Chapter 62 - Pecahan Kaca Kedua
Angin malam berhembus lembut. Jendela terbuka membawa udara sejuk, membuat Keyla tetap terjaga. Dia terduduk di kursi sembari menatap ke luar.
"Pergerakan Bintang A-2C Colm, menuju titik 475x, 378y, 201z. Berawal dari 470x, 375y, 200z. Bergerak dengan kecepatan sekitar 156.000.000km/detik."
Keyla menutup matanya, kemudian tersenyum kecil sembari terkekeh. "Apa yang kubicarakan? Sejak kapan aku mempelajari ilmu semacam itu."
Sudah 3 hari, setiap malam dia berbicara sendiri di depan jendela. Padahal tidak ada pemicu yang membuatnya memperhatikan tentang luar angkasa. "Benarkah tidak ada ...?"
Keyla mengingat - ingat kembali. Apa yang membuatnya menyukai bintang, apa yang menariknya kepada antariksa, serta apa yang telah dia pelajari hingga bisa menghitung pergerakan antar bintang.
"Selama ini ... aku melakukan tanpa sadar?"
***
—
Pagi hari yang cerah. Keyla sedang merapikan kamar, sementara Aruo dan Amu sedang menuruni tangga. Dia menyusul setelah menyelesaikan pekerjaannya.
"Kalian selalu cepat selesai, ya."
"Karena kita membersihkan berdua."
Amu memperhatikan mobil - mobil yang berlalu - lalang. Dia tertarik kepada sebuah mobil, "mobil pemadam!"
Spontan Aruo dan Keyla menoleh ke arah mobil itu menuju. Di sana terlihat asap yang cukup tebal. Aruo bergegas pergi ke sana, sedangkan Amu berdiri di samping Keyla.
"Keyla, ayo! Apa yang kamu tunggu?"
"Eh? Ah, iya."
Keyla menyusul Aruo. Amu merasa ada suatu hal aneh. Tiba - tiba dia merasakan suatu kehadiran di belakang kanan mereka. Amu menoleh ke arah atas gedung tinggi di samping kanan.
"Apa itu tadi ...?"
Aruo dan Keyla sudah berlari cukup jauh. Aruo menoleh ke belakang melihat Amu. Amu menyadarinya, jadi dia langsung menyusul.
***
—
Ketika Raha berjalan - jalan di sekitar rumah, dia menemukan suatu jalan yang tersembunyi. Ini waktu istirahat, jadi Lora tidak bersamanya. Namun saat ingin memasuki lorong itu, suara langkah kaki terdengar. Raha segera menutup kembali pintu masuk dan berusaha menutupinya.
"Hm? Apa yang kamu lakukan di sini?"
"Ah, saya pekerja baru. Saya ditugaskan untuk membersihkan daerah ini."
Pelayan itu menatap sinis, "ini wilayah terlarang. Segeralah pergi!"
"Baik!"
Raha melangkah cepat dengan ember air dan lap. Terlihat jelas dia berniat untuk membersihkan tempat itu, karena memang itu niat sebenarnya.
"Aku hampir menikmati situasi ini dan bekerja seperti pelayan asli. Sial, harus lebih fokus dengan pekerjaan!"
Raha melirik ke belakang. Pelayan itu berdiam diri sambil berbalik menatapi dia. Raha sudah tahu apa langkah yang akan pelayan itu ambil selanjutnya.
Saat Raha sudah pergi, pelayan itu tampak memperhatikan sesuatu. Dia menyadari bahwa vas tempat bunga palsu itu bergeser. Sebuah alat komunikasi kecil berbentuk kotak dikeluarkan dari anting.
Dia menarik keluar antena dari kotak itu, kemudian menekan tombol hijau di samping dan menahan tombol merah di tengah untuk berbicara. "Selidiki seorang pelayan baru yang bergabung. Dia sangat mencurigakan."
"Baik."
***
Raha berbalik ke ruangan Nona Muda. Di sana dia melihat Lora yang berjalan maju - mundur sembari gelisah.
"Ada apa, Lora?"
"Ada berita bahwa pelayan mencurigakan telah menyusup ke dalam gedung ini," jawab Nona Muda.
"Kita harus berhati - hati— " Lora terdiam setelah melihat tatapan Raha. Dia menepuk dahi setelah mengingat siapa yang dimaksud.
"Ada apa, Lora?" tanya Nona Muda.
"Eh, itu, anu ...."
Berusaha untuk membantu, Raha berbicara. "Jadi— "
Wussh!
Raha memiringkan kepala saat sebuah peluru angin melesat melewati kanan kepalanya. Peluru itu menembus tembok dan menciptakan lubang, namun tidak hanya itu, tembok meledak seketika.
Raha masuk ke dalam mode serius. "Aku sudah mengantisipasi segala kemungkinan, tetapi tidak kusangka ini yang terjadi."
"Hum, jadi kamu sudah menyadarinya, ya?" ucap Nona Muda sembari tersenyum. Dia kembali mengarahkan telapak tangan kanan yang lengannya digenggam oleh tangan kiri.
Raha kembali menghindari itu dan menarik Lora keluar bersamanya. Lora tampak tidak bisa berkata - kata dan panik.
"A— a— a— a— apa itu?!"
"Tenanglah. Aku sudah mengetahui kemungkinannya."
"Kamu sudah tahu?" tanya Lora saat ditarik Raha ke balik tembok, yang ditembus oleh peluru angin dan hampir mengenai kepalanya.
Mereka kembali berlari ke sisi lain tembok. Kali ini Raha menyandarkan Lora ke tembok dan menutupi tubuhnya. Wajah Lora sedikit memerah.
"Ya. Selama masih dalam logikaku, semuanya baik - baik saja."
Beberapa saat kemudian, Nona Muda muncul dari kanan dan menembakkan kembali pistol angin yang melewati depan wajah Lora. "Uwahh!"
"Ayo ikut aku," ucap Raha menarik tangan Lora dan membawanya ke sebuah lemari.
"Tenang saja, selama masih di sini, akan baik - baik saja ...," ucap Raha di dalam lemari yang gelap.
Sebuah tangan di angkat ke arah wajahnya. Pusaran angin kecil tercipta di sana.
"... diriku."
Lemari itu terjatuh ke kanan, disebabkan oleh tubuh seorang gadis yang di lempar ke arahnya. Kemudian sebuah lubang tercipta dari sisi lain lemari, yang membuat lemari itu meledak— setelah Raha mendobrak pintu dan berguling keluar dari dalamnya.
"Aku sudah tahu jika kamu yang mengeluarkan angin itu."
Lora berdiri dari tempat lemari itu meledak karena tekanan udara. Dia berdiri tanpa luka dan ataupun tergores. "Bagaimana?"
"Sederhana, pada serangan ketiga terjadi jeda yang cukup lama dibandingkan dengan serangan pertama dan kedua, yang berarti memberi dua kemungkinan, dipersempit oleh kondisi khusus."
Nona muda berlari ke samping Lora. Dia ikut menatap Raha seperti halnya Lora yang hanya memaku. "Kondisi khusus?"
"Kemungkinan pertama, Nona Muda tidak ingin menyakitimu. Itu sebabnya terjadi jeda saat serangan ketiga, untuk mengambil jarang memutar agar meminimalisir kesalahan dan meningkatkan persentase keselamatanmu."
"Lalu, kemungkinan kedua?"
"Kamu berpura - pura panik sepanjang waktu, untuk menyembunyikan rapalanmu. Nyatanya serangan keluar dari telapak tangan hanyalah penyamaran, tetapi kamu memang butuh untuk memfokuskan ke satu tempat. Dan, kemungkinan inilah yang benar."
Suara tepuk tangan Lora terdengar. Nona muda mengikutinya, perlahan suara dari seluruh arah dipenuhi oleh tepukan tangan. Para pelayan mulai muncul dari berbagai arah.
Raha mengambil posisi siaga. "Sebenarnya siapa kalian?"
Lora melirik ke arah Nona Muda. Nona Muda mengangguk, mereka berdua melangkah maju ke depan. "Nama asliku adalah Loea, dan Nona adalah Salsa."
"Lo ... ea?"
"Baca saja Lo - yea."
"Lo, yea ... Loyea ... Loea, oke."
Loye— Loea melanjutkan pembicaraannya. "Kami adalah pasangan Serpihan Kaca."
Keringat dingin Raha menetes. Wajahnya tersenyum, menahan takut dan senang. "Jangan bilang ...."
"Yap, benar. Aku salah satu dari pecahan kaca sang Cermin yang Legendaris."
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top