[Non - Canon] Chapter - 2 : Taman dan Anak Laki - Laki
Hari ini Sia bertengkar dengan ibunya. Karena Sia merasa kesal, dia kabur dari rumah. Saat berlari - lari entah ke mana, dia tersesat. Sia bingung dan merasa ingin menangis, sembari mengatakan dalam hati, "tidak seperti diriku yang biasanya .... "
Saat tengah bersedih, Sia menemukan sebuah taman. Dia duduk di taman itu dan memainkan ayunan, hingga sore, sendirian. Raut wajah Sia terlihat sedih. Tepat beberapa saat setelah memikirkan, seseorang mengucapkan isi hati Sia, "apakah kamu tidak kesepian?"
Sia menoleh ke belakang. Dia menemukan seorang anak laki - laki yang tersenyum. "Siapa namamu? "
"... Sia. "
"Hum? "
"Raha Sia. "
"Ah ... maaf menanyakan itu, ya. "
Sia dengan cemas menggeleng. "Namaku Raha Sia, bisa kamu panggil Raha atau Sia. "
Akhirnya anak itu mengerti. "Oh ... nama yang unik, ya. "
"Um, " Sia mengangguk.
Anak itu mendekat dan duduk di ayunan samping Sia. Mereka berayun bersama. Tidak lama kemudian anak laki - laki itu turun dan berdiri di belakang Sia sambil tersenyum. "Mau kudorongkan? "
"Ah, boleh. "
Anak laki - laki itu mendorong ayunan dengan santai, Sia menikmatinya. Perlahan - lahan ayunan bergerak semakin cepat, Sia semakin senang. "Ayo, lagi - lagi! "
Anak laki - laki itu tersenyum berkeringat dingin. "Kamu ekstrem juga ya, padahal niat awalku hanya jahil. "
Sia dengan mata berputar - putar menjawab, "sebenarnya aku sudah mabuk dari awal, jadi ini tidak berpengaruh. "
"Eeehh? "
***
Sia mendorong ayunan yang diduduki anak laki - laki itu. Kali ini mereka bergantian. "Bagaimana, kamu sudah mabuk? "
"Ahaha, sayangnya tidak. "
"Kalau begitu, aku akan mendorong lebih kuat lagi. "
"Eh? Uahh— "
Anak laki - laki itu terlempar. Sia terkejut dan berlari ke arah anak itu. "Kamu tidak apa - apa?! "
Anak itu berdiri dan tersenyum, "tidak apa - apa, kok. Hanya beberapa lecet, " dan trauma ketinggian.
"Fiuh ... syukurlah, " Sia menghela nafas.
Anak laki - laki tadi menatap ke arah Sia. Sia menjadi grogi, "a— ada apa? "
"Menghela nafas akan mengurangi kebahagiaanmu, lho, " ucap anak itu.
"Mengurangi kebahagiaan? ", "rasanya aku pernah dengar .... "
Saat Sia berpikir, anak itu mengingat sesuatu. "Oh, iya! Aku belum memberi tahu namaku! "
"Nah, iya. Siapa namamu? "
"Namaku— "
"Kakak! Sudah malam! " teriak seorang anak perempuan dari jalan depan taman.
Sia melihat ke langit, dia tertegun. "Segelap ini? "
Anak perempuan yang memanggil anak laki - laki itu datang. "Siapa dia? "
"Oh, dia ..., " anak laki - laki itu menoleh ke arah Sia.
"Salam kenal, namaku ... "
"Sia! " senter terarah kepada mereka. Ibu Sia datang dengan polisi. "Sedang apa kamu di taman pinggir danau desa ini?! "
"Eh? " Sia melihat - lihat ke sekitar lagi. Dia tidak menyadari bahwa di sana adalah hutan.
Saat mencari anak yang bersama Sia tadi, hanya tertinggal sepucuk kertas. Sia mengambil kertas itu, tapi belum sempat dibuka olehnya Sia lengan kanan Sia sudah ditarik oleh ibunya.
"Eh, sebentar bu— "
"Tidak ada sebentar - sebentar! Kami semua khawatir, tahu! Bisa - bisanya kamu kabur sampai ke ujung kota sebelah! "
"Ujung kota sebelah? ", "kalau dipikir - pikir, tadi aku melewati jalan aneh yang berlumut. Setelahnya aku tiba di taman ini. "
Polisi yang bersama mereka terkejut. "Bisa ceritakan lebih detail? "
Sia agak kaget dengan respon pak polisi. "Ah, iya .... "
Kertas yang berada di genggaman Sia jatuh. Kertas itu terjatuh ke tanah dan terinjak - injak oleh kaki, beberapa hewan melintas setelahnya.
Hujan, panas, siang, malam. Akhirnya kertas tersebut terbang ke rumah sepasang anak yang Sia temui. "Kak, ini kertas yang kemarin. "
Anak laki - laki itu mengangguk. "Terbang terbawa angin, ya? "
"Aku ingin bilang dia tidak menghargainya ... tapi sepertinya tidak seperti itu, " ucap anak perempuan setelah memperhatikan bekas genggaman.
Anak laki - laki itu melepas kertas dan kembali terbawa oleh angin. Mereka berdua kembali melanjutkan perjalanan ke ayunan kemarin. Sesaat kemudian beberapa anak mulai berkerumun ke dekat mereka.
Kertas itu terbang ke langit. Terkena cahaya, tulisan di kertas itu terlihat jelas.
—
Namaku Aruo dan dia Amu. Besok datang lagi, ya!
—
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top