Chapter 7 : Tetangga Baru

Kakek duduk di tangga depan rumah. Dia menatap ke langit, mengingat tentang cucu-cucunya dan Keyla. Mereka sudah mengosongkan rumah ini beberapa bulan lalu.

Kalimat yang kakak ucapkan terpintas di kepala kakek, "maaf lambat memberitahu karena kejadian ini," memiringkan kepala senyum, "aku akan menikah."

Kakek ingin meminum teh di cangkir, tetapi ternyata sudah habis. Dia tertawa, menanggapi ingatan yang lewat tadi. "Hal telah yang berlalu biarlah menjadi masa lalu ... tidak ada yang bisa menebak kecelakaan, jadi kita harus melihat ke depan."

***

"Amu! Setelah itu tolong potongkan sayuran di piring ya!"

"Baik!"

"Aruo! Cepat turun dan siap-siap!" teriak kakak kepada Aruo yang masih di kamar. Amu menggembungkan pipinya tidak senang, "aku sudah menggantikan tugas kakak, jadi biarkan dia luang!"

Kakak menghela nafas, "baiklah ...." "Sejak kapan anak ini menjadi begitu hebat?"

Amu senang, dia berhasil membujuk kakak. Wajahnya tersenyum ketika membayangkan apa yang sedang Aruo dan tetangga baru mereka lakukan.

Di atas ...

"Ah! Sudah jam segini, rupanya. Aku akan siap-siap, kamu sebaiknya juga. Sampai nanti!" sosok bayangan di belakang kaca kamar itu mengangguk, "dah."

Aruo bergegas turun. Dia membuka pintu kamar dan melangkah menuruni tangga. Di anak tangga terakhir, Aruo kehilangan keseimbangan dan terpleset hingga terlempar ke depan. "Aduh!"

Dia mendarat di atas tubuh kakaknya. Untung saja mereka tidak apa-apa.

"Aruo! Jangan buat ulah! Cepat bersiap-siap sekolah!"

Aruo mengangguk, "ah, iya!"

Amu datang dari depan Aruo mencegatnya. "Maaf Amu, kakak buru-buru!"

Tersenyum, memiringkan kepala. Membuat Aruo terhenti heran dengan apa yang akan dilakukan adiknya.

Amu melentangkan kedua tangan, menunjukkan sesuatu yang berada di atas telapaknya. "Ini seragam dan dasi kakak. Bekalnya sudah kumasukkan dalam tas, ayo kakak cepat mandi!"

"Ah— baik, terima kasih!" Aruo segera mengambil pakaian itu dan berlari ke kamar mandi. Saat tersadar tidak ada celana dalam di pakaian yang Amu berikan, dia refleks berbalik dan menemukan sebuah catatan di belakang pintu kamar mandi.


Karena aku malu memberikan celana dalam kakak secara langsung, nanti akan kuletakkan di depan pintu saat kakak mandi.

Tertanda, Amu.

Aruo mengangguk, dia paham. Lega adik imut dan pemalu miliknya masih berada di dunia. Sebenarnya dalam batin dia bingung, bagaimana sikap mereka bisa berubah dalam waktu yang cukup singkat.

***

Membawa tasnya berangkat ke sekolah, Aruo dan Amu menemukan seorang gadis kecil seusianya bersalaman dengan seorang perempuan yang terlihat seperti gadis remaja.

"Keyla, ayo berangkat," ajak Amu. Menoleh, "um."

Aruo juga merasakan perbedaan dari sikap Keyla. Dia terasa cukup berbeda dibandingkan saat pertama kali mereka bertemu.

"Oh iya, Aruo, lagi-lagi kamu lupa menyisir rambut, ya?"

"Eh?" memegang poni, "ah, benar."

Amu tersenyum, "kakak akhir-akhir ini ceroboh," dia memberikan sisir itu kepada Keyla. "Benar," Keyla menyisirkan rambut Aruo.

"Ah, terima kasih," ucap Aruo memegang ujung poninya merapikan sedikit agar sesuai dengan gayanya.

Keyla tersenyum. Dia tahu Aruo bukan tidak suka gaya rambut yang dia buatkan, tetapi orang lebih nyaman dengan gaya kesukaannya. Keyla mengembalikan sisir itu kepada Amu, yang tanpa sadar ikut memberikan senyuman kepada senyum tulus Keyla.

Mereka berjalan kaki sekitar delapan menit, sebelum akhirnya sampai di depan sekolah dasar. Mengingat kembali, Keyla takjub. "Aku tidak pernah menyangka Amu akan lompat kelas sama dengan kami, kupikir kamu akan menjadi adik kelasku," ucap Keyla terkekeh kecil.

Sedikit menyombongkan diri, "tentu saja. Apapun untuk kakakku! Juga, aku tidak ingin menjadi adik kelas Keyla." Dia sangat menyayangi kakaknya, meski yang terakhir sedikit personal.

"Aruo, ada apa?"

"Hm?"

Aruo sudah melihat wajah Keyla menoleh ke arahnya disusul oleh Amu dari bawah yang lebih dekat. "Apa kamu sedang sakit?"

Terkejut sedikit, "tidak, aku baik-baik saja."

Mendengarnya, Amu dan Keyla terdiam berpikir. Membuat Aruo cukup penasaran. "Apa yang kalian pikirkan?"

"Tidak, aku hanya berpikir ...," dilanjut Amu, "kakak akhir-akhir ini suka melamun."

"Benarkah? Amu juga terasa menjadi lebih disiplin."

"Ah, akhir-akhir ini aku terlalu giat belajar."

Semua orang memiliki keanehan-keanehan yang dilihat dari sudut pandang mereka sendiri. Lalu, pada akhirnya mereka tertawa bersama. Sepakat bahwa hal yang dialami merupakan suatu peristiwa biasa dan tidak ada hal spesial.

Meski tidak kepada seseorang.

Gadis kecil yang terlihat sepantaran dengan mereka, berambut pirang pendek, berdiri dengan sweater tipis menaruh kedua kepalan tangannya di pinggang. Dia menatap berjalannya mereka bertiga dengan senyuman.

"Tunggu saja ya, aku akan mengupas habis misteri di balik kalian. Bersiaplah! Target locked."

Keyla menepuk kepalan tangan kirinya ketika teringat sesuatu. "Oh, iya! Calon suami kakak kalian akan datang hari minggu ini, kan?"

"Ya," jawab Amu.

Aruo mengangguk. "Karena acara pernikahannya dua minggu lagi, keluarga mereka ingin mengecek keadaan kami terlebih dahulu."

"Eh? Bukannya itu mencurigakan~ ?"

Terkekeh Amu, dia menyangkal perkataan Keyla. "Itu sih tidak mungkin."

Dengan polos menempelkan jari telunjuk kanan di pipi, "mungkin saja bisa."

"Mungkin, kok," timpa Aruo.

"Apa? Kakak juga?! Beraninya kamu mengambil hati kakak tepat di depan mataku, ya ...!"

"Eh? Ah, tidak! Ini ...."

"BERSIAPLAH!" melompat. Dia menerkam Keyla yang berteriak histeris. "Ahh! Tolong berhenti ...!"

Aruo tersenyum mihat Keyla di tengah kesusahan.

Sosok itu juga tersenyum melihat mereka. Dia mengawasi di balik tiang ...


... yang jika orang dewasa melihat, tidak tersembunyi sama sekalu.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top

Tags: #arzure