Birthday Festival

"Nee-san!"

Haruka menoleh mendengar suara familiar yang memanggilnya. Tinggal seapartemen di Tokyo membuat Haruka mengenal baik suara teman sekamarnya. Tidak, bagi Haruka gadis yang kini berjalan cepat ke arahnya sudah ia anggap sebagai adiknya sendiri.

"Ai-chan... Ada apa?"

"Ah... Nee-san hadir ke festival awal musim semi nanti kan?" Haruka berpikir sejenak. Sudah jadi rutinitas sekolahnya untuk mengadakan festival tahunan saat musim semi. Mengingat gadis bermahkota kemerahan itu sudah menginjak tahun terakhir SMU, jelas dia akan sangat sibuk jika mengikuti festival semcam itu.

"Hm..." Haruka menghela napas, karena dari logat Ainawa -gadis di depannya saat ini- menginginkan agar Haruka hadir di festival itu.

"Tunggu... bukannya kau pergi dengan Kazuma?" Ainawa tersentak kaget mendengar nama lelaki yang keluar dari mulut Haruka. Detik berikutnya, mukanya menghangat dan semburat kemerahan menghiasi wajah gadis bermarga Yousuka tersebut.

"Ke-Kenapa kau malah menyebut dia?!"

"Karena kalian berpacaran." Jawab Haruka kalem.

"I-itu tidak benar!" Ainawa cemberut dan membuang mukanya. Membuat Haruka terkekeh geli.

"Nee-san sendiri bagaimana?" Tanya Ainawa.

"Eh?"

"Kapan menyatakan perasaan pada Hokuto-kun?" Kini giliran Haruka yang mukanya memerah. Sekilas bayangan pemuda bernama Yoshino Hokuto muncul di benaknya lengkap dengan senyum manisnya.

"Kenapa kau menyebut nama Hokuto?!"

"Kau pikir aku tidak tahu? Nee-san sering melihat anak klub basket berlatih kan?"

Haruka memalingkan wajahnya.

"Tidak. Makoto-san memintaku untuk menemaninya mengambil foto di sana!"

Ainawa tersenyum senang bisa membalas kejahilan Haruka tadi.

Birthday Festival

The Rampage from Exile Tribe Fanfiction

Story by Asakura_Haruka

CharaxOC

Happy Reading!

Bel sekolah Exile Academy berbunyi nyaring, menandakan waktu belajar telah usai. Namun Haruka tidak beranjak dari tempat duduknya seperti anak-anak yang lain. Ia sibuk menyusun konsep festival awal musim semi yang diadakan sekolah.

Yeah, dia mungkin harus berterima kasih pada sang ketua OSIS yang membuat otaknya harus bekerja lebih keras di saat seperti ini. Pagi ini dengan tiba-tiba Haruka dipanggil Likiya, sang ketua OSIS di Exile Academy dan diberi tugas untuk menyusun konsep festival sekolah mereka bersama Makoto dan Takuma.

"Ughh... Aku benar-benar tak bisa berpikir sekarang!" Haruka mengacak-acak rambutnya frustasi sebelum membereskan peralatannya dan berjalan keluar kelas.

Entah kenapa, langkah kaki gadis itu malah membawanya ke gedung olahraga dimana anak-anak klub basket sedang berlatih. Haruka duduk di salah satu tempat duduk penonton dan mengeluarkan buku kecil miiknya untuk melihat jadwalnya hari ini. Salahkan kapasitas ingatannya yang terbatas, membuat gadis itu kadang melupakan sesuatu yang disaring otaknya.

"Hm... Makoto-san bilang akan menemuiku di perpustakaan bersama Takuma seusai sekolah." Haruka kembali menutup bukunya dan melihat sekelilingnya.

Tunggu.... SEJAK KAPAN AKU BERADA DI SINI?!

Haruka berdiri secepat mungkin sebelum ada orang yang menyadari keberadaannya, namun sayangnya takdir berkata lain.

"Asakura-san?" Langkah Haruka membeku mendengar suara lembut seorang pemuda yang memanggil namanya. Gadis itu menoleh perlahan dan melihat lelaki yang ingin dihindarinya saat ini.

"Ho-Hokuto...." cicit Haruka. Pemuda bernama Hokuto itu hanya tersenyum tipis.

"Apa yang kau lakukan di sini?" Tanya Hokuto penasaran.

"A-aku sedang mencari Makoto-san!" Haruka menjawab asal pertanyaan Hokuto. Ya, walaupn itu absurd karena Makoto adalah anggota klub fotografi, bukan klub basket.

Namun entah mengapa warna muka Hokuto tiba-tiba berubah.

"Souka..." Tanpa berkata lebih dari itu, Hokuto berbalik dan melanjutkan latihannya.

Haruka sendiri merutuki kebodohannya kenapa mengatakan hal konyol seperti tadi.

Sepertinya Hokuto marah karena dia mengetahui aku berbohong...

Dengan langkah lesu, gadis bermarga Asakura tersebut berjalan keluar gudang olahraga.

***

"EHHH?! NEE-SAN JADI PANITIA FESTIVAL SEKOLAH?!" Suara Ainawa nyaris bergema di kantin saat Kazuma menceritakan keputusan Likiya pagi ini.

"Kecilkan dulu suaramu, bisa-bisa yang lain mengira aku melakukan sesuatu padamu!" Dengus Kazuma menyadari beberapa murid kini menatap mereka karena teriakan Ainawa barusan. Ainawa buru-buru membekap mulutnya sendiri dan mengirimkan permintaan maaf secara tersirat.

"Apa itu benar?" Kini Ainawa berbicara dengan volume suara normal setelah meminum orange juice pesanannya. Kazuma hanya mengangguk.

"Zin-san yang mengusulkan hal itu. Dia tahu Asakura tipe pemikir yang bagus, dan mengatakan hal itu pada Likiya-san kemarin. Tapi tak kusangka dia akan meminta Asakura menyusun konsep festival bersama Makoto dan Takuma..."

Ainawa nyaris menyemburkan orange juice miliknya mendengar nama Makoto keluar dari mulut Kazuma.

"Hei, jangan memuntahkan minumanmu padaku!" Kazuma kembali protes saat Ainawa kini menatap lelaki itu tak percaya.

"Kau bilang... Nee-san menyusun konsep itu bersama Makoto-san?!" Kazuma hanya diam dan menggaruk tengkuknya yang tak gatal terlihat canggung dan tidak enak. Sementara Ainawa menghela napas berat.

"Jika Hokuto-san tahu..."

"Mereka itu pasangan yang bodoh, yang satu polos dan tidak peka. Yang satunya lagi tidak mau bergerak cepat. Tapi kalau ada apa-apa saling cemburu. Aku heran kau bisa bertahan tinggal bersama Asakura dengan kepribadiannya yang begitu." Kazuma melipat lengannya dan bersandar pada kursinya.

"Hal itu juga berlaku padamu. Kenapa kau bisa punya teman sebaik Hokuto-san jika ternyata kau adalah yankee sekolah? Lagian walau childish dan tidak peka, Nee-san itu orang yang baik dan bisa diandalkan!"

"Terserah. Lalu bagaimana sekarang? Kau punya rencana?"

Ainawa hanya tersenyum dan mulai berdiskusi bersama Kazuma.

***

06 Maret pkl 19.34

Haruka menghela napas lega melihat festival sekolahnya terlaksana dengan baik. Ia harus berterima kasih pada Makoto dan Takuma yang bisa diandalkan dalam menyusun konsep festival. Gadis itu masih memakai seragam sekolahnya dan duduk di salah satu bangku taman sekolahnya yang masih ramai. Ia membuka kembali buku catatannya dan membaca agendanya besok.

Tunggu... bukannya hari ini...

"Nee-san!" Pikiran Haruka terputus saat ia mendengar suara Ainawa di tengah keramaian festival. Gadis berkacamata itu memakai yukata berwarna biru muda dengan ornamen bunga dan kupu-kupu.

"Ai-chan... dan.. Kazuma," Haruka tersenyum pada dua pasangan yang kini berjalan ke arahnya.

"Ini, pakailah!" Ainawa menyodorkan sebuah bungkusan plastik pada Haruka yang diterima gadis itu dengan dahi berkerut.

"Apa ini?"

"Kau tidak ingin merayakan festival malam ini? Aku membawakan yukatamu!"

"Kenapa aku harus memakai yukata?"

"Karena hari ini ul..."

"Makoto-san ingin mengucapkan terima kasih padamu. Jadi dia menunggumu di atap gedung utama!" Kazuma dengan cepat memotong ucapan Ainawa. Ainawa menatap Kazuma bingung yang hanya dibalas kedipan mata.

Haruka hanya mengangguk pelan dan berjalan ke arah ruang ganti.

"Kenapa kau berbohong pada Nee-san?" Tanya Ainawa begitu Haruka hilang dari pandangan mereka.

"Kau pikir dia akan mau pergi ke atap gedung utama jika kau bilang Hokuto menunggunya?"

Ainawa hanya diam. Selama ini dia tahu hubungan Hokuto dan Asakura tidaklah buruk. Hanya saja, karena sifat jahil dan iseng Hokuto kadang membuat Asakura gemas walau tidak sampai tahap tidak suka. Dan yeah, mereka saling menyukai satu sama lain. Hanya saja Haruka tidak terlalu menyadari perasaannya, sedangkan Hokuto masih nyaman dengan zonanya sekarang. Pemuda itu takut jika dia berbicara jujur pada Haruka soal perasaannya, gadis itu malah akan menjauhinya.

"Pokoknya, mereka harus bertemu malam ini!" gumam Ainawa.

Di sisi lain Haruka baru saja mengganti seragam dengan yukatanya hanya bisa menghela napas menatap pantulan dirinya di cermin. Yukata berwarna merah mudanya berornamenkan kelopak bunga sakura membuat gadis itu lebih anggun dari biasanya. Walau Haruka akui ia tidak terlalu suka tampil terlalu girly.

Tapi kenapa Makoto-san ingin aku pergi ke atap dengan baju seperti ini?

Tatapan Haruka kini tertuju pada sebuah kotak berwarna merah yang menyembul dari dalam tasnya. Itu adalah kado yang dia beli beberapa hari yang lalu untuk Hokuto. Harusnya ia memberikan kado itu hari ini, tapi karena kesibukannya, ia tidak memiliki kesempatan untuk memberikan kado kecil tersebut.

Tapi Haruka tetap mengambil kotak itu dan membawanya. Ia berpikir akan mencari Hokuto seusai menemui Makoto. Itupun jika dia beruntung apabila Hokuto belum pulang.

Angin malam yang membawa hawa musim semi berhembus perlahan saat Haruka membuka pintu yang mengarah pada atap gedung utama.

"Asakura-san?" Tubuh Haruka membeku mendengar suara orang yang dicarinya seharian ini.

"Hokuto..." Asakura mengernyit bingung. Seharusnya dia bertemu Makoto di sini, tapi kenapa Hokuto yang menunggunya?

Hokuto sendiri kebingungan melihat Haruka memakai yukata dan berada di atap gedung mengingat dia adalah panitia festival yang seharusnya sibuk mengurus acara.

Tiba-tiba Haruka teringat dengan hadiah yang dia bawa. Buru-buru Haruka merogoh tasnya dan mengeluarkan kotak kecil yang dia bawa sedari pagi.

"Hokuto, selamat ulang tahun!" Asakura menyodorkan kotak kecil berwarna hijau dengan pita berwarna perak tersebut pada Hokuto.

Lelaki itu terperangah dan menatap Haruka tak percaya.

"Maaf, tadinya aku ingin memberikan ini padamu tadi pagi. Tapi karena aku tidak bisa bertemu denganmu...." Haruka membuang mukanya. Tidak ingin Hokuto menyadari wajahnya yang menghangat.

Hokuto perlahan tersenyum dan menerima hadiah Haruka.

"Arigato."

Tepat setelah mengucapkan hal itu, kembang api mulai dinyalakan mewarnai langit malam.

"Aku tidak mengira kau ingat hari ulang tahunku. Kupikir ingatanmu buruk."

Haruka cemberut mendengar ucapan Hokuto.

"Maaf kalau ingatanku buruk! Tapi aku tidak mungkin lupa hari berharga orang yang berharga bagiku kan?" Detik berikutnya Haruka membekap mulutnya sendiri. Menyesali ucapan refleksnya.

"Oh ya? Barusan kau bilang apa?"

"Ti-tidak ada!" Haruka membalikkan badannya.

"Ayolah, aku yakin aku mendengar sesuatu dari mulutmu."

"Kau salah dengar!"

"Mana mungkin? Pendengaranku masih normal!"

"Pendengaranmu mungkin bermasalah karena sering mendengar suara sorakan saat bertanding!"

Hokuto kembali tersenyum melihat senyum Haruka saat gadis itu melihat kembang api dengan senyum tenang dan damai.

"Thank you for your gift..." bisik Hokuto pelan tertelan suara kembang api.

~Owari~

HAPPY BIRTHDAY FOR OUR LOVELY BOY FROM RAMPAGE!

Maafkan bila OOC banget. Baru nyoba nyemplung di fandom ini dan bikin ff pertama di fandom ini demi ultah anak paling pure di Rampage (Doakan dia gak hobi buka baju kayak teman-temannya).

My wish for him... Semoga karirnya makin lancar, makin imut, dan tolong.... JANGAN BUKA BAJUMU DI MV ATAUPUN PAS KONSER! Liat foto Makoto bertebaran aja aku megap-megap. Dia buka baju? RIP HARUKA.

Oh ya, terima kasih juga buat imoutoku yang aku pinjem OCnya buat dipasangin ama Kazuma. Semoga kamu makin cinta dengan Kajum setelah baca ff ini. XD

Dan maafkan aku karena untuk sementara semua ffku belum kuapdet... :v

Yang kepo lagu-lagunya The Rampage, boleh putar medianya.
Butuh racun mereka? Sini tanya-tanya ama aku. Aku kenalin mereka satu-satu. Soalnya mereka membernya 16. Yang vocal cuma tiga, sisanya performer. ≧∇≦

Kanan: Kawamura Kazuma
Kiri: (Our Birhday boy) Yoshino Hokuto

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top