[Arc 6 - Dunia di Masa Lalu] Chapter 68 : Reset

[Memulai ulang dunia ....]

Seorang pemuda yang berada di luar angkasa menatap ke bawah. Bumi hancur karena semburan cahaya tidak dikenal beberapa saat lalu

Waktu hidupnya tinggal sedikit. Tubuhnya bisa bertahan karena pengorbanan seseorang, tetapi melayang di luar angkasa tanpa oksigen akan membuat nafasnya habis.

"Ugh ... ahk— ... dadaku ...."

[Memindai ... 324 entitas yang bertahan ditemukan ....]
[Mulai memberi keistimewaan ....]

Dia mencoba untuk membuka mata, tetapi hanya dapat mengintip sedikit. "Siapa ... suara siapa itu?"

[Memuat ... 10% ... 20% ....]

Pemuda itu merasakan ada sumber cahaya dari tubuhnya.

[97% ... error. Melewatkan entitas terakhir ....]

Cahaya di tubuh pemuda itu redup, membuat dia kebingungan. Tapi dia sudah tidak bisa memikirkan apa - apa lagi.

[Anomali terdeteksi, entitas terakhir, Aruo, akan dimusnahkan ....]

Tepat setelah suara itu, ada sebuah celah ruang terbuka di samping tubuh pemuda itu dan ada tangan gelap yang menariknya masuk. "Syukurlah berhasil!"

Seorang gadis berambut pirang dan pendek melepaskan topi baretnya dan memakaikan kepada pemuda itu. Dengan pandangan yang kunang - kunang, pemuda itu membuka mata.

Gadis berambut pirang itu menutup mata, senyuman di wajahnya hilang dan suasana menjadi dingin. "Terima kasih, sekarang tolong pergi."

Celah ruang tadi tertutup, tangan gelap tadi kembali masuk ke dalam. Gadis itu langsung terlutut di atas kasur.

Dia memegangi perut, "tidak kusangka efeknya akan sesakit ini ... tapi aku yang di sana pasti bisa menahannya."

Pemuda itu membuka mata. Dia melihat gadis kecil di sampingnya, "siapa ...? Wajahmu ... aku seperti merasa kenal."

Mata pemuda itu langsung terbuka lebar saat dia terkejut, "Raha?! Tidak— Raha kecil?"

"Yo, em ... Aruo?"

Aruo menatap bingung, "kamu tidak mengenalku?"

"Sayangnya ... di dunia ini tidak. Kamu tidak ada di sini."

"... maksudnya?"

Tanpa basa - basi Raha memberikan dua lembar kertas untuk dibaca. "Aruo Dansoki dan Amu ... Dansoki?!"

Raha terlompat ke belakang, refleks Aruo menoleh ke arahnya. "Oh, maaf mengagetkanmu."

Raha kembali berlutut ke posisi semula. "Tidak, aku hanya lebih sensitif karena masih kecil, tolong lanjutkan membaca kertas itu."

"ah, baik ...," "Raha di sini ramah sekali—"

"Oh, dan aku berbeda dengan Raha di duniamu. Di sini kemampuanku bukanlah mengamati, melainkan membaca pikiran."

"Eh ... berbahaya."

"Pfft."

"Hum?" Aruo menoleh, tapi Raha masih dalam posisinya.

"Ah ... sulit sekali. Aku tidak boleh mempermalukan reputasi diriku yang di sana, atau dia akan menganggap diriku yang lain sebagai anak kecil nantinya."

Aruo kembali membaca. "Terdata, penyakit jantung. Meninggal pada usia 17 tahun .... aku sudah mati?"

Raha mengangguk. Aruo mengganti lembarannya. "Amu Dansoki ... koma pada usia 14 tahun, hingga sekarang ...."

"Tunggu, jadi Amu di sini adalah kakakku?"

Raha menggeleng, "umurnya lebih tua karena dia berhasil selamat dari penyakit yang sama denganmu, tetapi 5 tahun lalu dia tiba - tiba pingsan dan tidak sadarkan diri hingga sekarang."

"Oh ...," "berarti 19 tahun ... jadi Amu di sini sudah dewasa, ya?"

"Mari kita bangunkan dia."

"Eh?"

Aruo menoleh ke arah Raha menatap. Di sana terlihat Amu yang terbaring. "Dia berada di sini? Apa ini rumah sakit?"

"Tidak, tapi aku menculiknya dari sana."

Aruo seketika menatap Raha dengan tatapan datar, curiga bercampur tidak percaya. Keringst dingin seketika mengalir di dahi Raha.

"Eh, em, aku salah bicara. Maksudnya 'kami'."

"... siapa saja?"

"Dua orang yang kamu kenal, Keyla dan Kaila."

"Lalu, bagaimana dengan ...."

"Sayang sekali, di dunia ini organisasi - organisasi seperti itu adalah penjahat tingkag internasional. Kemampuan supranatural dan Yuo tidak diakui di dunia ini."

"Eh, tapi bukannya ...."

Raha mengeluarkan api di jari telunjuk, "ini berbeda. Inilah yang dinamakan dengan sihir."

Aruo meneguk ludah, "sihir ... aku merasa familiar dengan itu."

"Ya, kamu sudah melihat dunia sebelah."

"Maksudmu, dunia Exalorn? Kamu membaca ingatanku?"

"Maaf soal itu, tapi itu juga bukan Exalorn yang asli."

"Maksudmu?" Aruo semakin bingung.

"Exalorn yang asli sudah menghilang, lama sekali ...."

"... yah, itulah yang kudengar dari orang 'itu'," lanjut Raha.

"Orang itu?" wajah Aruo tidak bisa dideskripsikan lagi, "siapa?"

Raha pun panik, "tenanglah! Kondisimu saat ini masih tidak fit!" Raha membaringkan kepala Aruo dan menutupnya dengan selimut.

Aruo mengeluarkan kepalanya dari dalam selimut. Dia cukup terkejut dengan sikap Raha. "Tadi kamu bilang membaca isi pikiranku?"

Kena, Raha berusaha sekuat mungkin untuk tidak memalingkan wajah. "Iya."

"Jadi ...," Aruo menatap datar, "kamu berpura - pura menjadi Raha yang kukenal?"

Air mata yang entah sejak kapan menggenang di mata Raha langsung menetes. Raha langsung melompat ke arah Aruo dan memeluknya.

"Eh, eh, ada apa? Kenapa kamu menangis?" ucap Aruo memberontak.

"Aaa, tentu saja aku menangis! Sudah 5 tahun aku tidak melihat wajahmu, dan wajahmu sama persis dengan Kak Aruo di dunia ini."

Aruo syok, "Kak Aruo? ... Raha memanggilku kakak?"

Raha duduk di atas perut Aruo. "Duh, perutku ...."

"Pokoknya jangan menghilang lagi," mata Raha kembali berkaca - kaca, wajahnya cemberut, "ya?!"

Pintu terbuka, seorang wanita masuk. "Raha, jangan memaksa seperti itu. Walau bagaimana pun dia bukan dari dunia ini, dan kakak yang kamu kenal."

"Tapi ...," Raha menunduk, Aruo mengelus - elus kepalanya.

"Kapan lagi bisa elus kepala Raha seperti ini—"

Wajah Raha yang tadinya senang kini cemberut. "Eh, maaf ...." "Aku lupa kamu bisa membaca pikiran."

"Humph!" Raha memalingkan kepalanya cemberut.

"... hah—"

""— jangan menghela nafas!""

Wanita itu terkejut, "kenapa?"

"Entahlah, Raha di duniaku bilang begitu."

"Katanya kebahagiaan akan hilang," jawab Raha melirik Aruo datar. Aruo hanya bisa terkekeh kecil.

"Jadi, bagaimana situasinya Kak Keyla."

"Ah, baik. Kita bisa keluar besok."

Aruo menoleh ke sana - sini, menarik perhatian wanita itu. "Kak Kaila, di mana Keyla?"

"Justru aku yang ingin bertanya di mana kamu melihat kakak? Aku Keyla."

"... eh?"

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top