Chapter 6 : Pertemanan
Sudah beberapa hari sejak itu. Cucu-cucunya mengurung diri di kamar. Keyla selalu menunduk setiap hari. Kakek merasa sangat sedih melihat kondisi mereka. Dia menyesal telah memberitahukannya kepada mereka.
"Kakek ... aku ke wc," ucap Keyla pergi dari ruang makan. Kakek tidak tahu harus merespon apa.
Pintu diketuk. Kakek membuka pintu, terkejut bercampur senang melihat sosok di depannya. Meski penuh perban, dia dengan hangat memeluk kakek.
"Adik-adikmu sangat syok, Keyla juga menunduk setiap hari."
"Keyla?" tanya kakak. Kakek menjelaskan, "anak yang bersama gadis hari itu."
"Oh ...," kakak masuk ke dalam, menutup pintu rumah. Kakek mempersilahkannya untuk menemui Aruo dan Amu. Saat hendak membuka, Keyla yang kembali dari wc bertanya. "Kakak ini siapa?"
Kakak menoleh. Kakak menyadari bahwa inilah anak yang kakeknya bicarakan. Membungkuk, "namamu Keyla, kan? Aku kakaknya Aruo dan Amu. Kenapa Keyla masih di sini?"
"Aku menunggu kakakku menjemput," menunduk, "sudah lama Keyla tidak melihat kakak ...."
Kakak tersenyum. Dia berlutut dan mengangkat pipi Keyla. "Kamu kesepian, ya? Bagaimana jika berteman dengan Aruo dan Amu? Kujamin mereka akan sangat baik kepadamu."
Keyla mengangguk. "Sebelumnya aku hampir berteman dengan mereka, tetapi mereka benar-benar sedih dan mengurung diri seharian. Aku tidak berani mengganggu, jadi aku tidur bersama kakek."
Kakak mengusap-usap pipi Keyla. "Anak baik. Bagaimana jika kamu menemaniku membujuk mereka? Mungkin saja mereka akan langsung meberimamu sebagai teman!"
Mata Keyla berbinar-binar, "benarkah?" Kakak menggangguk. Keyla melompat-lompat kegirangan. Kakak terkekeh melihatnya kemudian menggenggam tangan Keyla. Dia menariknya pelan, "ayo masuk."
Meneguk, Keyla mengangguk. Dia telah menyiapkan mentalnya untuk menghadapi Aruo dan Amu yang bersedih. Matanya terlihat penuh semangat ... sebelum kakak membuka pintu.
Semangat yang tampak di mata Keyla langsung berubah menjadi berkacaa-kaca ketika melihat Aruo dan Amu menangis dalam pelukan. Mereka tidak berhenti-henti menangis meski air mata mereka telah kering.
Kakak sendiri menutup mulutnya tidak tahan, melihat kesedihan kedua sosok adik yang hanya pernah dia lihat saat mereka mengalami penderitaan yang dalam. Terakhir kali kakak melihat mereka berdua menangis seperti ini saat sakitnya teman mereka hingga tiada. Kala itu Aruo dan Amu sangat sedih, hati mereka sangat sakit dan mereka menangis tabpa henti 3 hari 3 malam.
Ayah dan ibu akhirnya berhasil membawa mereka keluar dari kamar, setelah segala upaya yang diusahakan oleh kakak dan tidak membuahkan hasil. Kini, mereka menangisi sosok yang bisa membujuk mereka. Kakek saja menyerah, jadi Kakak berharap kepada Keyla.
Kakak sudah berbicara bebetapa hal dengan kakaknya Keyla, Kyula. Sebelum dia berangkat ke sini dari rumah sakit, Kyula berpesan bahwa Keyla sangat kesepian dan membutuhkan sosok teman. Saat mereka hendak berjalan-jalan sebentar sebelum pindah ke rumah baru, musibah itu terjadi.
"Amu ... Aruo ...."
Kakak kembali ke dunia nyata dari kompleksitas dunia pikirannya. Satu suara lembut Keyla berhasil menarik perhatian kakak, ajaibnya juga berlaku bagi kedua adiknya.
"Kalian ... jangan sedih ... aku tidak ingin melihat kalian sedih." Mengusap mata, "jika kalian sedih, maka aku juga ...."
Aruo dan Amu langsung bangkit dan memeluk Keyla. Amu memeluknya erat dan berkata, "Keyla, jangan menangis untuk kami. Kami sudah baik-baik saja." Aruo melanjutkan, "jadi simpanlah air matamu itu, lalu berikan kepada orang yang berharga bagimu ..., ya?"
Pelukan hangat dari mereka berdua membuat hati Keyla semakin bergejolak. Keyla menangis keras, keheningan pecah. Dia memeluk Aruo dan Amu dengan sangat erat dan berkata, "kalian adalah orang yang berharga bagiku! Sosok yang mau menemaniku, orang kuat yang tidak menangis ketika ditinggalkan orang tuanya ...!"
Aruo dan Amu tertegun sejenak. Namun, lama-kelamaan senyuman tipis Aruo dan tipis Amu mulai muncul seiring mereka mengerti dan memahami isi hati Keyla. Mereka berdua memeluknya dengan sangat hangat.
Kakak tertegun melihatnya. Dia tidak bisa membujuk mereka, tetapi akhirnya kakak menyadari bahwa sosok Keyla sama persis dengan teman mereka yang pergi 3 tahun lalu. Saat itu dia sedang sibuk dengan sekolahnya, sehingga tidak sempat menjenguk saat dia sakit. Namun kakak menyempatkan waktu mampir ke pemakaman, dan tanpa sengaja bertemu ibu dari anak itu.
"Dia sering bermain bersama Aruo dan Amu. Meski tubuhnya lemah dan tidak bisa bermain di luar ruangan, mereka berdua tidak mempedulikannya dan mengajak bermain apa yang ada dan bisa dimainkan. Bahkan rerumputan liar disulap oleh mereka menjadi sebuah bingkai foto. Aku takjub melihat kreativitas anak-anak."
Merenung, tersenyum, "sekarang tawa bahagia mereka di rumah tidak akan terdengar lagi." Ibu dari anak itu menikmati menceritakan tentang anaknya kepada kakak.
Kakak sekarang merasa mengerti perasaan si ibu saat itu. Mereka tidak terlalu dekat saat kakak masih sekolah, tetapi sekarang terasa jarak yang jauh antara perbedaan hari ini, kemarin, lusa dan di masa lalu.
Kakak sekali lagi memberikan senyum. Dia tidak bisa menggantikan orang yang sudah tiada, tetapi paling tidak dia ingin menjadi sosok yang berharga bagi mereka. Meski tidak terlihat di mata orang-orang sekali pun.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top