Der Günstling
Buku-buku yang setiap halamannya telah menguning dan berjamur berserakan di lantai ruangan tersebut. Stephan masih membaca buku kedelapan, sementara Karoline menuliskan apa yang keluar dari mulut Stephan pada sebuah buku catatan pribadi milik sang pendeta muda.
Mereka telah menghabiskan waktu selama beberapa jam untuk memilah-milah ramalan yang berhubungan dengan para Volgelingen, hal-hal seputar Echo, dan siapa itu Andria Vogel.
Sejauh ini, mereka telah mengumpulkan paling sedikit empat halaman dari informasi-informasi yang mereka pikir relevan. Beberapa di antaranya bahkan detail-detail kecil seperti penggambaran tata letak desa pada generasi kedua.
Stephan meletakkan buku catatan pendeta tua di pangkuannya, menarik napas seraya mendongak untuk menatap langit-langit; kelelahan. "Sudah berapa banyak yang Anda tulis?"
Sambil menyimpan pulpen Duke-nya, Karoline berkata, "Sekiar empat halaman."
"Sedikit sekali," gumam Stephan. "Tidak banyak yang bisa kita kumpulkan."
"Tidak apa-apa," Karoline memberikan buku milik Stephan untuk dicek oleh pria tersebut, "saya masih punya beberapa informasi mengenai Volgelingen yang saya dapatkan langsung dari Fräu Vogel."
"Anda belum menuliskan ciri-ciri para Volgelingen. Ada berapa, kira-kira?" Stephan menutup buku catatannya dan menyimpan benda tersebut di lantai.
Karoline mengedikkan bahu. "Saya hanya mendapatkan lima, tidak begitu banyak."
"Tidak apa-apa, mungkin kita bisa menyocokkan apa pun yang Fräu Andria Vogel sampaikan dengan apa yang kita dapatkan dari buku-buku pendeta tua."
"Benar. Yang pertama, kerusuhan dan ketakutan merupakan apa yang ingin mereka sebarkan jauh-jauh waktu sebelum 'perubahan' yang diyakini.
"Yang kedua, setiap suara yang terucap dari mulut mereka merupakan pujian-pujian dan janji-janji manis yang terdengar terlalu transparan.
"Yang ketiga, apa yang mereka lakukan sehari-hari tidak akan terlihat di siang hari.
"Yang keempat, mereka tidak pernah bergerak sendiri; mereka tidak pernah bergerak bersama. Setiap tindakan akan terlihat berlawanan.
"Yang kelima, para pemuja makhluk laknat itu tidak akan pernah kurang dari sepuluh yang masing-masingnya memiliki tanda aneh pada satu bagian tubuh. Untuk tanda ini, dibutuhkan mata terbuka agar dapat dilihat.
Setelah Karoline menutup mulutnya, tatapan sang wanita dengan spontan tertuju kepada Stephan yang memasang eksptesi frustrasi dan kebingungan di saat yang bersamaan; dahinya bergerut, kedua matanya memicing.
Stephan menggaruk kepalanya dengan pelan, mengacak-acak rambut hitam yang tadinya cukup rapi. "Mengapa Fräu Vogel menyampaikan ciri-ciri Volgelingen dalam kalimat-kalimat memusingkan seolah teka-teki?"
"Saya juga tidak mengerti."
"Baiklah, tidak apa-apa. Kita bisa mulai menyocokkannya dengan informasi yang telah Anda tulis dalam buku catatan saya ... mungkin."
"Iya, tentu," ucap Karoline sedikit mendengkus. Dia lelah dengan semua percobaan yang telah dilakukan bersama Stephan; setiap diskusi dan inspeksi pada tiap kata.
Sebelum Karoline sempat mendekat ke arah Stephan untuk membaca petunjuk yang telah ditulisnya, dia menggelengkan kepala pelan. "Maaf, Herr Braun."
"Ya?" Stephan melirik Karoline kemudian menoleh untuk membiarkan sang wanita menatap wajahnya dengan lebih baik.
"Saya sempat meragukan Anda karena ... seorang pendeta mempercayai ramalan?" Karoline mengernyit. "Sedikit aneh."
Stephan terkekeh. "Saya mempercayai kenyataa Echo, mengingat beberapa penduduk masih memilikinya walau teramat samar, seperti Anda. Lalu, saya tidak mempercayai ramalannya sebagai sebuah ramalan, melainkan sebagai pesan yang ditinggalkan oleh seseorang.
"Bila demikian, ada kemungkinan besar ini merupakan rencana perwujudan keyakinan menyimpang. Bukankah Anda telah mendengarnya sendiri dari Fräu Andria Vogel, bahwa seorang nekromant mendapatkan ramalannya?"
Karoline mengangguk.
"Artinya, seseorang---entah bagaimana---berhasil menyampaikan suatu pesan kepada sang nekromant melalui media-media yang dia gunakan untuk berkomunikasi dengan alam seberang agar kelihatan seolah-olah sebuah arwah yang menyampaikannya."
"Atau," Karoline mengimbuhkan, "ramalannya memang sebuah ramalan dan kita hanya memperumit semua ini."
Stephan tertawa kecil. "Iya, mungkin saja seperti itu. Walaupun bisa saja demikian, saya cukup senang karena setidaknya saya bersama Anda untuk memecahkan apa pun ini."
"Apa?"
"Apa?" beo Stephan.
***
Roman sesekali menyentuh jaring-jaring cahaya yang mengelilingingya menggunakan ujung jari telunjuk dengan lembut. Sudah beberapa lama sejak Andreas mengeluarkan cahaya-cahaya itu, tetapi mereka tidak hilang dengan cepat.
"Apabila saya boleh bertanya, Eúre Gnaden, sejak kapan Anda mampu melakukan ini?" tanya Roman hati-hati.
"Saya juga tidak menyadari sejak kapan saya bisa melakukan ini," Andreas ikut memain-mainkan jaring-jaring cahaya itu, "tetapi saya tahu ini bukan sesuatu yang bisa melukai orang."
"Namun, bagaimana bisa ...?" Roman mencoba untuk menangkap sebuah jaring cahaya dengan telapak tangannya.
"Saya sempat terkejut juga ketika kali pertama cahaya-cahaya ini memercik dari telapak tangan saya. Hari itu, saya terjatuh karena terpeleset di tangga. Lutut saya terluka, tetapi saya mencoba sekeras mungkin untuk mengurungkan tangis dan menahan sakit dengan menutupi luka pada lutut saya menggunakan tangan."
"Lalu, cahaya-cahaya itu muncul?" tanya Roman.
Andreas tersenyum kikuk. "Tidak, seorang wanita yang tidak terlalu saya kenal membantu saya mengobatinya. Beliau memakai seragam pelayan kerajaan, tetapi saya tidak bisa mengingatnya dari mana pun.
"Setelah beliau mengobati luka saya, yang saya ingat setelahnya adalah saya terbangun di atas ranjang saya pada tengah malam. Ketika saya mencoba untuk terbangun, saya menemukan bekas luka ini," Andreas memperlihatkan telapak tangannya kepada Roman, "seolah sudah lama berada di sana."
Tangan Roman meraih tangan yang Andreas perlihatkan. Pada telapak tangan kirinya, nampak sebuah guratan melingkar dengan coretan yang terlihat asal di atasnya. Bekas luka itu seperti luka bakar yang dibiarkan mengering tanpa diobati.
"Ketika saya mencoba untuk menyentuh 'bekas luka' ini, percikan cahaya menyerupai api keluar dari telapak tangan saya. Sebagai seorang anak-anak, saya cukup terkejut. Saya sempat mengadu kepada königin dan beliau memanggilkan seorang ahli medis ke kerajaan.
"Ahli medis tersebut menyampaikan bahwa luka saya tidak terlihat berbahaya dan bukan sesuatu yang harus dikhawatirkan. Kira-kira seperti itu."
"Apakah sang königin mengetahui perihal cahaya-cahaya yang dapat keluar dari telapak tangan Anda?" Roman bertanya sembari menggaruk pipi kanannya.
Andreas menggelengkan kepala dengan pelan. "Tidak, saya terlalu panik. Semakin saya dewasa, cahaya-cahaya ini masih bisa saya kontrol. Hanya saja, saya tidak tahu fungsinya untuk apa.
"Saya mencoba untuk mencari jawaban sejak enam tahun yang lalu, berkelana ke berbagai desa dan kota, bahkan membaca buku-buku sihir yang königin klaim sebagai fiksi. Semuanya menceritakan perihal kutukan iblis, itulah yang membuat saya memakai sarung tangan ketika di luar kamar."
Mata Andreas melirik ke arah meja kecil yang ada di samping ranjang, menunjuk sepasang sarung tangan hitam dengan pandangannya. Dia memain-mainkan ujung jemari, menatap kedua tangan dengan sendu.
Roman merasakan sesuatu yang cukup berat dari balik dadanya. "Adakah Anda menemukan jawabannya?"
Mendengar pertanyaan Roman yang terdengar jelas merupakan perasaan iba, Andreas tersenyum tipis. "Saat Anda menceritakan mengenai para Galm, saya masih mengharapkan bahwa apa yang bisa saya keluarkan dari telapak tangan kiri saya adalah sebuah Echo. Maka, setidaknya saya bisa menanyakan banyak hal kepada para penduduk."
Roman mengangguk. "Saya tidak bisa menjanjikan sebuah jawaban yang memuaskan dari para penduduk Desa Eichenberg, Eúre Majestät, karena setahu saya, Echo tidak lagi dikuasai oleh penduduk kami."
"Entahlah," Andreas menatap ke luar ruangan, mencoba untuk mencari bekas-bekas kapur hitam pada lantai ruang tengah kediaman Karoline, "Fräu Emilia nampaknya masih memiliki kemampuan spesial itu."
Roman menoleh ke arah ambang pintu kamar itu, mencoba untuk melihat apa yang Andreas pandangi. Kedua alisnya naik ketika mendapati bekas-bekas kapur hitam melingkar pada lantai, sedikit tertutupi oleh meja bundar.
Sang kepala gereja mengambil napas yang dalam. "Praktik yang dilakukan oleh Fräu Emilia belum tentu karena ia memiliki Echo, Eúre Majestät. Saya tidak bisa menjanjikan apa-apa, mengingat pemanggilan arwah juga dapat dilakukan dengan pemahaman sesat."
"Saya tetap ingin mencoba, hitung-hitung bertegur sapa dengan para penduduk."
"Itukah alasan Anda melewati jalur Desa Eichenberg?" tanya Roman.
Andreas terdiam untuk beberapa saat.
"Saya ... tidak ingat mengapa saya melakukan perjalanan."
***
1.224 kata.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top