Chapter 52 : Tarikan 2

Aruo dan Amu menduduki sebuah bayangan berbentuk sofa. Walau terlihat seperti bayangan, tapi itu benar-benar empuk layaknya sofa normal. Sebenarnya apa yang terjadi kepada penglihatan mereka?

"Jadi, mari kita mulai dari perkenalan. Pertama kalian terlebih dahulu."

Amu memulai duluan, "namaku adalah Amu Dansoki. Seperti yang sudah kukatakan sebelumnya, aku adalah makhluk dari dunia kami yang disebut sebagai Yuo."

Aruo mengangguk, "namaku Aruo Dansoki, seorang manusia yang bisa menggunakan senjata api."

"Senjata api ...?"

"Apakah di dunia ini tidak ada?"

"Ah, beberapa, tidak banyak. Itu pun bawaan dari orang-orang dari luar."

Aruo menaikkan kecurigaan. "Dari luar?"

"Di dunia ini sihir adalah hal biasa, ada beberapa metode untuk melakukan perpindahan dimensi. Bahkan kami dan dimesi sebelah sudah berhasil terhubung selama 1 tahun."

"Apakah tidak ada kekacauan yang terjadi?"

"Banyak. Itulah sebabnya gerbang antardimensi dijaga ketat dari kedua belah pihak."

"Gerbang antardimensi ...."

"Dari penglihatanku, kalian terjatuh dari retakan yang berbeda, jadi gerbang dimensi ini tidak mungkin milik kalian."

Aruo berpikir, "jadi bisa saja pelaku itu dari sisi lain gerbang dimensi?"

Bayangan itu menggeleng, "meski kami berhasil membuka gerbang, di dunia sebelah tidak ada orang yang bisa memakai sihir. Di sana adalah dunia modern di mana teknologi sangat canggih, sedangkan kami adalah dunia fantasi yang kaya akan mana."

Amu menunduk, "seperti cerita antara high fantasy dan sci-fi ya ...."

Bayangan itu mengangguk, "aku pernah membaca buku dari dunia sebelah. Kira-kira seperti itu."

Aruo teringat. "Anu ... jika kamu tidak bisa mengembalikan kami, bisa biarkan kami pergi? Kami harus segera kembali."

"Hm? Apakah kalian terburu-buru?"

"Ya."

Amu memindah tatapan. "Hal di luar dugaan terjadi, makhluk legendaris telah muncul."

"Makhluk legendaris?"

"Yuo raksasa Arzure dan makhluk yang sejenis, entah apa itu. Dia adalah makhluk yang pernah menghancurkan bumi dahulu kala."

"Bumi, ya ...?" bayangan itu terlihat berpikir.

Amu bertanya, "apakah ada yang salah?"

"Ah, tidak. Mungkin saja kegagalan resonasi kalian karena itu."

"Itu?"

Bayangan itu mengangkat telunjuknya tersenyum, "di dunia ini ada dunia paralel, tidak semuanya berbeda. Bumi salah satu contohnya, terkadang kedua dunia berasal dari satu dunia yang bercabang." Melanjutkan perkataan, "jika kalian pergi ke dunia satunya, mungkin saja kalian bisa melihat hal-hal di sana."

Aruo berdiri, "benarkah?!"

Bayangan itu memberi senyuman tipis, "ya. Jika kalian berhasil beresonasi, maka dunia ini juga akan terlihat."

Terlalu puas, Aruo menghela nafas lega. Ketakutan Arui akhirnya akan segera berakhir. "Ketakutan terhadap yang tidak diketahui," gumam bayangan itu, membuat Aruo terkejut.

Bayangan itu berdiri, dia membalikkan tubuhnya menatap dinding. Terlihat sesuatu yang gelap bercorak berbentuk segi empat, sepertinya itu bingkai. Mungkin terdapat foto yang tidak bisa mereka lihat di dalamnya.

"Aku juga memiliki hal seperti itu," mengangkat tangan, "karena itulah, akan kubantu kalian sebisa mungkin," dia menggenggam telapak tangannya.

Menunduk, membalikkan tubuh. "Pasti yang membawa kalian adalah orang dari sini, oleh karena itu, akan kucari mereka dan menangkapnya. Membawa orang dari dunia lain secara paksa adalah sebuah pelanggaran yang pantas dihukum mati."

Aruo berkeringat dingin, "terima kasih ...."

Senyuman di wajah bayangan itu kembali. "Mereka akan mengantar kalian. Tenang saja, orang-orang kepercayaanku. Antar sampai tujuan."

"Baik, dimengerti," ucap bayangan pria tinggi.

Beberapa orang lagi muncul. Aruo agak heran dengan nada bicara aneh yang terakhir, tapi dia teringat akan sesuatu. "Siapa namamu?"

Bayangan itu terlihat sebentar tertegun, sebelum kembali tersenyum. "Untuk saat ini panggil saja Nia, tapi perlu diingat aku ini cowok, oke?"

Aruo terdiam sesaat. "Baiklah."

Berdiri, bayangan-bayangan itu menggiring Aruo dan Amu pergi. Tersimpan keraguan dalam hati Aruo, terlebih akan bayangan gelap yang selalu dia lihat di mana pun. Akan tetapi, dia mempercayai insting Amu, yang sedari tadi berusaha menenangkan Aruo dalam berbagai upaya seakan-akan mengatakan "semuanya baik-baik saja. Dia dapat dipercaya. Tenang saja."

Aruo sedikit takut karena ada sesuatu bernama sihir di dunia sekarang ini, tetapi dia mendapat ketenangan kembali setelah melihat senyuman di wajah Amu. Ya. Dari seluruh alam semesta dari dunia yang asing, hanya senyuman dari Amu-lah yang berwarna di matanya. Senyuman hangat yang mampu mengobati rasa gelisah dalam hati Aruo.

Mereka sudah keluar dari pagar. Sekali lagi Aruo menoleh ke belakang, melihat samar-samar dua bola api putih kecil yang menatap dari tempat seperti lantai dua sebuah bangunan megah. Dia memberikan senyuman yang terlihat penuh arti.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top