7. Tujuan

Sesuai rencana, Phoebe menghubungi teman-temannya di komunitas Goldfox yang dia bentuk hampir tujuh tahun yang lalu. Kini, meski tanpa kehadirannya, komunitas itu tetap eksis dengan baik karena diurus oleh orang-orang kepercaan Artemis.

Salah satunya Calisto, gadis yang paling akrab dengan Phoebe sejak di kampus. Calisto adalah junior yang satu tingkat lebih muda dari Phoebe. Sekarang gadis itu bekerja sebagai curator seni di sebuah museum di Atticana. Saat Phoebe menghilang kemarin, Calisto sempat ikut dalam dalam tim pencarian meski hanya dua hari lamanya karena tidak bisa mengambil cuti panjang dari kantornya. Calisto itulah yang mengurus kebutuhan klub serta menjadwalkan agenda rutin untuk pertemuan anggota.

Dalam panggilan terakhirnya dengan Calisto mereka membahas rencana acara kopi darat dadakan sesuai keinginan Phoebe.

"Aku tidak bisa tiba-tiba mengajukan cuti di kantor, Phoeb. Dan aku juga tidak yakin semua anggota bisa datang. Mungkin kita bisa mengumpulkan anak-anak yang cukup dekat dengan lokasi pertemuan. Dan usahakan itu weekend! Agar aku bisa pergi saat libur kantor," tandas Calisto dengan suara renyahnya yang khas.

Phoebe tampak berpikir sejenak. "Hei, Cal. Kau bekerja di Atticana kan? Kenapa tidak kita adakan saja acara di sana. Tempat itu cukup santai untuk liburan. Dan karena merupakan kota destinasi wisata, kita juga bisa mendapat banyak obyek foto saat hunting nanti. Anak-anak lain juga pasti setuju kalau bertemu di sana. Anggap saja seperti staycation singkat saat weekend. Biar aku yang mensponsori biaya akomodasinya. Kau punya kenalan orang hotel kan?"

Calisto terdiam beberapa saat. Sesudah itu ia terdengar seperti mendesah pelan. "Kau mau kembali ke Atticana? Setelah apa yang menimpamu kemarin," ujar gadis itu terdengar cemas.

Phoebe mendengkus pelan. "Justru karena itu. Ada sesuatu yang harus kupastikan juga di Atticana. Sejujurnya aku dihantui hal-hal aneh sejak insiden di reruntuhan Parthenon itu. Dan setelah kupikir-pikir, semua itu bermula saat aku berada di Atticana. Mungkin aku bisa menemukan jawabannya kalau kembali ke sana," sahutnya ringan.

"Phoebe Nikolau!" hardik Calisto tiba-tiba. Suaranya yang mendadak mengeras membuat Phoebe terlonjak kaget. Reflek, gadis itu pun menjauhkan ponselnya dari telinga sambil menyipitkan mata.

"Kenapa kau tiba-tiba berteriak?" protes Phoebe balas membentak.

"Kau ini! Semua orang mengkhawatirkanmu, tapi kau justru dengan sembrono mau mendatangi tempat yang membuatmu terluka," sembur Calisto mulai mengomel.

"Astaga, karena itu kau heboh? Memangnya kau pikir aku akan pergi ke reruntuhan itu lagi? Sendirian? Aku juga tidak segila itu, Cal. Kita akan bertemu di tempat wisata yang ramai. Di tengah kota pinggir pantai yang eksotis. Lalu ada kau, juga teman-teman yang lain. Apa yang bisa terjadi di tengah keramaian itu?" kilah Phoebe dengan nada membujuk.

"Jadi apa yang mau kau pastikan di Atticana? Tadi kau bilang ada kejadian aneh," desak Calisto terus berusaha mengorek.

"Ah, panjang ceritanya. Yang pasti aku tidak akan melakukan hal-hal berbahaya. Aku janji. Dan aku tidak akan jauh-jauh darimu selama berada di Atticana. Oke?" bujuk Phoebe gigih.

Calisto akhirnya hanya bisa menghela napas panjang. Phoebe yang sudah punya kemauan sama sekali tidak bisa didebat. Begitu juga sekarang, Calisto lagi-lagi harus mengalah pada rekan senior karibnya itu.

"Orang tuamu tidak akan mengizinkannya. Orion juga. Mereka pasti akan melarangmu pergi," ujar Calisto dengan senjata terakhirnya, meski dia yakin Phoebe pasti juga akan menangkis peringatan tersebut dengan mudah.

"Tidak perlu memberi tahu mereka. Lagi pula aku sudah mendapat izin untuk bertemu kalian. Jadi tinggal tidak perlu bilang lokasi pertemuannya," sahut Phoebe tangkas.

Calisto berdecak pelan. "Dasar kau ini. Rupanya kau memang sudah mempersiapkan semuanya," komentarnya dingin.

Phoebe terkekeh kecil. "Kalau begitu sampai jumpa di Atticana, Cal. Kirimkan aku alamat hotelnya, juga seluruh tagihan kamar untuk anak-anak yang datang. Aku mencintaimu," pungkasnya kemudian.

Gadis itu menutup telepon dengan puas. Tangannya memainkan gawai sejenak untuk memesan tiket penerbangan tercepat. Rasanya tidak sabar untuk segera bertemu dengan kawan-kawan lamanya. Selain itu juga, sebenarnya Phoebe memang mendapat firasat kalau sesuatu akan tersingkap jika ia kembali mendatangi Atticana.

Pemikiran itu sudah tercetus di benaknya sejak ia tiba di rumah keluarganya. Entah kenapa seperti ada sesuatu yang memanggilnya untuk kembali ke Atticana, daerah tempat dia sempat menghilang selama lima hari. Meski sejujurnya, Phoebe memang tidak berniat untuk kembali mendatangi reruntuhan Parthenon, melainkan hanya datang saja ke wilayah tersebut. Rasanya ada yang menggelitik rasa penasarannya.

Atticana merupakan sebuah pulau kecil yang terpisah dari daratan utama Greecia. Kota tersebut berada di kawasan kepulauan yang hanya terdiri dari satu daratan pulau di semenanjung Attic. Dalam sejarah klasik, Atticana pernah menjadi wilayah yang sangat penting dan menjadi pusat kebudayaan kuno selama berabad-abad. Tempat itu menyimpan beragam peninggalan arkeologi dari bekas-bekas kebudayaan Greecia kuno, termasuk salah satunya kuil pemujaan Dewi Artemis.

Di era modern, Atticana menarik banyak pengunjung, mulai dari arkeolog hingga wisatawan yang ingin mempelajari tentang kebudaayn Greecia. Tempat itu menjadi tersohor karena ditemukannya sebuah kuil suci Parthenon yang konon telah hilang selama berabad-abad. Kuil itulah yang sebelumnya diliput oleh Phoebe.

Kini, sebagai kota wisata tersohor di Greecia, Atticana juga menyediakan beragam akomodasi mewah serta paket-paket tour yang menjanjikan. Daerah pinggir pantainya cukup padat karena selalu dikunjungi oleh wisatawan dari berbagai daerah. Meski begitu, wilayah hutannya di tengah pulau sengaja dibiarkan tumbuh apa adanya karena di dalam sana menyimpan beragam bukti peradaban kuno. Baru seperempat wilayahnya yang berhasil dipugar secara hati-hati. Itu pun harus melalui perjalanan birokrasi yang cukup rumit.

Sejak dulu Phoebe memang menyukai kota tersebut. Beberapa kali ia berlibur ke sana, sekadar untuk melepas penat. Namun, pengalamannya membelah hutan rimba dan meliput Parthenon baru dia alami saat tugas terakhirnya kemarin. Dan hal itu justru membuat rasa penasarannya semakin besar. 

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top