Chapter 3 : Kecelakaan Batu Longsor

Keluarga Dansoki mengendarai mobil di jalan tol pergunungan. Mereka menikmati pemandangan yang tersuguh dari luar jendela.

Mengintip ke luar, Amu dirangkul oleh Aruo agar tidak terjatuh. "Kakak, itu apa?" tanyanya menunjuk kepulan asap dari hutan.

Aruo tidak tahu, jadi dia memanggil kakak tertua. "Kak, asap apa itu?"

Kakak tertua langsung menoleh dengan tergesa-gesa, menarik nafas lega ketika mengetahui itu hanyalah asap dari perumahan. Aruo dan Amu masih kecil, jadi mereka tidak bisa melihat cerobong dari asap itu karena pendek. Usia mereka sembilan dan delapan tahun.

Ayah yang menyetir tertawa. Ibu memperhatikan anak-anaknya dengan senyum. "Itu milik salah satu dari warga desa. Kita akan segera melihat rumah siapa yang memiliki cerobong asap itu."

Mata Amu berbinar-binar, dia sudah tidak sabar. Aruo tersenyum dan merangkul Amu dengan lebih erat, agar dia tidak terjatuh karena terlalu bersemangat.

Djrigidsis ....

Suara aneh terdengar. Aruo menoleh ke sana dan ke mari, hanya dia yang mendengarnya.

Jgridis ....

Ayah juga mendengarnya, menjaga kecepatan mobil tetap stabil sementara dia mengawasi sekitar. Ibu dan kakak yang heran dan bingung mencari-cari asal suara itu.

Grsss ...

Aruo mendengar suara seperti sesuatu sedang menggelinding. Waspada, dia menarik kepala Amu masuk ke dalam mobil, menenggelamkan kepalanya di dalam dekapan. Amu tidak begitu mengerti, tetapi dia merasa senang dan menikmati dekapan Aruo.

Drkkk ...!

Suara itu semakin keras. Mereka tidak tahu dari mana asalnya. Kakak dan ibu mulai ketakutan, ayah tertekan untuk memilih berhenti atau tidak. Suara itu terdengar semakin dekat.

Bruburuk buk ... DUK!

Batu-batu raksasa menggelinding jatuh dari atas. Batu itu mengenai bagian depan mobil sehingga mobil yang mereka naiki terbelah menjadi dua. Mereka bertiga tidak tahu bagian depan mobil berada di mana.

Memeluk kedua adiknya sangat ketakutan, mobil yang bisa berdiri karena kecepatan roda yang seimbang kini mulai ambruk ke depan.

Peecikan-percikan gesekan panas besi mengenai kakak. Dia menahannya sambil terus memeluk Aruo dan Amu.

Grrndh ...

Kakak menoleh ke kanan, dia melihat sebuah batu besar menggelinding. Jika dibiarkan, itu tepat akan mengenai mereka.

Pasrah, tiba-tiba bagian depan mobil berbeda dari belakang mereka menabrak, menciptakan benturan yang memberi jarak di antara dua mobil yang dilewati batu itu. Keduanya mengalami kerusakan parah dan penyot, tetapi berhasil menghindari lindasan dari batu itu.

Bagian belakang mobil mereka menembus pembatas jalan. Karena bagian depan yang tidak tertutup, mobil tersandung bagian tepi jalan dan berputar-putar di udara. Terjatuh dari tebing, mereka mendarat di atas pepohonan tumbang.

Mobil bagian depan yang di belakang mereka juga mengalami hal yang serupa. Mereka memiliki bagian depan mobil, namun tidak bisa membelokkan karena roda belakang yang menghilang. Melompat, mobil itu terjatuh dengan arah menyamping.

Asap tebal muncul dari bagian mesin mobil. Sayangnya, mereka benar-benar tidak beruntung. Mobil yang dinaiki oleh keluarga Dansoki memiliki mesin di bagian belakang dan mobil satunya memiliki mesin di bagian depan, sehingga mereka sama-sama berpotensi meledak.

Kakak menarik keluar Aruo dan Amu. Tubuhnya yang penuh luka tidak dipedulikan. Keselamatan Aruo dan Amu yang utama. Begitu juga dengan orang di mobil belakang mereka, seorang gadis menggendong anak kecil keluar dari mobil. Melihat kakak yang membawa adik-adiknya, gadis itu berlari ke arah mereka. Anak perempuan yang berada di gendongannya diturunkan dan masih bisa berjalan sendiri, meski memiliki beberapa luka.

Kakak menggangguk mengerti. Dia menyerahkan Aruo ke gadis itu dan bersama-sama pergi menjauh dari mobil. Batu-batu kembali terjatuh, mereka berteduh di balik tebing yang jauh dari mobil.

Sebuah batu besar jatuh tepat di antara kedua mobilnya. Mesni mobil itu meledak secara bersamaan, membuat batu besar itu terpecah hancur menyebar ke mana-mana. Tidak hanya dari mobil mereka, mereka melihat banyak pemandangan yang sedemikian rupa.

Kakak memiliki ide untuk menutupi mereka dengan daun lebar, itu bisa menahan serpihan-serpihan kecil yang berterbangan ke arah mereka. Gadis itu mengangguk, mengambil daun pisang dan palem sebagai peyangga di sekitar. Dia menaruhnya membungkus melindungi mereka.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top

Tags: #arzure