Chapter 43 : Case 2 - Pesawat Kertas (1)
Hari ini mereka bertiga kembali pergi untuk mengambil kasus kedua. Tanpa sengaja mereka bertemu dengan Raha.
"Lha, Amu?! Kamu kembali?!"
Amu menatap datar. "Aku tidak ke mana-mana."
Raha menentang pernyataan Amu. "Kemarin kamu ditarik oleh— "
Aruo lewat dan mengambil selembar kertas yang sudah diletakkan di atas meja oleh resepsionis. "Tunggu! Itu punyaku— "
"Siapa cepat, dia dapat," ucap Aruo melambai-lambaikan kertas itu berlalu pergi.
Raha menatap dari kejauhan kesal. "Ada apa dengan sikap mereka hari ini? Sangat berbeda dari biasanya."
Resepsionis itu baru tahu mereka saling mengenal, tetapi saat ini itu tidak penting. Tersenyum kaku, "mungkin mereka sedang menghadapi masalah."
"Oh, benar juga," Raha baru sadar ini adalah akhir bulan. Bangunan panti asuhan itu adalah tempat swasta, jadi mereka pasti membayar uang pajak dari pemiliknya dan merasa kesal karena itu.
"Jika berkenan, aku bisa memberikanmu selembaran yang sama lagi. Lagi pula, tidak terbatas hanya untuk satu dektektif— "
"Tidak," Raha menunjukkan telapak tangannya bertanda menolak. "Aku tidak ingin mengambil jatah mereka. Biarkan mereka menyelesaikan misi itu sendirian."
"Lagi pula, aku tertarik dengan misinya, bukan kasusnya," ucap Raha melihat-lihat misi yang terpajang di papan.
"Ah, ini saja."
Resepsionis itu tegang dan memperingati. "Itu adalah kasus tingkat tinggi, bayarannya memang lumayan, tetapi tidak sepadan dengan— "
Raha tertawa terbahak-bahak. "Hebat sekali aktingmu, padahal sudah jelas-jelas ini lebih rendah daripada hadiah tingkat F yang kamu berikan kepada mereka."
Resepsionis itu tersenyum. "Ketahuan, ya."
Hal-hal dasar dalam memecahkan kasus yang dihubungkan dengan hal mistis. Pertama, singkirkan orang yang hanya mengincar ketenaran dengan mengacaukan urutannya. Kedua, hanya orang yang memiliki kualifikasi seperti Aruo yang boleh menyelesaikan kasus mistis sebenarnya.
Raha menyerahkan kertas itu kepada resepsionis. "Kasus 'Angin Panas Malam Hari', ya— ah!' resepsionis itu melihat lokasi yang ditunjukkan oleh selembaran kasus. "Tempat kasus ini sama dengan kasus 'Pesawat Kertas'. Anda yakin?" tanyanya menoleh ke arah Raha.
Raha tersenyum. "Tentu saja, yang terpenting misinya, bukan kasusnya."
Resepsionis itu menutup mata dan menunduk disertai senyum seolah-olah dia tidak tahu apa-apa. "Baiklah, terima kasih atas kerja samanya."
Raha memberi salam manis sebelum meninggalkan resepsionis itu. Dia berangkat mendatangi tempat kejadian kasusnya, di samping rumah kasus yang dipecahkan Aruo.
***
Aruo tiba di sebuah pemukiman. Di sana tidak beraspal dan jalannya terbuat dari tanah. Karena hujan beberapa hari lalu, jalan menjadi sedikit becek.
"Aruo, di sana," ucap Keyla menunjuk mengikuti peta.
Jalan di sini terlalu rusak, kereta dan mobil tidak sanggup melewatinya. Mereka terpaksa mulai berjalan kaki ketika sampai di dekat desa.
"Halo, apa ini kediaman Haku?"
"Oh, benar. Apakah kalian dektektifnya?" tanya seorang ibu rumah tangga di depan pintu itu.
"Iya. Kami adalah dektektif yang disewa oleh suamimu."
Wanita itu bernafas lega. "Dia masih memperhatikanku, beruntungnya aku," tersenyum.
Aruo tidak mengerti pernyataannya. "Apakah kamu ditinggal kerja?"
"Oh, tidak," ibu itu menjelaskan, "suami para wanita di sini sedang mengikuti pemeriksaan kesehatan tahunan. Biasanya pemeriksaan itu dilaksanakan selama tiga hari. Besok dia akan pulang dan giliranku untuk berangkat."
"Oh ... begitu ya," Aruo memahaminya.
Keyla bertanya kepadanya, "jadi, apa yang membuat kasus ini masuk ke dalam kategori mistis? Apakah ada sesuatu yang menyebabkannya?"
Wanita itu mengangguk. "Ya. Kami sudah pernah meminta beberapa dektektif untuk menyelidiki kasus ini. Akan tetapi, tidak ada dektektif yang dapat menemukan asalnya."
"Bukankah bisa saja itu hanya keisengan anak-anak di sini?" tanya Amu.
Wanita itu menunjuk ke belakang, mereka menoleh. Mereka bertiga terkejut ketika melihat puluhan pesawat kertas terbang ke arah mereka.
"Anak-anak sedang beristirahat di jam ini. Lantas, bagaimana puluhan pesawat kertas itu bisa muncul?"
"Hm, begitu. Aku mengerti," Raha menopang dagunya mencerna informasi.
Aruo dan Keyla terkejut karena dia tiba-tiba muncul di antara mereka. "Wah! Bagaimana kamu bisa di sini?!"
Amu menatap datar. "Jangan bilang, kamu mengambil kasus yang sama dengan kami?"
Raha memberikan senyuman. "Tidak, tenang saja. Meski kasusku berhubungan dengan desa ini, tapi kasusku berbeda."
Melambai, "dah, aku akan pergi ke sebelah, ya," ucap Raha mengetuk rumah sebelah.
Aruo bertanya kepada ibu itu. "Apakah ada kejadian mistis lain selain pesawat terbang?"
Ibu itu menjawab. "Ya. Ladang dari bapak yang tinggal di sana mengalami kekeringan yang aneh. Setiap pagi, persediaan air di ladangnya menguap dan hanya menyisakan genangan kecil sehingga dia harus terus mengisinya."
"Karena penasaran, suatu hari dia mengintai ladangnya untuk menemukan penyebab ladangnya kering. Di saat itulah sebuah hembusan angin yang sangat panas hingga sanggup membuat bapak itu pingsan berhembus. Setelah itu dia tidak pernah kembali ke ladangnya lagi."
Aruo memegangi dagunya. "Jangan bilang ...," menoleh, "kedua kasus ini saling berkaitan."
Keyla menghela nafas sudah menduga Aruo akan mengaitkan kedua hal itu. "Dia termakan umpannya," ucap Amu memegangi kepala.
Aruo bingung dengan reaksi mereka, tetapi jika dipikir-pikir ada yang berbeda dengan dirinya semenjak bertemu dengan Raha. Rasanya ... dia menjadi lebih bersemangat?
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top