4. Visi

"Kenapa tiba-tiba aku bisa membaca tulisan kuno itu?" gumam Phoebe terus keheranan.

Mau diingat-ingat seperti apa pun, Phoebe jelas tidak merasa pernah mempelajari aksara kuno itu. Ia bahkan yakin seratus persen bahwa ini pertama kalinya melihat tulisan semacam itu. Namun kenapa saat melihatnya, secara otomatis pikirannya bisa memahami tulisan tersebut. Gadis itu bahkan mampu mengucapkan aksaranya.

"Aloa ... dae ...," gumam Phoebe sekali lagi sambil masih mengamati foto di layar komputernya.

"Rasanya aku familiar dengan kata itu. Tapi dimana –"

Belum selesai Phoebe berucap, mendadak pandangannya berubah gelap. Kesadarannya seperti dilempar ke tempat lain dan detik berikutnya, ia mendapati diri berada di sebuah hutan yang terasa begitu akrab. Pepohonan tumbuh dengan subur dan berukuran jauh lebih besar dari pada semestinya. Aroma pinus menyeruak penciumannya, terbawa oleh desau angin sepoi yang membelai wajah.

Akan tetapi, dari kejauhan, terdengar suara gemuruh yang membuat tanah tempatnya berpijak bergetar. Phoebe sedang berdiri di setapak tanah dengan sebuah busur di tangannya. Di sisi gadis itu, seekor rusa bertanduk anggun berdiri gagah menatap ke kedalaman hutan.

"Aku akan melakukannya sendiri, Kerinitia. Kau tidak perlu mengorbankan diri sendiri." Kata-kata meluncur begitu saja dari mulut Phoebe, tanpa bisa dia kendalikan. Seolah Phoebe sedang menempati tubuh orang lain.

Akan tetapi, gadis itu pun segera menyadari bahwa dirinya memang tidak sedang berada di tubuhnya yang biasa. Alih-alih, penampilannya kini sudah berubah seratus delapan puluh derajat. Tubuhnya berbalut khiton dan himation berwarna krem muda, lengkap dengan mahkota daun daphne tersemat di kepalanya. Phoebe memang tidak bisa melihat penampilannya secara langsung saat itu juga, tetapi sebuah pengetahuan tentang hal itu seperti tertanam begitu saja di benaknya.

"Apa yang akan Anda lakukan, Dewi?" tanya sang rusa yang rupanya bisa bicara.

Hal itu langsung membuat Phoebe teringat pada spirit rusa yang pernah dia temui di reruntuhan Parthenon tempo hari.

"Aku akan berubah menjadi sepertimu, Kerinitia," jawab bibir Phoebe berucap begitu saja.

Tunggu sebentar. Siapa nama rusa barusan? Kerinitia. Lagi-lagi nama yang familiar. Meski tidak bisa mengingat dengan pasti, tetapi sepertinya itu memang nama spirit rusa yang pernah ditemui Phoebe sebelumnya.

"aAnda akan mengubah diri Anda menjadi mangsa raksasa-raksasa itu?" Kerinitia melenguh seperti menyiratkan kecemasan dengan suaranya.

Phoebe menoleh, menatap rusa berbulu cokelat itu. Berbeda dengan sosoknya sebagai spirit, rusa itu tampaknya masih hidup saat itu. Kedua matanya yang hitam cemerlang berkilat-kilat tampak sendu.

"Jangan khawatir. Aku ini seorang Dewi," jawab Phoebe dengan mulutnya yang menyunggingkan senyum.

"Dewi Artemis ...," lenguh sang rusa dengan suara kecilnya yang semakin sedih.

Detik berikutnya, tubuh Phoebe mendadak terasa seperti disedot dalam sebuah pusaran. Ia tidak begitu ingat apa yang terjadi kemudian, tetapi benaknya langsung memahami bahwa ia telah melakukan perubahan wujud. Tubuhnya kini telah berubah menjadi seekor rusa gemuk dengan empat kaki yang jenjang.

"Aku akan membunuh si kembar Aloadae itu," gumamnya sebelum kemudian berderap menyusuri setapak hutan.

Tubuh rusa Phoebe melesat dengan sangat cepat menuju arah suara gemuruh di tengah hutan. Getaran di kakinya terasa semakin kuat, mirip gempa bumi berskala tinggi. Namun, ia dengan gesit tetap bisa mempertahankan keseimbangan dan terus berlari menuju suara gemuruh yang semakin kencang.

Beberapa menit kemudian, Phoebe bisa melihat dua sosok raksasa berwajah jelek tengah melibas hutan dengan busur panah mereka yang sangat besar. Kedua raksasa itu tampak identik kecuali warna pakaian mereka yang berbeda. Satu merah yang lain hijau. Tubuh mereka menjulang setinggi lebih dari sembilan depa, dengan rambut hitam berantakan dan kuku-kuku tajam yang berwarna hitam.

Keduanya berdiri di sisi yang berbeda dan tampaknya tengah berburu di hutan sakral miliknya. Phoebe, sebagai sosok dewatanya, merasa begitu murka saat melihat kedua raksasa. Kemarahan yang masih belum dia ingat jelas alasannya. Sepertinya penggalan esensi dewatanya belum sempurna dia ingat. Namun, hal yang terukir jelas di kepalanya adalah misi untuk membunuh kedua raksasa kembar bernama Otos dan Efialtes itu. Keduanyalah yang dikenal sebagai Aloadae, raksasa kembar putra Dewa Poseidon dan Iphimedeia.

Phoebe melesat di antara kedua bersaudara itu sambil meneriakkan lenguhan rusa yang nyaring, berusaha menarik perhatian mereka. Dan benar saja, kedua raksasa itu pun langsung menoleh ke arahnya dengan tatapan penuh nafsu berburu. Tanpa berpikir panjang, keduanya langsung menarik busur masing-masing dan mengarahkannya ke tubuh Phoebe. Gadis rusa itu pun melompat sangat tinggi hingga berada sejajar dengan dada para raksasa. Tepat pada saat itulah para Aloadae itu melepaskan anak panah mereka yang langsung melesat bersamaan ke arah satu sama lain.

Phoebe dengan cerdik memantrai dirinya sedemikian rupa dengan kekuatan dewata, dan berhasil lolos dari bidikan tersebut. Alih-alih, kedua pasang anak panah tersebut justru menghujam ke dada sang raksasa satu sama lain. Kedua Aloadae itu pun tewas berkat trik liciknya. Namun, begitu Phoebe kembali menapak tanah, sekonyong-konyong pandangannya kembali memburam dan berubah gelap. Saat ia membuka mata lagi, gadis itu sudah mendapati dirinya kembali duduk di depan layar komputer di dalam studio kerjanya.

"Gila. Apa yang barusan itu?" gumamnya dengan mata terbelalak.


Khiton (bahasa Yunani Kuno: χιτών, translit. khitōn) adalah sejenis tunik yang diikatkan di bahu, dikenakan oleh pria dan wanita Yunani Kuno dan Romawi.

Himation adalah jenis pakaian, mantel atau bungkus yang dikenakan oleh pria dan wanita Yunani kuno dari periode Arkais hingga Helenistik. Pakaian ini biasanya dikenakan di atas khiton, tetapi terbuat dari tirai yang lebih berat dan berperan sebagai jubah atau selendang.

Depa (KBBI), adalah ukuran sepanjang kedua belah tangan mendepang dari ujung jari tengah tangan kiri sampai ke ujung jari tengah tangan kanan (empat hasta, enam kaki).

Dalam mitologi Yunani, Iphimedeia adalah putri Thessalia yang jatuh cinta pada Poseidon, Dewa Laut. 

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top