Chapter 11 : Rencana Pulang ke Desa
Waktu itu usiaku masih sangat muda. Batu-batu besar terjatuh dari atas tebing menghantam mobil-mobil yang berlalu di bawahnya.
Aku tidak tahu kenapa, tapi rasanya itu semua salahku. Mengapa ... mengapa aku merasa begitu?
"Toru, jangan melamun terus. Cepat bantu aku menyiapkan piring!"
"Ah, iya! Sebentar!"
"Cepat Toru! Taru saja sampai berteriak memangglmu!"
"Ah! Diamlah Yuna, jangan mengulanginya terus!"
"Hei! Toru, tidak boleh berteriak kepada perempuan!"
"Arghh!"
Aku mengacak-acak rambutku, rasanya sangat kesal dan pening mendengar perkataan mereka yang terus datang bergantian. Menarik anak laki-laki di sampingku, aku menyodorkannya kepada anak perempuan yang berteriak tadi.
"Nih, Kira. Urus saudarimu! Aku tidak menyangka mempunyai saudari akan semerepotkan ini. Untung saja Taru laki-laki."
"Apa maksudnya?" tanya Taru membenarkan kacamatanya menatap datar.
"Sudahlah, kalian membuatku pening! Lebih baik aku pergi saja dari sini!"
Aku berlari menjauh dari kerumunan anak itu. Kira bertanya kepada saudara kembarku Taru. "Dia kenapa?"
"Entahlah, mungkin PR matematika kemarin terlalu sulit untuknya hingga membuat kepalanya pening."
"Oh ... Ira, lain kali jangan terlalu keras kepadanya. Mungkin saja Toru sedang berusaha keras."
Ira terdiam, dia agak menyesali perbuatannya. "Maafkan aku."
Yuna tersenyum, mendekap dari samping sahabatnya itu. "Jangan meminta maaf Ira, kamu tidak salah."
Senyuman Ira menanggapi perkataan Yuna. Kira dan Taru berlari mengejarku, akhirnya mereka membawaku menghadap Yuna dan Ira.
"Apa?" ucapku acuh.
"Maaf ...."
Aku sedikit mengintip, terlihat air mata Ira yang mengalir. Aku merasa tidak enak membiarkan perempuan menangis, jadi kuangkat bahunya dan memberi senyum. "Aku sudah tidak marah."
Wajahnya kembali ceria, air matanya perlahan memudar. Senyuman manis terukir di wajahnya. "Benarkah ... terima kasih!"
***
"Hoamh ...."
Aruo, Keyla dan Amu sudah duduk di bangku kelas 6. Mereka sudah berusia dua belas tahun dan memiliki ketertarikan terhadap hobi masing-masing.
Hobi Amu menikmati suasana antara Aruo dan Keyla, hobi Keyla merasakan hangatnya persaudaraan antara Amu dan Aruo, dan hobi Aruo adalah mengamati kedekatan antara Keyla dan Amu. Intinya, tidak ada yang berubah sama sekali, mereka masih tetap sama. Jika ada yang berubah, itu adalah tubuh mereka yang tambah tinggi dan dewasa seiring bertambahnya usia.
Jujur saja, Amu sedikit cemburu terhadap Keyla yang sekarang lebih tinggi satu sentimeter darinya. Padahal dulu Amu lebih tinggi tiga senti meter dari Keyla. Jika orang awam melihatnya mereka akan menganggap Amu tumbuh lebih lambat satu sentimeter, tapi sebenarnya Keyla-lah yang tumbuh 4 kali lebih cepat.
"Karena mulai besok hingga minggu depan hari libur, bagaimana jika kita mendatangi kakek?" usul Aruo.
"Ide bagus! Akhirnya kemarin mereka menayangkan berita berguna, jalan di bukit sudah diperbaiki," ucap Keyla.
"Terdengar menyenangkan," Amu langsung berlari keluar pintu kamar.
Aruo dan keyla terdiam melihat pintu yang terbuka. Beberapa saat kemudian Amu kembali bersama Kyula yang digenggam tangannya. "Kak Kyula bersedia mengantar kita!"
"Yey!" sorak Kyula mengangkat tangan Amu.
...
Suasana hening, membuatnya berkeringat dingin. "A- Ada apa?"
Aruo menunjuk datar, "lihatlah."
"Hm?" menoleh, dia menemukan hal yang mengejutkan. "Kakak mengangkat Amu sampai dia melayang," lanjut Keyla. Amu terlihat menahan kesakitan.
"Ah, maaf-maaf!" menurunkan Amu, "maaf sekali, ya!"
Amu mengusap-usap tangannya, "ya ... tidak apa-apa."
Kyula tersenyum kaku. Dia tahu Amu penyabar, tapi yang ditakutkan Amu menyimpan dendam yang mendalam untuknya. Kyula tidak ingin melihat bagaimana amarah dari Amu.
"Kalau begitu kita harus segera menyiapkan barang-barangnya," ucap Aruo merapikan pakaian Amu lalu menggandeng tangannya keluar kamar. Mereka kembali ke rumah mereka.
"Kita juga harus bersiap-siap. Ayo, kak?"
Keyla heran kenapa kakaknya hanya mematung di depan pintu. "Ada apa?"
"Apa ... Amu membenciku?"
Keyla tersenyum, "oh ... hanya itu, tentu saja tidak."
Wajah Kyula kembali bersinar, "benarkah?!"
Mengangguk bangga, "iya. Dia hanya 'sangat' membencimu."
...
Hati Kyula seketika pecah. Keyla hanya mempermainkannya, tapi tidak ada yang tahu kenapa mereka suka mempermainkan Kyula.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top