Prolog

Natusha Lituhayu, begitu yang tertulis di sebuah piala sebagai pemegang juara pertama di berbagai kejuaraan yang berjejer rapi di dalam lemari kaca. Banyak piagam yang juga memenuhi dinding ruang tamu sebuah keluarga, namun tak ada kemeriahan yang menghidupi ruangan itu.

Lantai marmer putih bersih bersiap menyambut siapapun yang datang untuk mengisi keheningan yang menyeruak seisi rumah hampir di setiap harinya, namun tak ada satupun penghuni rumah itu yang mampu meluangkan waktunya meski untuk menyambut di pemilik nama pulang ke rumah setelah pergi beberapa waktu untuk menghabiskan waktu luangnya.

Gadis itu sudah tak pernah lagi berharap menemukan suara langkah kaki penghuni rumah selain para pekerja selama ia tinggal di sana. Tak lagi mengharapkan senyuman hangat yang menyapanya pulang ke rumah. Hal yang tak pernah bisa dibayangkannya terjadi di rumah ini. Natusha lekas memasuki kamarnya, membiarkan kopernya tertinggal di bawah. Ia terlalu malas untuk membawa benda berat itu naik ke atas, karena ia tahu seseorang akan melakukan hal itu untuknya.

Natusha menatap layar ponselnya sejenak, memikirkan apa lagi yang harus dilakukannya hari ini. Mentari masih bersinar terang di luar sana, dan ia hanya terkurung membisu di kamarnya. Matanya terus bergerak memilah hal-hal yang mungkin akan menarik perhatiannya, meskipun hasilnya nihil. Natusha kecewa karenanya, ia kesal karena merasa bosan dan melampiaskannya pada ponsel yang belum lama ini dia beli. Kembali menghancurkannya seperti satu setengah bulan sebelumnya. Natusha tak keberatan, karena ia tahu orang tuanya tidak akan keberatan untuk membelikan lagi yang baru sebagai gantinya.

Natusha berjalan pelan melihat isi lemari pakaiannya, melihat apa yang bisa ia kenakan untuk pergi kemanapun selama bukan terkurung di dalam rumah ini seharian. Mengendarai mobil pemberian kakek saat kelulusannya dua tahun lalu. Ini mobil kesukaannya, satu-satunya benda yang mampu bertahan lebih dari satu tahun di rumah ini. Membawanya membelah ibukota, menuju kemanapun yang ia mau. Meski akhirnya ia hanya menghabiskan waktunya untuk membeli barang yang tak dibutuhkannya serta sebuah ponsel baru.

Natusha bersemangat saat mengubah beberapa pengaturan ponselnya, sampai akhirnya ia teringat pada tugas kelompok yang harus segera diserahkannya. Ia tak pernah suka mengerjakan tugas berkelompok, menurutnya itu hanya menyulitkannya untuk mencapai nilai terbaik. Ia hampir tak pernah datang dalam pertemuan seperti itu selama ini, ia cukup mengirim semua data kepada teman sekelompoknya dan mereka tak pernah ada yang keberatan dalam hal itu.

Berbeda dengan kali ini, dan semua itu karena pria bernama Nizzam. Pria itu terus memaksa Natusha hadir dalam setiap diskusi meski pada akhirnya gadis itu tidak pernah datang. Hanya saja saat ini Nizzam seperti tidak kehilangan akal dalam menghadapi Natusha membuat gadis itu mau tidak mau harus menemuinya besok siang.

Natusha tidak punya pilihan, ia tak ingin track akademisnya hancur karena alasan seperti itu. Natusha mungkin harus menurut kali ini, tapi gadis itu tidak pernah merasa kalah. Karena Natusha punya banyak cara untuk membalas perlakuan Nizzam padanya selama ini.

                 
Hai hello, bertemu lagi...
Drop prolog draft ini biar semangat nyelesain Ladinka, maaf karena sering membuat menunggu.. Have fun semuaa

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top