil serangannya membuat Suzuka mengambil kesempatan itu untuk melempar tantounya ke arah Fuuma, membuat beberapa kunai yang dia pegang terlempar.
"Wah... Kau cukup berani juga melempar senjatamu seperti itu dalam kondisi tidak baik seperti sekarang. Tapi bukannya kau malah tidak bersenjata sekarang?"
Fuuma hendak berjalan ke arah Suzuka sebelum akhirnya beberapa kunai terlempar dan mendarat di depan Fuuma. Menghentikan langkah lelaki itu.
"Huh, ada pengganggu rupanya."
Detik berikutnya dua orang muncul di hadapan Suzuka. Mereka berdua memiliki warna rambut yang sama hanya saja gender mereka berbeda. Suzuka yang menyadari hal ini kesempatan yang bagus karena perhatian Fuuma akhirnya sedikit teralih, berlari ke arah berlawanan.
"Kochouki, sebaiknya kau bawa Suzuka-sama kembali ke Azuchi." Ujar Lelaki yang ternyata adalah Ryukyu tersebut. Si gadis yang dipanggil Kochouki itu menghilang setelah mengangguk singkat.
Ryukyu sendiri menyiapkan senjatanya bersiap melawan Fuuma. Namun lelaki itu hanya mengangkat bahunya malas.
"Misiku sudah selesai, jadi kurasa aku tidak perlu melawan bocah ingusan sepertimu."
"Apa?!"
Namun terlambat, Fuuma sudah mengilang dari tempat itu. Tahu bahwa ia tidak bisa mengejarnya karena keselamatan Suzuka yang utama, Ryukyu memutuskan untuk mengikuti jejak Kochouki untuk menolong Suzuka.
Akan tetapi saat ia bertemu dengan Kochouki, ia melihat adiknya tersebut tengah mendekap Suzuka yang sedang tidak sadarkan diri.
"Ryu-chan... Sepertinya gadis ini terkena racun..." Ryukyu terperangah. Ia teringat ucapan Fuuma sebelum dia kabur.
Misiku sudah selesai, jadi aku tidak perlu melawan bocah ingusan sepertimu.
"Kochouki, bisa kau beri penawar racun untuknya sebagai pertolongan pertama? Aku akan membawanya ke tempat yang aman."
Kochouki hanya mengangguk.
***
"Naosu-sama!" Naosu mengernyit melihat Ryukyu sudah berada di depannya dan baju ninjanya terdapat beberapa bercak darah.
"Apa yang terjadi?"
"Sumimasen Naosu-sama. Kami butuh sedikit waktu untuk menemukan Suzuka-sama. Dia masuk ke hutan yang berada di sebelah selatan Azuchi, disana ia diserang oleh seorang shinobi."
"Kau tahu shinobi itu bekerja pada siapa?"
"Kochouki sekarang sedang menyelidikinya. Setelah mengantarkan Suzuka-sama ke sini saya akan segera membantu Kochouki."
"Suzuka tidak tahu kalian bekerja padaku kan?"
"Soal itu..."
***
Suzuka berdiri di atas padang rumput hijau. Di kejauhan, ia bisa melihat sebuah pohon sakura besar dengan kelopak yang berjatuhan ditiup angin.
"Ini... dimana?" Gumam Suzuka.
Perlahan, ia menyadari ada seorang gadis berdiri dibawah pohon Sakura itu. Akhirnya Suzuka berjalan mendekati gadis itu. Menyadari kehadiran Suzuka, gadis itu menoleh dan tersenyum hangat.
"Okaa-sama..?" Tidak, Suzuka salah memanggilnya. Tidak mungkin gadis itu adalah ibunya. walau rambutnya berwarna hitam kemerahan sama seperti sang ibu, bola mata zamrud miliknya mengingatkannya pada sang ayah. Belum lagi sepertinya perempuan itu hanya selisih dua atau tiga tahun darinya.
"Akhirnya kita bertemu, Suzu..." Gadis itu berjalan ke arah Suzuka dan memeluknya.
Hangatnya... pelukannya sama seperti kehangatan Okaa-sama...
"Maafkan aku, Suzu... kau jadi harus menanggung semua beban itu sendirian. Seandainya aku lebih kuat... seandainya aku bisa benar-benar hadir dalam kehidupanmu... Semua ini tidak akan terjadi."
Suzuka mendengar isakan dari gadis itu di pelukannya. Gadis pirang itu sendiri bingung dengan ucapan yang dilontarkan lawan bicarnya.
"Apa maksudmu? Kenapa kau tahu tentangku? Siapa kau?" Tidak tahan dengan berbagai macam pertanyaan di kepalanya, Suzuka mengutarakannya begitu saja. Perempuan itu akhirnya melepaskan pelukannya pada Suzuka.
"Aku adalah..."
***
Naosu membuka kamar Suzuka. Di dalam sana sudah ada Mitsunari dan Hideyoshi bersama Ainawa dan Aiko. Ia bisa melihat ibu dan adiknya itu menahan tangis melihat Suzuka terbaring di depan mereka. Mitsunari berdiri dan menatap Naosu.
"Naosu-sama, kita perlu bicara."
Akhirnya ia keluar ruangan bersama Mitsunari.
"Suzuka-sama sepertinya terkena racun. Keadaannya tidak memburuk karena pertolongan pertama penawar racun yang dia terima, tapi sepertinya hal ini tidak akan bertahan lama."
"Apa maksudnya?"
"Racun yang menyebar ke dalam tubuh Suzuka-sama dalah racun yang cukup rumit. Aku tidak yakin bisa membuat penawarnya. Kalaupun ada yang bisa hanya Ieyasu-sama namun, beliau sedang dalam misi bersama Nobunaga-sama." Jelas Mitsunari dengan suara berat.
"Tidak adakah yang bisa kita lakukan sampai Ieyasu-jiisama kembali? Setidaknya memberikan Suzuka obat yang akan menghambat racunnya sehingga mereka kembali?"
"Saya khawatir, tidak ada yang bisa melakukan itu..."
"Berapa lama Suzuka akan bertahan?"
Mitsunari terdiam selama beberapa saat sebelum menjawab dengan suara ragu.
"Jika Suzuka-sama memiliki ketahanan tubuh yang bagus, dia hanya bisa bertahan selama tiga hari."
"Kuharap dia memiliki sesuatu yang lebih dari sekedar pertahanan tubuh yang bagus." Mitsunari menatap bingung Naosu saat mendengar pewaris Oda itu menggumam pelan.
"Jangan meremehkan dia, Mitsunari-jiisama. Dia terlalu tangguh dan terlalu keras kepala untuk seorang gadis." Naosu tersenyum lemah. Berharap ucapannya benar adanya.
***
"Apa yang ingin kau lakukan sekarang?"
Suzuka menatap gadis di depannya saat pertanyaan itu meluncur dari mulut sang gadis. Namun Suzuka tidak menjawab. Sebagai gantinya dia malah duduk sambil memeluk lututnya.
"Aku... tidak tahu..."
Gadis itu ikut duduk di samping Suzuka dan mengelus punggungnya penuh kasih sayang.
"Suzu... kau gadis yang kuat. Kau ingin semuanya berakhir seperti ini? Bukannya kau punya orang-orang yang kau sayang di luar sana?"
Hening
"Apakah menurutmu aku sudah melaksanakan tugasku dengan baik?" Tanya Suzuka balik.
"Tentu saja. Aku bahkan tidak yakin bisa melakukan apa yang kau lakukan." Gadis itu tersenyum hangat.
"Tapi bukannya masih ada hal yang harus kau lakukan?" Lanjut sang gadis.
Sekilas kejadian yang Suzuka alami beberapa waktu terakhir terbayang di kepalanya.
"Naosu..." saat suzuka menggumamkan nama itu, sang gadis semakin melebarkan senyumnya.
"Sepertinya kau sudah tahu apa yang harus kau lakukan."
***
Naosu mulai sedikit frustasi karena seberapa keraspun ia membaca buku tentang pengobatan namun tidak bisa menemukan obat yang cocok sebagai penawar racun Suzuka. Ia bahkan meminta Ryukyu untuk mengidentifikasi racun tersebut. Namun hasilnya nihil.
"Ya ampun, ternyata anda disini." Tsuki tersenyum akhirnya menemukan Naosu yang mengurung diri di perpustakaan sejak Suzuka terluka.
Naosu menatap Tsuki tajam. Jelas sekali dia tidak menyukai kehadiran puteri klan Hojo tersebut. Tsuki sendiri tidak memedulikan tatapan Naosu dan malah duduk di depan pemuda tersebut.
"Aku sudah mendengar kabar tentang Tokugawa. Aku turut berduka cita..."
"Katakan saja apa keinginanmu datang menemuiku. Aku tidak suka basa-basi." Potong Naosu tajam.
Tsuki tersenyum tipis mendengar ucapan Naosu.
"Klan kami memiliki seorang tabib jenius yang bisa membuat penawar racun untuk Tokugawa Suzuka. Tentu kami ingin menolong Tokugawa..."
Naosu hanya diam mendengarkan.
"...Tapi sebagai gantinya, kau harus menikahiku." Lanjut Tsuki dengan senyum tenang.
Jelas sekali otot wajah Naosu menegang. Ingin sekali ia menghunuskan Shirotsuyomi saat itu juga. Namun ia masih bisa mengendalikan dirinya. Melihat reaksi Naosu, Tsuki terlihat puas lalu beranjak berdiri.
"Besok adalah hari terakhir kami di sini. Aku menunggu jawabanmu, Oda Naosu. Apa kau benar-benar mencintai gadis itu dan melakukan apapun agar dia selamat, atau kau hanya menggunakannya sebagai alat untuk menghindari klan Hojo dan membiarkannya mati begitu saja." Setelah berkata seperti itu, Tsuki berjalan keluar. Meninggalkan Naosu yang membuang buku di pegangannya dengan kesal.
Hasil penyelidikan Ryukyu dan Kochouki melaporkan bahwa klan Hojo bertanggung jawab atas serangan mereka pada Suzuka. Tapi karena tak ada bukti, Naosu tak bisa menuduh mereka sembarangan.
"Sial!" Umpat Naosu.
Pintu perpustakaan kembali terbuka, namun kali ini Ainawa yang masuk sambil membawakan onigiri dan teh hangat.
"Aku tahu kau belum makan sejak kemarin, coba makanlah sedikit Naosu."
Naosu hanya diam menunduk. Ia tidak ingin ibunya melihat raut wajahnya sekarang. Ainawa meletakkan nampan yang ia bawa lalu duduk di depan Naosu.
"Naosu, angkat wajahmu." Namun sang putera tidak segera menuruti keinginan Ainawa. Membuat isteri Oda Nobunaga itu mengulangi perkataannya dengan nada yang lebih tegas.
"Oda Naosu, angkat kepalamu!"
Naosu mengangkat wajahnya perlahan dan mendapati sang ibu menatapnya lembut.
"Kau tidak perlu memikul bebanmu sendirian. Kau memiliki orang-orang yang siap mendukungmu. Apapun keputusanmu adalah perintah mutlak. Dan aku yakin, apapun keputusanmu adalah yang terbaik." Ainawa menepuk kepala Naosu pelan.
"Aku tahu, Naosu... Aku adalah orang yang melahirkanmu. Aku tahu beban yang berusaha kau sembunyikan. Sifatmu yang seperti itu mirip dengan ayahmu..." Ainawa tersenyum mengingat Naosu yang sangat mirip dengan suaminya.
"Okaa-sama..."
***
Ainawa duduk di samping Suzuka yang masih tak sadarkan diri. Ia mengganti kompres gadis pirang itu sesekali. Hari ini adalah hari terakhir klan Hojo di Azuchi. Sehingga Naosu dan beberapa bawahannya berkumpul di aula besar. Sebenarnya Ainawa ingin memberitahukan keadaan Suzuka pada Haruka dan klan Tokugawa. Namun, Naosu mencegahnya karena bagaimanapun Suzuka berada dibawah tanggung jawab klan Oda saat ini. Sehingga ia tidak ingin Haruka khawatir.
"Gomen ne, Haru-nee..." Gumam Ainawa pelan. Ia masih merasa bersalah karena merahasiakan keadaan Suzuka. Sementara keadaan gadis itu bukannya semakin membaik, tapi sebaliknya.
Kelopak mata Suzuka terbuka perlahan. Napasnya terdengar berat dan sedikit mengerang merasakan sakit yang menusuk di sekujur tubuhnya. Ainawa yang menyadari Suzuka siuman, sedikit terperangah. Mengingat ucapan Mitsunari bahwa sudah enam puluh persen tubuh Suzuka terinfeksi racun hingga membuatnya sulit mendapatkan kesadarannya.
"Suzuka-chan!"
Suzuka menoleh menatap Ainawa dan dengan napas terputus, pewaris Tokugawa itu berkata,
"Di mana... Naosu?"
"Eh? Naosu sedang berada di Aula utama. Ini hari terakhir klan Hojo di Azuchi, dan Naosu akan memberikan jawaban akhirnya untuk mereka."
Mendengar hal itu, Suzuka berusaha bangun namun dicegah oleh Ainawa.
"Suzuka-chan! Kau harus beristirahat atau racunnya akan semakin menyebar ke tubuhmu..."
"Obaa-sama... k-kumohon... antarkan aku... k-ke Aula u..tama..." Suzuka memohon dengan suara memelas dan napas berat.
"T-tapi.."
"Ku...mohon..."
Pertahanan Ainawa runtuh melihat wajah pucat Suzuka yang berkaca-kaca dan memelas meminta bantuannya. Dengan terpaksa, ia membantu gadis itu ke Aula utama. Tempat dimana Naosu memberikan keputusan terakhirnya kepada klan Hojo.
Ketika Suzuka berdiri di depan pintu aula, ia mendengar suasana di sana hening. Samar-samar ia mendegar suara Naosu.
"... setelah mempertimbangkan matang-matang mengingat keuntungan yang diberikan klan Hojo, sepertinya aku akan..."
Sret!
Suzuka menggeser pintu aula utama dan dengan suara agak serak, dia berkata dengan suara cukup tegas.
"Tunggu dulu, Naosu-sama..." Ia bersandar pada salah satu sisi pintu untuk menopang badannya. Wajahnya pucat dan napasnya memburu dengan ekspresi menahan sakit yang luar biasa di tubuhnya.
"Se-sebelum anda... memberi keputusan... to-tolong dengarkan pendapat...saya..."
Semua orang yang berada di Aula utama menatap Suzuka tak percaya. Bahkan Naosu yang awalnya berwajah tenang, tak bisa menyembunyikan keterkejutannya melihat Suzuka kini berdiri di depan pintu Aula Utama.
"Suzuka-sama!" Mitsunari sudah beranjak berdiri dan hendak menghampiri Suzuka namun dihentikan oleh Hideyoshi.
"Mitsunari, biarkan Suzuka berbicara..."
"Tapi, Hideyoshi-sama..." Mitsunari menoleh ke arah Hideyoshi hendak protes, namun ia bisa melihat kedua tangan Hideyoshi bergetar dan wajahnya menegang.
Saat itulah Mitsunari sadar bahwa Hideyoshi juga mengkhawatirkan Suzuka dan heran bagaimana pewaris Tokugawa itu bisa sadar padahal seharusnya ia masih terlelap karena efek racun yang sudah cukup parah. Namun karena apapun yang dikatakan Suzuka mempengaruhi keputusan Naosu, Hideyoshi menahan dirinya untuk tidak menghampiri Suzuka dan membuatnya kembali ke tempat tidurnya saat itu juga.
"...O-orang yang menyerangku... adalah... s-suruhan dari Hojo..."
Tepat setelah itu terdengar suara saling berbisik hingga membuat Aula utama gaduh.
"Apa yang kau bicarakan?! Jangan asal menuduh kami seperti itu!" Tsuki langsung memprotes ucapan Suzuka. Namun Suzuka tidak gentar menghadapi tatapan sinis beberapa orang Hojo.
"Ji-jika kalian membutuhkan bukti...aku... memilikinya..." Suzuka menjatuhkan sesuatu dari lengan kimononya yang diambil oleh prajurit yang berada di dekatnya.
"I-Ini... Naosu-sama! Ini kunai dengan lambang klan Hojo!" Prajurit itu berjalan mendekati Naosu untuk menunjukkan sebuah kunai kecil dengan lambang klan Hojo.
"A-aku mendengar... jika klan Hojo... memiliki tradisi... ke-ketika ada shinobi yang mengabdi...pada klan... me-mereka akan melakukan sumpah... ke-kesetiaan menggunakan senjata dengan...la-lambang klan..." Tubuh Suzuka makin terasa berat hingga ia merosot dan kesadarannya semakin menipis.
"SUZUKA!"
Hal yang terakhir yang Suzuka dengar adalah teriakan Naosu yang memanggil namanya sebelum kesadarannya hilang sepenuhnya.
***
Tugasku sudah selesai kan?
Suzu, kau melakukan tugasmu dengan baik! Aku bangga padamu!
Lalu... Apa aku harus pergi bersamamu?
Apa yang kau katakan?! Kau sudah berjanji untuk melindungi orang-orang yang kau sayang bukan? Aku tidak sekejam itu untuk mengajakmu pergi bersamaku!
Tapi... apa aku bisa? Aku... lemah... Karena aku lemah makanya hal ini terjadi.
Jika kau lemah, kau hanya perlu menjadi lebih kuat agar hal ini tidak terjadi! Tenang saja, aku akan selalu di sampingmu, Suzu!
Arigato... Onee-sama...
***
Suzuka membuka matanya perlahan dan menatap langit-langit kamarnya yang sudah tidak asing lagi.
Apa yang terjadi padaku?
"Kau sudah sadar?" Suzuka menoleh mendapati Ieyasu duduk di sampingnya dengan beberapa obat terletak tak jauh dari tempatnya duduk.
"Otou-sama... A-aku.."
"Kau tertidur selama satu minggu. Aku harus memastikan semua racun di tubuhmu keluar. Jadi kau dibawa kembali ke Mikawa." Ieyasu memotong ucapan Suzuka.
"Go-gomenasai..."
"Untuk apa kau meminta maaf?"
"Aku... Sudah membuat Otou-sama khawatir...."
Ieyasu tersenyum hangat dan mengelus kepala Suzuka lembut.
"Yang terpenting, kau selamat. Itu sudah cukup. Walau aku harus meyakinkan Haruka bahwa kau baik-baik saja..."
Suzuka tersenyum lemah. Mengingat apa yang pernah terjadi di masa lalu, Suzuka yakin bahwa Haruka pasti khawatir setengah mati padanya.
"Lalu... bagaimana dengan klan Hojo?"
"Ah... soal itu, Nobunaga-sama menyatakan perang pada mereka tentu saja. Lusa pasukan mereka akan berangkat."
"Otou-sama akan ikut juga?"
"Tentu saja. Mengingat Naosu-sama sedang dihukum saat ini... jadi Nobunaga-sama sendiri yang memimpin perang kali ini."
"Eh?! Naosu dihukum?! Kenapa?" Suzuka terkejut karena ucapan Ieyasu.
"Nobunaga-sama menganggap Naosu-sama kurang bisa tanggap dengan situasi yang ada. Jadi beliau menghukumnya..."
"Tapi itu bukan salah Naosu..."
Ieyasu hanya menghela napas lalu mengelus kepala Suzuka.
"Kau tidak perlu merisaukan hal itu sekarang. Istirahat saja, aku akan memberitahu Haruka bahwa kau sudah sadar." Pemimpin klan Tokugawa itupun beranjak berdiri dan meninggalkan Suzuka. Namun bayangan Naosu yang dihukum, tidak bisa membuat Suzuka beristirahat dengan tenang.
***
Keesokan harinya, Suzuka terbangun saat bau bubur dan teh memasuki indera penciumannya. Namun, bukan hal itu yang membuat Suzuka terjaga seratus persen. Melainkan karena orang yang membawa nampan berisi bubur, teh dan obat-obatan untuk Suzuka.
"Na-Naosu..." Suzuka hendak bangun namun Naosu memberi isyarat agar Suzuka tidak perlu memaksakan dirinya.
"Kudengar dari Ieyasu-jiisama bahwa kau sudah sadar. Jadi aku langsung ke sini."
"Ta-tapi kenapa kau di sini?"
Naosu tidak menjawab, namun menaruh nampan berisi makanan untuk Suzuka di depannya.
"Makanlah, akan kusiapkan obatmu."
"E-eh??" Suzuka melongo menatap Naosu. Namun pemuda itu tidak peduli dengan reaksi Suzuka. Tangannya dengan tenang, meracik obat yang Suzuka butuhkan. Setelah selesai, ia menatap Suzuka yang balik menatapnya bingung.
"Jangan bilang kau minta disuapi..." Ujar Naosu yang melihat Suzuka sama sekali tidak menyentuh makanannya.
"Bukan begitu!" Suzuka cepat-cepat hendak bangkit dari tempat tidurnya, namun ia merasakan bahunya sedikit nyeri. Naosu yang menyadari raut wajah kesakitan Suzuka, membantu gadis tersebut untuk duduk.
"Arigato..." Gumam Suzuka pelan. Ia segera memakan bubur itu sebelum dingin dan meminum obatnya didampingi Naosu.
"A-ano... Naosu... kenapa kau berada di sini?" Suzuka mengulangi pertanyaannya yang tadi belum terjawab.
"Menjalani hukumanku." Jawab Naosu singkat.
"Eh?"
"Nobunaga-sama menghukumku untuk berada di Mikawa dan merawatmu sampai sembuh. Beliau juga melarangku melakukan pekerjaanku ataupun berada di garis depan saat melawan Hojo besok."
"Ja-jadi..."
"Jadi kau harus cepat sembuh agar hukumanku berakhir!" walau ucapannya terdengar kasar, nada bicara sulung Oda tersebut cukup lembut. Suzuka tersenyum tipis, sebelum menunduk dan bergumam,
"Naosu, maafkan aku sudah menamparmu..." Naosu yang mendengar itu membuang muka.
"Tidak, itu juga salahku. Mungkin aku sudah keterlaluan, maaf."
Suzuka membelalak tak peraya menatap Naosu. Barusan... lelaki itu minta maaf?! Namun Naosu sepertinya tidak ingin Suzuka melihat raut wajahnya dengan jelas karena lelaki itu menyuruh Suzuka tidur. Dengan enggan, Suzuka menurut dan menutup matanya. Ketika kesadarannya sudah mulai tertarik ke alam mimpi, ia bisa merasakan sesuatu yang hangat mengecup keningnya dan bisikan lembut menyapa telinganya,
"Selamat tidur, Suzuka..."
.
.
.
.
.
.
.
Akhirnya... Ini fict dari kapan, selesainya kapan. Aku mencoba mengais sisa-sisa produktifku. So... kayaknya cuma pair ini yang bikin aku produktif...
//lirik yang jebol 4k words
Maafkan aku wahai 'Bunda'nya Naosu yang bikin anakmu OOC. Hope You Like it.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top