1. Asa Dibatas Senja

Sampaikapan aku terus berharap pada asa yang tak pasti...
Ini terlalu melelahkan untukku, mengharapkan dia hadir di tengah-tengah kami, sudah hampir tujuh tahun kami menikah tapi tak jua Kau izinkanku memeluk malekat kecilku, ampuni aku... dosa-dosaku... dan maaf untuk semua prasangka burukku padaMu... apa memang aku belum layak menerima titipanmu.

Alya mengahiri doa khusyunya di iringi tangis kesedihan. Selalu seperti itu saat dia memasrahkan semua kehendak pada Yang di Atas. Dirinya hanya wanita biasa, yang merindukan kehadiran seorang anak dalam kehidupan rumah tangganya.

Tiba-tiba terdengar suara salam dari arah pintu, buru-buru wanita itu bangkit dan mengenakan kerudung Abu-abunya.

"Assalamualaikum, Bunda ... Ayah pulang!" teriak Afnan suaminya.

"Waalaikum salam yah! Tumben udah pulang jam segini?" tanya Alya sambil mencium tangan suaminya.

"Ya ... ayah kangen bunda... hehe," jawab Afnan berusaha menggoda sang istri.

"Dasar gombal ... ya sudah, ayah mandi dulu sana, terus makan!" kata Alya pada suaminya itu, tapi Afnan hanya diam dan mengamati wajah sang istri.

"Bunda nangis lagi?" tanya Afnan dengan nada lembut.

"Nggak, kata siapa ... udah gih!" Alya mencoba menyangkal karena tak ingin membuat Afnan khawatir.

"Ck... udah Ayah bilang jangan terlalu di pikirin. Nanti bunda bisa sakit," tegur Afnan. Tiba-tiba Alya merasakan mual yang sangat dahsyat saat suaminya itu mencoba memeluknya.

"Ayah! Jangan deket-deket ... bau!" kata Alya sambil mendorong dada suaminya.

"Nggak bau kok! Ayah wangi," Afnan berkata sambil mengendus  tubuhnya, memastikan jika dia tak bau seperti yang di tuduhkan Alya. Hingga senyum lebar Afnan tersungging.

"apa jangan-jangan Bunda lagi isi?" kata Afnan menduga-duga.

"Nggak mungkin ah! Ayah ngarang!" Jawab Alya merasa tak yakin.

"Nggak ada yang nggak mungkin jika Allah berkehendak, sayang. Pokoknya habis Ayah mandi, kita ke dokter titik!" kata Afnan final, Alya hanya bisa pasrah mendengar ucapan suaminya.

Setelah membersihkan diri, Afnan benar-benar membawa Alya ke dokter kandungan.

"Gimana Mey ... istri aku?" tanya Afnan was-was, sementara sahabatnya itu justru terus tersenyum.

"Selamat ya, Nan! Alya hamil. Delapan minggu!" May memberi selamat, tapi Afnan justru terlihat syok.

"Alya hamil? Kamu serious, May? Nggak lagi becanda?" tanya Afnan memastikan.

"Ck! serious ... Alya hamil," jawab May meyakinkan, dan membuat Dua pasangan itu tersenyum haru.

"Terimakasih banyak ya Allah. Kau menjawab doa-doa kami selama ini." Laki-laki itu berkata lalu melakukan sujud syukur. Setelah itu meraih istrinya kedalam pelukan.

*******

Hari-hari berlalu, tak terasa kehamilan Alya sudah memasuki bulan ke 9. Dokter memprediksi satu minggu dari sekarang, Alya akan melahirkan. Sore ini Alya melakukan rutinitasnya senam hamil berbekal sebuah kaset DVD. Sementara Afnan sedang menonton TV. Tiba-tiba dia merasakan perutnya berkontraksi dan reflek menjerit, membuat Afnan kaget dan buru-buru membawanya ke rumah sakit. Untung dirinya sudah sempat menyiapkan semua keperluan melahirkan.

Beberapa jam keluarga Alya dan Afnan menunggu proses bersalin. Tak berapa lama terdengar suara tangis bayi, semua orang mengucapkan syukur. Lalu suster keluar dengan seorang bayi laki-laki dalam gendongannya.

"Bayinya laki-laki! dia tampan... tapi... kondisi nyonya Alya lemah. Jadi saya harap anda sabar. Silahkan anda masuk, Tuan!" kata suster itu. lalu Afnan masuk, dan melihat Alya yang terbaring lemah di ranjangnya. istrinya tersenyum lemah saat dia mendekat.

"Sayang? Kamu sudah lihat bayi kita? Dia laki-laki," kata Afnan antusias.
"Tampan, seperti mu," kata Alya lemah.

"Kamu nggak papakan?" Tanya Afnan, Alya hanya tersenyum kecil.
"Mas... boleh aku peluk kamu." Kata Alya lirih.

"Dasar kamu! Baru bentar nggak ketemu udah kangen.!" Grutu Afnan lalu memeluk Alya.

Alya memejamkan matanya menikmati pelukan terahir dari suaminya, tempatnya berbakti agar surga menjadi miliknya, tak ada yang perlu di sesali karena ini pilihan Alya, dia tau betul resikonya mengandung apa, tapi dia tak pernah memberi tahu Afnan, karena dia tau Afnan butuh penerus, dan dia ingin memberikan kado terindah untuk Afnan agar kelak saat dia pergi Afnan tak kesepian.

Tujuh tahun Allah memberinya kesempatan memiliki Afnan dan hidup dengannya, dan selama itu pula dia berharap Allah memberinya Malekat kecil, dan sekarang saat Anaknya lahir Allah meminta Alya kembali kepangkuan-Nya, bukankah itu sepadan, Allah mengganti Alya dengan Anaknya dan memberi kesempatan Alya hidup dengannya selama penantian itu, walau yang Afnan inginkan mereka berdua ada.

Asa di batas senja itu telah berubah jadi senyum bahagia, senyyum Afnan karena kehadiran malekat kecilnya, dan senyum Afnan karena kematian istrinya yang Syahid.

Tak Ada yang tak mungkin jika Tuhan sudah berkehendak Kunfayakun maka jadilah apa yang Dia kehendaki, Alya akan menunggu Afnan datang menemunya kelak di SurgaNya jika Dia menghendaki.

******
Hiksss aku sampai nangis bikin ini sumpah...

Haaah ahirnya jadi juga short story ini, yang aku buat untuk ikut audisi masuk grup kepenulisan theWWG
Motifasiku ikut audisi, karena ingin memperdalam ilmu kepenulisan dan juga ingin mengasah kemampuan menulisku agar bisa lebih baik, karena jujur masih ada banyak istilah kepenulisan yang belum aku ngerti.

Semoga saja masuk kriteria grup mereka amiiin.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top