Chapter 9 : Kyula, Kakaknya Keyla
"KKK."
"Apa yang kamu gumamkan?"
"Ah, tidak ada."
Keyla segera berusaha menghiraukan perkataan Aruo. Jika tidak, yang ada hanyalah kepikiran.
"Apa lagi yang kakak katakan?"
"Ahh! Amu!"
"Hm?"
Memeluk kaki masih mencoba melupakannya, "tidak ada apa-apa ...."
"Oke."
Keyla semakin terpuruk setelah mendapat jawaban singkatnya. Iri sekali ... dengan kemampuan mengabaikan Amu. "Mungkin karena di otaknya, hanya ada pemikiran 'pikirkan kakak saja!'?"
Angin berhembus memasuki jendela, meniup kencang ke seisi ruang kamar. Serius, benar-benar kencang, hingga hampir saja ujung tirai tertiup ke mata Aruo, untung saja dia bisa menghindar dengan santainya.
"Keyla, di mana Kak Kyula?"
"Ah, mungkin dia sedang bermain game di kamar."
"Lagi?" Amu menonjolkan kepalanya.
"Ya. Aku tidak tahu, tapi sepertinya dia sudah mulai kecanduan sebuah game lagi ...."
"Apa dia ketagihan main simulasi kencan karena tidak menemukan jodoh?"
Menampar kuat tapi tidak bertenaga ke pipi Aruo menahan tawa, "tidak, tidak mungkin. Paling hanya sebuah game dating— "
"Itu sama saja," ucap Amu menatap datar.
Dari sisi lain tembok, Kyula mendengarkan. "Kenapa anak-anak kecil sekarang sudah mengetahui hal seperti itu? Juga, sejak kapan mereka mulai membicarakan hobiku?"
"Hanya bercanda. Kakak lagi suka bermain game tembak-tembakan. Dia sangat jago bermain sniper sampai-sampai ada yang memberinya julukan "sang Iblis Penembak Jitu."
Mengangguk senang dari balik tembok, "ya! Ya! Terus puji aku begitu!"
"Hee, apakah julukan iblis itu bagus?" tanya Amu.
"Aku rasa tidak. Banyak pemain lain membencinya karena itulah dia dipanggil sebagai iblis," jawab Aruo.
"Eh ... tapi saat kutanyakan hal dan beri pernyataan yang sama kepadanya, katanya 'hanya orang-orang tertentu yang dapat memahami julukan kerennya,' gitu."
Aruo membalas, "pasti itulah orang yang disebut-sebut sebagai pengidap 'chuunibyou'."
Amu memiringkan kepala, "chumi hiyu?"
Keyla menggeleng, "'chuuniboyu', sebutan penyakit mental untuk orang-orang yang ketinggian imajinasinya diperkirakan melebihi 1000 kaki."
"Keyla, memangnya ilmuwan pernah melakukan riset seperti itu?"
"Tidak, tapi agar mereka tidak paham apa yang dimaksud, istilah imajinasi 1000 kaki sedang populer digunakan. Yah, istilahnya diganti berkala seiring penggunaannya."
"Oh ... ternyata itu yang digunakan sekarang. Baiklah, terima kasih atas infonya."
"Sama-sama."
Amu melihat mereka mencoba memperhatikan karena tidak paham. Di sisi lain tembok ....
Kyula hampir saja memuncratkan ludahnya terpukul. Dia merasa kalah telak mendengar pembahasan mereka. "Terkutuklah orang-orang kurang fantasi! Kukutuk kalian menjadi orang dengan kekuatan super di dunia lain agar paham bagaimanw rasanya!" menggosok hidung bangga, "tentunya di sana aku jauh lebih kuat agar kalian menghormatiku. Ah, berkepribadian dingin dengan kekuatan overpower yang sanggup melawan kematian, mungkin?"
Sementara itu dalam pikiran Aruo, "kudengar ada pemain bernama Kiula di game tembak-tembakan terbaru yang membantai musuhnya habis-habisan. Tidak hanya nama yang mirip, julukan sama persis dari pendengaran Keyla yang murni tidak mengetahui sama sekali soal game membuatku yakin bahwa itu dia. Jika tidak bisa mengalahkan dalam permainan, setidaknya aku bisa mengalahkan Kak Kyula di dunia nyata walaupun hanya sekali. Aku juga belum pernah mengalahkannya dalam apapun selain memasak, soalnya."
***
Aruo, Amu dan Keyla pindah dari kamar Keyla ke ruang tamu. Karena bosan tidak bisa melakukan apapun di hari libur, mereka menyalakan televisi.
"Ah, episode baru Oval Soap!" tekanan acak di tombol remote terhenti ketika Keyla menemukan acara kartun kesukaannya.
"Aku suka episode minggu lalu! Sepertinya masakannya cukup enak! Aku ingin mencicipinya ...," ucap Amu meneguk ludah.
Aruo menatap datar. "Masakanku belum cukup, kah ...?" "Tapi, dari sekian jam tayang LocalNet, kenapa harus kartun ini yang tayang tepat waktu? Berbanding terbalik dari acara lain milik mereka di channel berbeda."
Amu berpikir, "mungkin karena teknik pemasaran?"
"Bisa jadi, kemungkinan mereka mempertahankan satu jam tayang program tepat waktu pada setiap channelnya untuk— "
"Stt! Acaranya sudah mulai!" seru Keyla pelan. Aruo dan Amu membenarkan posisi duduk mereka di saat-saat terakhir opening.
Kyula yang mendengarkan dari sisi lain tembok bernafas lega. Dia pikir mereka akan membicarakannya lagi, jadi dia kembali mendengarkan ketika merasa getaran langkah di depan kamarnya.
Kamar Keyla berada di ujung rumah, jadi untuk pergi ke ruang tamu dia harus melewati kamar Kyula, yang mana kamar Kyula itu berada di antara kamar Keyla dan ruang tamu. Jika dilihat dari segi tiga dimensi, dia juga berada tepat di tengah rumah.
***
Anak-anak menikmati acara kartun kesukaan mereka. Kyula juga merasakan sesuatu yang luar biasa ketika mendengarkan suara sutil yang bergesekan di atas panci. Sulit dipercaya, tetapi suara seperti itu dapat menggugah selera.
"Yah, iklan ...," ucap Keyla melentangkan tangannya ke belakang sofa.
"Padahal iklan saat Oval Soap tayang lebih singkat dua menit, tapi entah kenapa rasanya lebih lama dua kali lipat."
"Ya, ya, aku juga merasa begitu," ucap Keyla menanggapi ucapan Aruo.
Amu hanya diam duduk seperti anak baik. Bukan berarti dia menentang sikap Aruo dan Amu, semua orang bebas memberikan pendapatnya. Hanya saja Amu adalah tipe orang yang lebih suka menikmati suasana.
"Nah, iklan terakhir," gumam Amu, tanpa sadar selalu menghitung jumlah iklan yang tayang setiap acara saking menikmatinya.
"Lebih baik aku pergi main game, ah," pikir Keyla sudah tidak aneh-aneh lagi.
"— berita terkini. Usai kecelakaan misterius setahun lalu yang sampai sekarang penyebabnya belum diketahui, pemerintah setempat dicurigai sebagai penyebab— "
Televisi dimatikan. Mereka bertiga berbaring di atas sofa. Amu juga merasakan hancurnya nuansa tadi.
"Curiga lagi, curiga lagi, tidak ada korban yang peduli jika hanya kecurigaan. Sebaiknya tayangkan kembali berita sampah ini jika sudah mempunyai bukti," ‐ Aruo.
"Jangan seolah-olah sangat peduli menayangkannya setiap saat di iklan acara anak-anak untuk menarik simpati mereka. Tidak ada yang menayangkannya rutin sampai setahun seperti kalian!" - Keyla.
"Hebat," - Amu.
"Ah ... ujung-ujungnya hanyalah uang. Paling jika stasiun televisinya tidak bisa membayar sepadan, paling reporter yang terlihat sudah muak itu tidak akan mau bekerja lagi," - Aruo.
"Jangan begitu. Mereka pasti akan melakukan segala cara demi mendapatkan penampilan reporter itu, bahkan jika harus menyandera salah satu anggota keluarganya. Seperti reporter korban di acara kemarin," - Keyla.
"Hebat ...," - Amu.
Mereka bertiga menaruh telapak tangannya menyiku di atas dahi. Ketiganya terlihat sudah sangat bosan terhadap yang berkaitan dengan "hal" itu.
Dalam kamar, Kyula berbaring di kasur. Dia mengurungkan niatnya bermain game karena merasa jenuh. "Anak-anak yang berhasil menghadapi trauma berat memang hebat, ya ...," tersenyum, "sisanya masih di rumah sakit jiwa."
Dia agak senang terhadap ketahanan adik-adiknya.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top