Chapter 12 : Badai Batu
"Terima kasih paman, sudah meminjamkan rumahmu untuk menginap," ucap gadis kecil berambut pirang menyeruput secangkir teh.
Tertawa, "tidak apa-apa, cucu-cucuku juga akan pulang besok, jadi kalian bisa berkenalan!"
Gadis kecil itu tersenyum, "aku tidak sabar bertemu dengan cucu kakek," lagi.
***
Amu dan Keyla melihat ke luar jendela, persis seperti 2 tahun yang lalu. Aruo merengut, "jangan mengundang musibah."
Tertawa kaku, Kyula memperlambat laju mobil. "Aruo juga, jangan membuatku was-was!"
"Bukan membuat was-was, tapi kejadian itu masih teringat. Aku tidak percaya dua tahun sudah berlalu, rasanya baru seminggu."
"Seminggu? Biasanya orang akan bilang kemarin," ungkap Keyla. Kyula yang sudah tenang mulai mengembalikan kecepatan.
"Ya ... seminggu. Orang yang mengatakan kemarin masih terbayang akan kejadian yang mereka alami, tapi aku mengatakan seminggu karena memang seperti itu."
"Benarkah?"
"Yap, 'kan minggu lalu hari kejadiannya," balas Amu yang selama ini diam membuat kejutan dalam mobil.
"B— Benar, sepertinya begitu," balas Kyula agak kaget. Selama ini Amu selalu pendiam ketika di dekatnya, jadi jarang sekali mendengar perkataan dari Amu yang aktif.
"... kak," Amu menarik lengan baju Aruo. "Hm?" Aruo menoleh ke arah Amu, memperhatikan ke arah yang dia tatap.
Matanya melebar, "tidak mungkin, 'kan ...."
Keyla terdiam. Kyula tidak paham apa yang mereka bahas, sebelum perasaannya merasa sekitar menjadi gelap dan melihat ke langit. "A— Apa ...."
Kejadian yang sama terulang lagi ... kali ini ratusan batu sebesar kepala jatuh dari langit. Jatuhnya jarang-jarang, tapi dampak dari hantamannya luar biasa mengerikan.
Jalanan di hadapan mereka hancur. "Tidak lagi!" suara Kyula menjadi berat. Dia menjadi sosok yang berbeda, sosoknya yang dingin sebelum kecelakaan 2 tahun lalu kembali lagi.
Setir mobil dibanting ke kiri, membuat tikungan tajam ke kanan di mana setelah gas rem ditahan sekuat tenaga, mobil terlontar keluar dari jalur. "Pegangan!" mereka mendarat di atas jalan berbelok yang miring dan melaju kembali dengan selamat.
"Meski sudah dua tahun berlalu, aku tidak akan melupakannya!" teriak Kyula membuat Amu dan Keyla membuka matanya mengingat kejadian waktu itu. Mereka tidak ingin hal yang sama terulang kembali. "Kami kembali dengan persiapan!"
Aruo sudah menyiapkan empat set parasut dan kotak P3K untuk berjaga-jaga. Mereka melaju dengan cepat dan saat ada bukit kecil mobil keluar dari jalur. Melewati jalan yang tidak rata, mereka memasuki perdalaman hutan.
Jalanan sepi karena trauma 2 tahun lalu yang menyebabkan, tapi tetap saja ada mobil lain yang melintas. Beberapa di antaranya meledak di tengah jalan dan yang lain terjatuh dari tebing.
Menabrak perpohonan, mereka berempat menabrak sebuah batu besar hingga memberi hentakan kuat dan menyebabkan semuanya pingsan.
***
Mendengar suara ledakan dari desa, gadis kecil berambut pirang keluar dari dalam rumah. Dia menemukan kakek pemilik rumah sedang berdiri bersama warga-warga lain menatap ke sebuah bukit tercengang.
Bayangan bintik-bintik abu melayang bagaikan pelangi ke sebuah bukit yang terdapat jalan tol. Dia tahu persis bahwa ini yang 'mereka' incar, menyingkirkan korban selamat 2 tahun lalu agar dapat menghilangkan bukti yang jelas.
Meminjam sepeda yang tersandar di dinding kayu, dia mengayuh sepeda itu sekuat tenaga menuju sisi lain dari pelangi batu-batu melayang itu. Jika bukit itu adalah targetnya, maka sisi lainnya adalah asal.
Meraih ponsel di sakunya, dia menelpon seseorang. "Ah, k— "
"Maaf, setelah menyelesaikan misi dan pergi ke luar dia diculik. Aku sedang mencarinya, sebuah surat tertulis di atas meja, 'kemungkinan target kita sama, akulah umpan'."
Mendecak, Raha merasa sangat kesal. Dia tidak menyangka tebakan adik sepupunya benar dan dia akan mengikuti secara paksa permainan kematian ini. Jika semua itu benar, maka Raha sudah tahu siapa dalangnya.
Pelaku penculikan adik sepupunya 5 tahun lalu, sekelompok aliran sesat yang menumbalkan ribuan orang tertentu secara acak (pola masih belum diketahui) untuk membangkitkan makhluk kuno, meski makhluk itu tidak ada. Ratusan orang di daerah ini dan ribuan orang di seluruh tempat telah mereka tumbalkan untuk ritual aneh, dilindungi oleh pemerintah setempat dan saluran televisi yang telah bekerja sama selama dua tahun penuh ini untuk terus menyembunyikan kebenarannya.
"Jika terlambat, mungkin kali ini dia benar-benar akan dibunuh!"
Memacu kelajuan, dia pergi ke atas gunung tertinggi. Langit menjadi oranye, matahari sudah berada di ujung barat. Sepeda dikayuh lebih kencang.
Sementara Raha memasuki hutan, target dari bebatuan itu berpindah ke desa tempatnya berangkat. Hutan yang rindang membuat penglihatannya sulit menangkap batu-batu yang tinggi itu.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top