Chapter 20 : Pengejaran ke Sekolah

Aruo mencari sosok mencurigakan tersebut. Saat sampai, dia hanya dapat menemukan sebuah jasad.

Menahan perih, dia terus mencari. Orang berbahaya seperti itu tidak boleh dibiarkan berkeliaran. Meski, Aruo tidak yakin apa yang dapat dia lakukan ....

"Aku tetap harus mencarinya ...."

Mengikuti jejak darah dan mayat, Aruo sampai di depan gedung besar. Itu merupakan salah satu tempat yang ramai pada siang hari, Mall A.F.

Aruo berada pada lantai teratas Mall A.F. Dia sudah mengecek setiap tempat hingga akhirnya sampai di sini. Seluruh mall sunyi. Butuh waktu, tetapi tidak ada bekas darah sedikit pun.

"Ini aneh ...."

Sangat bertentangan dengan kondisi sebelumnya. Orang yang penuh akan darah tidak bisa menghilangkan jejak darah seperti itu. Kecuali ....

"Ah!" Aruo melihat sebuah bayangan berlari di bawah bangunan.

—dia tidak pernah memasuki mall.

Bingung harus berbuat apa, Aruo mengeluarkan snipernya. Namun ketika dia melihat dari scope, sosok bayangan itu sudah tidak ada.

"Hm."

Aruo merasa melihat bayangan lagi sekilas. Aruo menyipitkan matanya, dia menemukan sebuah bayangan yang bergerak ke arah sekolah Aruo.

Segera bergegas, Aruo sampai di sekolah. Situasinya jauh lebih mengerikan daripada serangan kemarin. Gedung hancur lebih parah dan banyak mayat di mana-mana.

Aruo menaiki tangga, mengikuti jejak darah yang mulai terlihat jelas. Semakin banyak darah berceceran setiap anak tangganya. Hingga di saat dia melihat organ tubuh tergeletak di tangga.

"I—Ini ... isi perut manusia ... kan?"

"Yap, benar sekali," ucap suara misterius yang terasa tersenyum.

"Aku sudah menyiapkan ini untuk melenyapkanmu ... Shadow."

"Shadow?"

Sosok wanita berambut abu-abu tua melesat ke arah Aruo dengan senyuman mengerikan. Mata dan isi mulutnya putih.

Aruo ingin menghindar, tetapi dia tidak sempat. Tiba-tiba bayangan hitam mengerumuni dari bawah dan terdorong ke atas sehingga menghalang wanita berambut abu-abu.

"Sudah kuduga. Benar kamu di sana, Shadow!"

Bayangan hitam itu berkumpul menjadi satu. Menciptakan sesosok makhluk humanoid. Tubuhnya tetap bayangan.

"Postur tubuh ini ... diriku?" gumam Aruo.

Suara berat terdengar. "Pergilah."

Aruo merasa tekanan dari ucapan tersebut. Refleks dia berdiri dan berlari ke atas tangga.

"Apa itu tadi ...."

Aruo tiba di lantai 3 sekolah. Di sana terlihat banyak mayat tertumpuk. Dia berjalan menahan mual. Bau busuk tercium menyengat.

Kemungkinan sekolah ini sudah tidak bertahan lagi. Pelakunya bukan wanita tadi. Apakah masih banyak musuh kuat di luar sana? Jika iya, maka kota ini tidak akan bertahan ....

"Pertempuran seperti ini ... sangat membuatku lelah."

Aruo membuka pintu kelasnya. Di sana masih terlihat lubang yang tercipta pada pertempuran sebelumnya.

Aruo melihat sekitar. Tiba-tiba tubuhnya lemas dan terbaring. Dia berada di ujung batas kesadaran ketika melihat anting berbentuk Y yang tergeletak di lantai.

***

Keyla masih tetap mengawasi. "Kena!"

Dia berhasil mengalahkan musuh-musuh yang bermunculan dari saluran air.

Amu merasakan aura aneh dari arah sekolah. Itu adalah arah Aruo pergi untuk mengejar sosok bayangan tadi. Khawatir, "maaf Keyla, sepertinya aku akan menyusul kakak!" dia merasa harus pergi.

"Tunggu!" Keyla menghentikan. Dia mengeluarkan sebuah benda dari tasnya. "Ini 'kan ...."

"Bawa ini. Kak Aruo selalu pingsan saat melihatnya, tetapi kurasa dia sedang menghadapi sesuatu yang berhubungan dengan ini."

"Terima kasih, Keyla!" Amu melompat turun dan berlari dengan cepat. Dia baik-baik karena pada dasarnya Amu bukanlah manusia.

Selang beberapa saat, sebuah benda melesat tajam menembus tubuh Keyla dari samping. Atau itulah yang dia rasakan dari stimulasi tatapan mengerikan di sampingnya.

Keyla berdiri dan menurunkan snipernya. Dia menarik nafas dalam-dalam sebelum menghembus. Dengan tenang, dia berbalik. Menghadap ke arah tatapan mengerikan tersebut.

"Kamu, ya ...?" ucap Keyla dengan nada berat, berbeda dari yang biasanya.

Dari balik sudut gelap, terlihat sosok bayangan dengan mata merah menyala. "Ya, aku di sini untuk menjemputmu."

"Menjemputku?" tertawa, "untuk apa?"

"Ini tugasku. Antara membawamu bersama kakakmu kembali ke lab, atau ...."

Suara pedang ditarik terdengar. Cahaya mengkilap muncul dari sisi yang tidak terkena cahaya. Ketajaman tiada tanding dengan kehalusan seperti baru dipoles, sebuah pedang yang pernah membunuh ribuan prajurit di era kuno.

"Grup Zats. Ect, sang pembantai medan perang, datang untuk menjemputmu ke alam baka."

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top