Resume Hunter

Ditulis oleh Braino_S


Jakarta, 29 September 2020

Hal: Surat Lamaran Pekerjaan
Lampiran: Satu Lembar

Kepada
Yth. Direktur PT. Hunterspin88
Jl. Whatsapp KM 4, Hunter

Dengan hormat,
Berdasarkan informasi yang saya peroleh dari harian Zona Pemburu pada tanggal 28 September 2020, PT. Hunterspin88 sedang membuka lowongan untuk posisi Manajer. Maka dengan surat lamaran ini, saya berminat untuk mengisi lowongan pekerjaan tersebut.
Berikut data diri saya:

Nama: Rei
Tempat/Tanggal lahir: Fireland/17 Juni 2001
Jenis kelamin: Laki-laki
Pendidikan terakhir: A-3 Manajemen Kebudayaan
Alamat: Earthquake City
Nomor HP: 65-68-65-68-69-72

Saya merupakan lulusan muda dari Universitas Agni Buwana yang menjunjung tinggi nilai keberanian dan semangat membara dengan nilai IPK 3.00.

Di Universitas Agni Buwana, awal saya masuk sekitar 30 Agustus 2020 tanpa diduga-duga. Awalnya saya mengincar Universitas Bayu Lokajaya yang memiliki sisi kalem nan menyejukkan--sesuai dengan latar belakang saya. Namun ternyata saya ditarik paksa ke dalam universitas yang menjunjung tinggi kebakaran. Saya terkejut bukan main. Karena apa? Karena di Agni Buwana saya bersama sembilan mahasiswa lainnya ditempa sedemikian rupa, diajari bagaimana cara bermain sokoban--yang sebenarnya membosankan--dengan semangat panas kompor, serta dicekoki berbagai macam pelajaran bakar-bakaran.

Bicara soal kompor, di universitas tersebut juga terdapat berbagai macam UKM, salah satunya adalah KMAbu (Kelompok Memasak Agni Buwana). Saya dan sembilan orang anggota UKM lainnya diajari memasak dengan kompor yang apinya sangat besar. Sampai-sampai universitas lain ikut terkena dampak dari kompor yang kami gunakan.

Selain itu, kami juga diajari seni memasak dengan bumbu racun menidurkan. Alhasil, para dosen pencicip hidangan semuanya pingsan. Tetapi berkat itu semua, kami berhasil mendapat penghargaan sebagai universitas nomor satu dalam hal menidurkan dosen-dosen itu.

Setelah letih dengan materi pertama, kami diajak ke perpustakaan oleh salah satu dosen pembimbing. Ternyata di sana tidak lain dan tidak bukan diajak bermain sokoban. Ya, permainan memindahkan balok ke titik tertentu di tengah-tengah labirin yang sempit. Secara umum permainan ini membosankan. Tetapi di kampus kami disulap menjadi hal yang mengasah pikiran. Asyik? Tentu saja. Sokoban ala dosen pembimbing kami sangat menyenangkan. Bahkan ada yang dari kami sempat geregetan dengan jawabannya. Setidaknya bermain sokoban di perpustakaan tidaklah buruk. Lumayan membuat otak yang sebelumnya panas menjadi hangat.

Di materi selanjutnya, sepuluh orang mahasiswa--termasuk saya--melakukan penelitian di salah satu kampus ternama. Di mana lagi kalau bukan di Universitas Bayu Lokajaya, kampus yang terkenal akan kekaleman mahasiswa dan juga dosennya. Berangkatlah kami ke sana dengan bekal ilmu yang sudah dipelajari dari para dosen Api Gila (saya menyebut mereka seperti itu). Penelitian kami berjalan cukup lancar, meski di beberapa bagian masih ada yang perlu direvisi ulang (dalam hal makalah presentasi). Kami puas dengan hasil kerja keras kami selama meneliti di Bayu Lokajaya meskipun waktu itu tidak mendapatkan penghargaan. Ya, kami memperoleh gelar Tingkat Dua dengan nilai 7.0.

Ada hal yang menarik dan lucu di saat penutupan presentasi. Salah satu mahasiswa kami dengan polosnya membagikan penilaian dosen kepada para mahasiswa di kampus lain. Kontan saja saya dan teman-teman yang lain terbahak-bahak. Mana ada hasil penilaian disebarluaskan begitu saja.

("Teman-teman mahasiswa, berikut ini hasil penilaian dosen dari kampus kami."--menirukan gaya polos nan lucunya.)

Selanjutnya, kami diberi tugas oleh dosen untuk membuat makalah berisi kajian ulang mengenai materi yang telah dipaparkan mahasiswa dari Bayu Lokajaya. Saat itu saya tengah mengalami krisis moneter, krisis yang melanda kantong ajaib saya menjadi lebih tipis dan kosong sehingga saya tidak bisa ikut mengerjakan tugas. Akhirnya, dengan bantuan dari teman-teman, saya dibebaskan dari jeratan para dosen yang berapi-api itu.

Menempuh perjalanan hingga C-1, saya melanjutkan ke jenjang B-2 di Universitas Pertiwi Jumeneng yang sarat akan kebumian dan juga kearifan lokal. Saya mengambil jurusan Ilmu Komunikasi Kepo Bingits karena terpaksa. Terdapat total tujuh orang mahasiswa termasuk saya yang terdaftar. Di situ saya kenalan dengan tiga mahasiswa baru, sisanya merupakan kawan seperjuangan saat berada di Agni Buwana.

Perjalanan didik saya selama di Universitas Pertiwi Jumeneng kurang mulus. Kampus ini kurang terorganisir di samping saya--bersama tiga kawan lainnya--dipaksa pindah di situ secara sepihak oleh salah seorang dosen pembimbing kami.

Para dosen di sana amat membumi. Bahkan saking membuminya, mereka seperti tidak berwujud (entahlah apa istilahnya. Tetapi saya menyebutnya sebagai dosen Tanah Konohagakukur-kukur). Hanya pers yang seringkali aktif meliput kampus baru kami ini.

Mempelajari Ilmu Komunikasi Kepo Bingits dimulai dengan tugas dari dosen berupa perintah membuat lima soal untuk selanjutnya dimasukkan ke dalam modul pembelajaran. Sampailah pada fase KKN (Kuliah Kerja Nggakgajian), dengan berbekal modul yang sudah diuji kelayakannya. Kami bertujuh dihadapkan dengan peserta KKN lainnya yang juga sedang berjuang mengincar gaji (astaga, surat lamaran macam apa ini?). Saat itu saya tengah mengalami kendala teknis sehingga tidak dapat bekerja sama dengan enam teman mahasiswa saya. Akhirnya, setelah pertarungan perebutan gaji, tim dari kampus kami berhasil memperoleh gaji yang cukup memuaskan.

Sampai pada tahap menuju tugas skripsi, inilah yang ditunggu-tunggu para mahasiswa sebelum naik ke atas panggung dengan baju kebesarannya (kebesaran atau ... kedodoran? Intinya begitu). Tugas skripsi saya cukup membuat pening kepala. Bagaimana tidak? Saya harus melakukan riset mendalam ke sebuah daerah dengan bekal seadanya. Ya, seadanya. Saat itu saya yang minim pengetahuan soal daerah tersebut harus bolak-balik berselancar di dunia maya maupun di dunia nyata. Dengan dibantu oleh dosen pembimbing, akhirnya penelitian saya berjalan lebih mulus dari sebelumnya.

Tibalah saatnya sidang skripsi, terdapat tujuh dosen yang menjadi penguji waktu itu. Kebetulan enam teman saya juga tengah melakukan sidang (alih-alih bilang kerja sama tim. Hahaha). Namun hasilnya sampai sekarang belum jelas. Apakah kami bertujuh lulus atau belum.

Tetapi akhirnya kami berujung menjadi mahasiswa lulusan A-3 Manajemen Kebudayaan. Aneh, bukan? Jurusan awal mengambil Ilmu Komunikasi Kepo Bingits. Eh, ujungnya lulus dengan ijazah A-3 Manajemen Kebudayaan. Benar-benar tidak masuk akal.

Latar pendidikan saya cukup memusingkan dan membuat saya maupun Bapak/Ibu sama-sama tidak paham. Saya sangat yakin dapat memberikan kontribusi bagi Perusahan yang Bapak/Ibu pimpin.

Sebagai bahan pertimbangan Bapak/Ibu saya Lampirkan:

1. Daftar Riwayat Hidup yang sudah hilang (sudah hilang. Makanya tidak ada)
2. Foto kopi ijazah terakhir yang sudah hilang juga
3. Foto kopi transip nilai yang sudah hilang juga
4. Foto ukuran 1080×608 pixels terbaru
5. Foto KTPc (Kartu Tanda Pcapung)

Demikian surat lamaran kerja ini saya sampaikan, dan saya sangat ingin bergabung dengan PT. Hunterspin88. Saya ucapkan terima kasih atas perhatian serta kesempatan yang telah diberikan oleh Bapak/Ibu.

Hormat saya,

Rei

Lampiran:
Pasfoto



Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top