Kronprinz
Jauh sebelum Desa Eichenberg terbentuk, katanya, beberapa orang yang diyakini terkutuk oleh darah iblis diusir dari kota. Mereka merupakan orang-orang yang memiliki kemampuan lebih dan mampu melihat apa yang tidak dapat orang lihat.
Orang-orang itu tidak ingin diusir, tentu saja. Mereka membela diri sebelum mengangkat kaki dari kota, memberikan beberapa bukti dan pernyataan bahwa mereka manusia, sama halnya seperti masyarakat kota hari itu.
Pembelaan-pembelaan tersebut dianggap bising oleh masyarakat. Penjelasan-penjelasan para manusia yang dituduh memiliki kutukan iblis mengalir dalam darah mereka berubah menjadi suara terdistorsi dalam pendengaran.
Galm, orang-orang itu disebut. Makhluk setengah iblis yang bising dengan cakap dustanya.
***
"Apakah penduduk Desa Eichenberg merupakan orang-orang yang sensitif dengan orang asing dari luar benteng?" tanya Andreas hati-hati.
Karoline menggelengkan kepala pelan. "Tidak juga, mereka cukup ramah apabila orang yang datang ramah. Hanya saja, sepertinya kalau mereka tahu Anda adalah seorang putra mahkota, mereka akan menjadi sepanik Herr Pfarrer Lehmann di sini."
"Saya tidak panik," tukas Roman.
"Anda mulai senang bercanda, ya, Herr Pfarrer Lehmann?" tanya Karoline sarkastik.
"Berarti, intinya tidak apa-apa 'kan kalau saya singgah untuk sementara di Desa Eichenberg?" tanya Andreas untuk memastikan. Putra mahkota Negeri Waldheim itu memasang ekspresi ragu, seolah apa yang dikatakannya bisa saja menyinggung Roman maupun Karoline.
Sebelum Roman dapat menjawab Andreas, ketukan tiga kali terdengar dari pintu masuk kediaman Karoline. Roman menatap Karoline yang langsung mendekatkan dirinya ke daun pintu. Dia menempelkan telinga sebelah kiri di permukaan pintu yang terbuat dari kayu pohon ek.
Andreas menyesap tehnya dalam keheningan yang tiba-tiba melingkupi ruangan itu. Bahkan Roman pun tidak bersuara, ia hanya berdiri di hadapan meja bundar dan menatap Karoline.
"Herr Braun," ucap Karoline setengah berbisik seraya membuka kunci pintunya. Seorang pria dengan baju putih berdiri di ambang pintu, terengah-engah dan kelihatan berkeringat.
Roman menaikkan kedua alisnya sambil membalikan tubuh untuk menghadap ke arah pintu masuk. "Steph---Herr Braun, apa yang sedang Anda lakukan di sini dan bukannya menjaga gereja?"
"Sang putra mahkota ...," Stephan terengah, "sang putra mahkota ada di dalam, benar?"
Karoline mengerjap. "Anda mendapatkan informasi itu dari mana?"
"Dari Anda, Fräu Emilia. Tepatnya, dari cara Anda bertingkah." Stephan mengelap keringat yang ada di kedua pelipisnya dengan punggung tangan kanan.
Andreas meletakkan cangkir tehnya di atas meja. Dia mencoba untuk berdiri, tetapi lukanya kemudian kembali terasa nyeri. Urunglah niatnya untuk beranjak dari duduk, terpaksa mendengar percakapan antara Karoline dengan seorang pria yang tidak ia kenali di ambang pintu.
Roman mendekati Karoline, menutup pemandangan orang yang berdiri di ambang pintu walau tidak sepenuhnya dari Andreas.
"Herr Braun, Anda tidak seharusnya meninggalkan gereja."
"Anda juga tidak seharusnya ada di kediaman Fräu Emilia. Sang putra mahkota tidak membutuhkan pemberkatan, Herr Lehmann."
"Dari mana Anda tahu informasi itu?" tanya Karoline sekali lagi.
Stephan menggelengkan kepalanya entah untuk memberikan gestur apa. "Fräu Emilia, seisi desa tahu bahwa Anda menyukai dan menyakini hal-hal mistis yang tidak dimengerti akal manusia awam. Bukankah artinya Anda juga akan mempercayai ramalan Galm tertua yang sempat beredar bertahun-tahun lamanya di desa?"
"Ramalan apa?" Roman bertanya.
Alih-alih menjawab pertanyaan Roman, Stephan merentangkan tangannya ke arah Karoline. Sang wanita mengernyit, menatap telapak tangan terbuka Stephan dan pendeta muda itu secara bergantian.
"Apa maksud dari gesturmu ini, Herr Braun?"
"Ikutlah dengan saya."
"Dengan tujuan apa?"
"Ikutlah dengan saya," beo Stephan. "Biarkan Herr Lehmann dan Eúre Majestät di kediaman Anda."
Roman menepis tangan Stephan dari hadapan Karoline dengan perlahan. "Ke mana Anda akan membawa Fräu Emilia?"
"Ke gereja," jawab Stephan singkat. "Izinkan saya dan Fräu Emilia berbincang di gereja."
Andreas berdeham, mencoba untuk menarik atensi tiga orang yang kelihatannya tengah memiliki percakapan yang cukup serius. Roman berhasil dipancing, pendeta itu menoleh ke arah Andreas dengan gerakan yang pelan.
"Adakah masalah yang timbul akibat kehadiran saya di desa ini?" tanya Andreas dengan senyum miring.
Roman menundukkan pandangannya. "Tidak, Eúre Gnaden."
"Jarak antara tempat saya duduk dan kalian bertiga tidaklah terlalu jauh, saya bisa mendengar percakapan kalian sejak pria di ambang pintu tiba," elak Andreas. "Apakah kehadiran saya memberatkan penduduk Desa Eichenberg? Apa hubungannya dengan ramalan yang disebut oleh pria itu?"
"Kerisauan Anda tidak perlu dipikirkan, Eúre Gnaden," ucap Stephan seraya menunduk untuk memberikan sapaan, "apa yang saya bicarakan dengan Fräu Emilia tidak bersangkutan langsung dengan kehadiran Anda. Saya hanya ... memiliki beberapa urusan dengan beliau."
Stephan meraih tangan kiri Karoline setelah selesai menjawab pertanyaan Andreas. Sang wanita terkejut, tetapi tidak mengelak dari genggaman tangan pendeta muda di hadapannya. Dia menoleh ke arah Andreas lalu menganggukan kepala pelan.
"Saya harus pergi. Apakah Anda tidak apa-apa apabila Herr Pfarrer Lehmann menggantikan saya untuk merawat Anda siang ini?"
"Malam ini," ralat Stephan. "Anda akan bersama saya sampai esok pagi."
Karoline mengernyit, membelalakan mata kepada Stephan seolah bertanya, 'Yang serius, Herr Braun.'
Sang pendeta muda mengedipkan matanya sekali, seolah menjawab, 'Ikuti saja skenario saya.'
Walau keraguan memenuhi hatinya, Andreas menganggukan kepala, memberikan tanda bahwa ia tidak merasa keberatan dengan ide bahwa Roman akan menjaganya malam ini. Dengan anggukan kepala singkat Andreas, Karoline dan Stephan pamit dari kediaman Karoline; berlari menuju gereja.
Roman memandangi dua penduduk itu sampai mereka menghilang ditelan kejauhan. Dengan tangan kirinya, ia menutup pintu masuk rumah Karoline.
"Anda berkeringat, Eúre Gnaden," ucap Roman sembari mendekati Andreas. "Apakah luka Anda kembali terasa nyeri?"
Andreas tersenyum kecut. "Iya, luka saya sepertinya terbuka akibat terlalu banyak bergerak saat membuat teh tadi."
"Mari," Roman membopong Andreas untuk diantar ke sebuah ranjang, "tolong tunjukkan di ruangan mana Anda bermalam."
***
Andreas tidak berhenti menanyakan apa yang salah dengan kehadirannya di Desa Eichenberg. Sementara itu, Roman juga tidak habisnya menolak untuk menjawab.
"Siang tadi, Anda sempat mengindikasikan bahwa penduduk Desa Eichenberg sepertinya tidak menyukai pendatang," ucap Andreas seraya kembali mengenakan kaos putih yang lusuh pemberian dari Karoline. "Namun, pria yang Anda panggil Herr Braun tadi sepertinya mengatakan kehadiran saya bersangkutan dengan ramalan ... Galm?"
Roman meletakkan perban bekas Andreas di dalam mangkuk kayu berisi air yang dipakai untuk membersihkan luka sang putra mahkota. "Anda tidak perlu merisaukan hal sepele seperti itu."
"Kalau sepele, tolong beritahu saya, apakah kehadiran saya merupakan suatu keberatan bagi penduduk Desa Eichenberg?"
Sang kepala gereja menyimpan mangkuk kayu berisi perban dan air bercampur darah itu di bawah ranjang. Dia kemudian mengembuskan napas pelan sebelum akhirnya membuka mulut.
Para Galm, yang diyakini merupakan manusia-manusia titisan iblis karena kemampuan-kemampuan tidak biasa mereka, berhasil diusir dari kota. Manusia-manusia ini berkelana dari kota ke kota, dusun ke dusun, desa ke desa, tetapi tidak ada satu pun yang mau menerima mereka.
Mungkin, salah jika mereka bisa mengetahui pekerjaan seorang penduduk hanya dari bola bersinar yang entah datang dari mana.
Mungkin, salah jika mereka bisa merapalkan bahasa-bahasa aneh yang dapat memberikan efek samping seolah sihir hitam.
Mungkin, salah jika mereka mampu membuat perisai tak kasat mata yang menahan garpu rumput dan lemparan obor para penduduk dari rumah-rumah mereka.
Mungkin, salah jika mereka mampu berkomunikasi dengan alam seberang.
Para Galm, manusia-manusia yang diyakini merupakan titisan iblis, akhirnya memutuskan untuk pergi ke Gunung Rosenfeld; gunung terjauh dari kota-kota dan desa-desa mana pun di Negeri Waldheim, terpencil dan tertutup dari sentuhan manusia lain.
Dimulailah peradaban para Galm, hidup layaknya manusia-manusia di desa dan kota; bertani, bertanam, memancing, menebang pohon, dan berkebun. Namun, tidak selayaknya manusia-manusia di desa dan kota, para Galm hidup berdampingan bersama kemampuan mereka tanpa perlu bersembunyi lagi.
Kemampuan-kemampuan ini mereka sebut sebagai Echo; sebuah gema dari para dewa dan Tuhan untuk memberkati kehidupan mereka yang biasa-biasa saja.
Kehidupan mereka yang mulai kembali seperti sediakala kemudian runtuh ketika salah satu Galm tidak sengaja menyerang seorang pria tua dan istrinya yang tidak sengaja melewati jalur Gunung Rosenfeld.
Galm itu diketahui tidak bisa mengontrol Echo-nya. Setelah insiden terjadi, para penduduk merasa panik, dan bermunculan Galm lain yang ternyata tidak bisa mengontrol Echo dalam diri mereka.
Akibat kecelakaan ini, para Galm tertua memutuskan untuk membangun benteng yang mencakar langit-langit Negeri Waldheim, memutuskan jendela Desa Eichenberg dengan manusia lain di luar benteng.
Akan tetapi, semakin bertumbuhnya generasi, semakin terkikislah kemampuan-kemampuan spesial ini. Sudah jarang penduduk Desa Eichenberg memiliki kemampuan seperti para leluhur, mengingat jumlah penduduk pun sudah terkikis.
Awalnya, 42 penduduk.
Kemudian, 37 penduduk.
Lalu, 31 penduduk.
Akhirnya, 26 penduduk.
Roman mendengkus, tersenyum miring kepada Andreas. "Kami adalah apa yang tersisa dari para Galm; manusia-manusia yang tidak memiliki Echo."
Cerita mengenai asal-usul penduduk Desa Eichenberg yang baru saja disampaikan oleh Roman berhasil membuat Andreas menaikkan kedua alisnya.
"Saya belum pernah mendengar cerita seperti itu soal para Galm," ucap Andreas sebagai respons.
Roman terkekeh. "Itu cerita lama. Orang-orang juga sepertinya sudah melupakan para Galm."
"Belum tentu," elak Andreas. "Di kerajaan, orang-orang masih banyak yang khawatir dengan penyihir gelap. Mereka kata, penyihir-penyihir itu kerjaannya mengutuk dan menyelakai para penduduk. Rumor ini beredar setelah banyak sekali penduduk yang jatuh sakit."
Sang putra mahkota tertawa kecil. Dia menyampaikan bahwa rumor yang dipercayai para penduduk merupakan sesuatu yang cukup mengundang gelak tawa karena tidak terlalu masuk akal.
Mereka hanya membuat suatu cerita yang bisa dimengerti dengan mudah. Memang dasarnya, para manusia suka menyebarkan berita-berita mengerikan yang kemungkinan palsu kenyataannya.
"Anda tidak terlihat terlalu terganggu dengan cerita saya." Roman berkata sembari turun dari duduk untuk mengambil mangkuk kayu dari bawah ranjang.
Andreas tersenyum. "Oh, iya?"
"Anda memang bukan seseorang yang mudah mempercayai cerita-cerita seperti itu, ya?" Roman berdiri sembari memeluk mangkuk kayunya.
"Saya percaya dengan kisah para Galm."
"Benarkah, mengapa?" tanya Roman. Sang kepala gereja agaknya tidak paham mengapa Andreas mempercayai kisah Galm, tetapi tidak mempercayai kisah penyihir.
Kemudian, jaring-jaring cahaya muncul, memancarkan kehangatan yang membelai kulit dengan lembut.
Manik-manik mata cokelat Roman membelalak.
"Echo itu yang seperti ini, bukan?" Andreas memperlihatkan sumber dari jaring-jaring cahaya hangat; telapak tangannya yang terbuka.
***
1.605 kata.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top