Chapter 61 : Penyamaran Sebagai Pelayan, Shia

Panas terik siang hari, membuat Sia yang berjalan di tengah jalan dengan suhu tinggi di sekitar keringatan.

Dia mengelap dahi dengan siku, menyingkirkan beberapa tetes keringat. Namun percuma, mereka dengan cepat muncul kembali.

Sia melihat-lihat ke sekitar. Karena panas, kebanyakan dari rumah-rumah di sana tettutup dan hanya beberapa orang yang saatnya bekerja yang keluar untuk pergi berangkat. Sia memperhatikan di antara beberapa dari orang-orang itu, ada wajah yang tidak asing. "Itu ...."

Seorang wanita berteriak. "Hei, kamu pria yang berada di sana. Shift pria hari ini ada di ruang bawah, jangan mengigau!"

"Ruang bawah?"

Laki-laki itu mengangguk kemudian hanya pergi. Akan tetapi, itu tidak lepas dari penghilatan Sia. Selain mencurigakan, dia melewati salah satu jalan yang akan Sia pilih sebagai opsi.

"Mungkin kebetulan ...," gumam Sia.

Gumaman itu sampai kepada wanita yang tadi berteriak. "Hei, kamu yang di sana. Apakah jadwalmu hari ini?"

"Eh, aku?"

Wanita itu memperhatikan dengan lebih teliti lagi. Setelah menemukan sesuatu, dia langsung terkejut dan meminta maaf. "Ah, maaf atas ketidaksopanan saya."

"Hah ...?"

Sia paling tidak suka saat-saat seperti ini. Karena selain tidak wajib melakukan itu, menduga dektektif sebagai pembantu ....

"...," Sia menahan untuk menghela nafas.

"Uh ... tidak usah ditahan, daripada menyiksa dirimu sendiri— "

"Menghela nafas akan menghilangkan kebahagiaan dirimu," jawab Sia cepat, spontan dan datar.

"Eh, uh ... baiklah."

Merasa terpancing emosi, Sia menenangkan diri. Kemudian dia terpikir sesuatu. "Ah, aku pelayan baru."

"Eh? Tapi— "

"Lupakan saja pakaian ini," Sia melepas dan secara mengejutkan ada pakaian biasa di dalamnya.

Apakah dia tidaj gerah ....

"Aku akan menyamar sebagai pelayan. Namaku Shia, salam kenal."

"Emm ... baiklah. Namaku Lora, salam kenal, Shia."

"Baiklah, jadi apa jadwal hari ini?"

"Omong-omong, apakah itu nama aslimu?" Shia memperlihatkan kartu identitas miliknya dan Lora membaca. "Hm ... bukankah hanya beda satu— whoa!"

Sebuah tangan menarik kerah belakang bajunya. "Ayo kita berangkat. Jangan sampai terlambat."

Lora sama sekali tidak bisa melawan. Dia memberontak, "tunggu, tunggu, kita salah arah!"

"Oh? Baiklah," berbalik.

***

Shia berhasil menyusup dengan Lora. Lora sendiri tidak curiga karena kartu identitas dektektif tidak bisa dicetak ulang oleh teknologi apapun, "padahal mereka tidak bilang tak bisa dipalsukan."

"Eh? Begitukah?" ucap Lora. Terkejut dengan dangkalnya pemikiran sendiri.

"Aku menangkap beberapa saat dalam perjalanan misi. Ciri khas utama adalah mereka tidak pernah pergi ke kantor."

"Memang aneh, sih ... tapi kudengar ada beberapa orang yang tak perlu pergi ke sana."

"Apakah salah satunya tinggal di Selatan Kota?"

"Iya."

"Nah, aku menangkapnya minggu lalu."

"...."

"Jika kamu mendengar rumor orang seperti itu segera laporkan, karena mereka tidak bisa mengambil gaji tanpa melalui organisasi."

"Eh, kalau begitu bukankah malah merugikan?"

"Kenapa?"

"Karena mereka tidak digaji."

"Itu yang disebut sabotase. Kelak nama organisasi akan dicap buruk dan hancur."

"Oh ...."

Lora menanyakan hal yang terpikirkan sesuatu. "Kenapa kamu dengan mudah memberitahukan kepadaku?"

"— ...."

Tersenyum senang, "ah! Apakah karena aku berbakat menginterograsi orang?" tanyanya dari samping ke wajah Shia.

"Karena kamu cocok menjadi umpan dan mudah dibungkam."

Seharusnya dia mengatakan sesuatu seperti jahat atau apa, tapi jawabannya "respon yang manipulatif dan cepat sekali!" dia malah tertarik dengan kemampuan Sia.

"Semenjak bertemu dengannya .... Sikap seriusku sudah kembali sekarang, tetapi aku tidak bisa menutupi kebiasaan untuk berbicara dan bermain-main, huh ...."

Raha tersadar, "tunggu, sejak kapan aku pernah seserius ini?"

"Hmm," dia memegang dahi dengan tangan kiri sambil menggelengkan kepala. Peralihan agar tidak menghela nafas.

"Guru, bisakah kamu mengajarkan itu?!"

"Siapa yang menjadi gurumu!"

***

Mereka sampai di depan sebuah pintu. Ini adalah kamar nona muda. Tugas Lora adalah mengurusnya.

"Wah ... Lora, apakah dia ini pelayan baru?"

"Iya, nona. Saya memintanya untuk membantu sebagai pekerjaan pertamanya."

Nona muda itu menoleh ke arah Shia dengan senyuman. "Mohon bantuannya ya, Kak pelayan!"

Shia sesaat terdiam karena sikap nona muda yang begitu ceria. Lalu dia tersenyum dan membalas, "ya, nona muda!"

Lora berdiri dari duduk simpuh dan pergi ke luar kamar. "Saya siapkan susu dulu, ya. Shia tolong jaga nona muda."

"Baik."

Saat berbalik, nona muda sudah berdiri di hadapan Shia. Dia bersimpuh karena agar sejajar dengan nona muda, tapi tak disangka akan dijadikan sebagai panjatan olehnya.

"Baik Kak Shia! Ayo berangkat ke kasur!" seru nona muda.

Shia merasa agak aneh, tetapi dia menurutinya. Agar suasana lebih hidup, Shia juga ikut berseru. "Ayo!" dia mengebut.

"Woahh! Cepat sekali!"

Lalu mereka menjatuhkan diri di atas kasur. "Aha ... ahaha!"

"Ahihi!"

"Kalian bersenang-senang, ya." Pintu terbuka, Lora masuk dengan segelas susu dan setoples biskuit.

"Biskuit!"

Nona muda naik ke atas Shia dan mengantarnya ke depan Lora. Lora agak terkejut, lalu dia memiringkan kepala tersenyum. "Kamu cukup menikmatinya, ya."

Wajah Shia memerah. "Ah, tidak begitu ...."

Nona muda dan Lora memperhatikan wajah Shia. Kemudian mereka terkekeh bersama.

"Ah, — itu ...," wajah Shia memerah padam.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top