Bab 30

Love dulu buat part ini ♥️

Jangan lupa follow vote and Coment

Komen setiap paragrafnya ya biar author semangat update...

Thanks buat 5.45 K komentarnya meski turun gpp, aku salut bgt sama kalian yg udah rela komen. Kalian luar biasa. Yuk aku tantang 10 K 💪☺️ pasti bisa 😎🤣

Maaf ya minta segitu biar aku ada jeda buat update cerita Memeluk Yudistira dan Bima. Ketahuilah aku hanya manusia biasa. Yang hanya punya satu otak dan dua tangan hehehe....

Hai sobat Talibun-talibun...

Ada yg penasaran arti talibun?

Tag 3 temen kalian biar ikut baper baca ini...

Arsha

***

Seorang gadis berseragam putih biru berlari kecil ke sebuah rumah, ia tak sabar bertemu dengan Arsha. Ia ingin menunjukkan nilai ulangan matematikanya yang berhasil mendapat nilai delapan. Yola sangat senang, setelah ini Arsha tidak akan mengejeknya bodoh lagi.

"Kak Shaka," panggil Yola semangat.

Pria paruh baya yang ia kenal bernama Jarwo keluar. Sosok itu mendekat ke arah Yola. "Mas Shaka sudah pergi, La."

"Kak Shaka pergi ke mana?"

"Katanya pergi jauh."

Manik mata Yola membulat kaget. "Kapan perginya Pakde Jarwo?"

"Tadi pagi jam delapan."

Tanpa bisa dicegah, air mata Yola turun begitu saja. Ia tidak mengira Arsha akan meninggalkannya begitu saja, bahkan laki-laki itu tidak pamit padanya.

"Kak Shaka titip sesuatu nggak buat Yola?"

Pak Jarwo menggeleng, ia merasa kasihan kepada Yola.

"Beneran nggak nitip apa-apa buat Yola? Nitip salam atau sesuatu gitu."

Yola berharap, paling tidak pria itu menyampaikan salam perpisahan sebelum pergi.

Pak Jarwo lagi-lagi menggelengkan kepala. Sejujurnya ia ingin berbohong, tapi rasanya ia tidak pantas memberikan sebuah harapan kosong. Ia takut Yola malah akan lebih terluka nanti jika Arsha tak pernah kembali ke dalam kehidupannya tanpa kejelasan. Lebih baik ia mengatakan yang sebenarnya kepada gadis kecil itu. Rasanya mungkin akan sakit, tapi itu sebentar.

Hidup dalam angan-angan itu menyakitkan, apalagi mengharapkan seseorang yang kehadirannya masih dipertanyakan.

Muka Yola berubah lesu. Ia segera berlari kembali ke rumah, bahkan kertas ulangannya ia buang begitu saja. Semangat hidupnya meluap entah ke mana. Air matanya mengalir tanpa ia minta. Sakit sekali, dadanya terasa sesak di setiap tangis sesenggukannya.

"Kak Shaka jahat... Lala benci Kak Shaka."

*

"Kenapa dulu Kak Shaka pergi ninggalin aku tanpa pamit?" tanya Yola ketika mengingat potongan masa lalunya.

Arsha menghela napas pendek, lalu berkata, "Aku melakukan itu agar kamu berhenti menyukai saya."

Yola tersentak, ia menatap Arsha tidak mengerti.

"Kenapa?"

"Aku hanya tidak ingin kamu semakin terluka karena kepergian saya."

Semua orang bisa berubah seiring berjalannya waktu. Ia takut tidak bisa menepati janjinya, apalagi memberikan harapan kepada gadis yang usianya terpaut agak jauh darinya. Hidup gadis itu masih pajang.

"Saya tidak ingin menjadi pria egois. Aku ingin kamu bahagia tanpa perlu memikirkan janji-janji manis yang mungkin tidak bisa saya tepati. Kamu berhak memilih kebahagiaanmu sendiri. Lagipula waktu itu Mama saya sekaligus pindah kerja."

"Berarti bukan karena Kak Shaka membenci Lala?"

Arsha menggeleng, ia tidak pernah membenci Yola. Pikiran itu tak pernah terlintas dibenaknya. Jangankan untuk membenci, melupa saja ia tak mampu. Ia telanjur menyukai gadis itu, hatinya sudah jatuh secara tidak sengaja.

"Menurut Kak Shaka, Lala waktu dulu itu gimana, sih?"

"Kamu itu ceroboh, cerewet, penguntit," ceplos Arsha.

Muka Yola memerah, mendengar itu. Sejelek itukah dirinya dulu?

"Tapi, kamu lucu, ceria, dan membuat hidup aku berwarna. Kamu itu ibarat pagi hari yang membawa kehangatan ke dalam hidup aku." Mau tak mau Yola ikut tersenyum mendengar lanjutan perkataan pria itu. Ia jadi nostalgia masa-masa dulu.

"Awalnya, aku kesal setiap kali kamu teriak-teriak manggil, tapi sejak peristiwa kamu nolong saya di sungai. Perasaan aku berubah, aku mulai memandang kamu dengan cara yang berbeda. Kamu baik, La. Aku sadar kamu adalah orang yang paling tulus dan berharga di hidup saya."

"Terus kalau gitu, kenapa Kak ninggalin aku?"

"Dulu usia kita masih sangat muda La. Aku belum mau mikir pacar-pacaran. Aku mau kita fokus sama masa depan kita." Perkataan Arsha membuat Yola terharu. Jauh sekali dari ekspetasinya selama ini. Padahal dulu ia sering menghujat pria itu karena pernah pergi dari hidupnya.

Andai saja dulu Arsha mendekatinya, pasti ia akan malas sekolah dan lebih memilih untuk menikah saja. Ia juga tidak akan repot-repot menulis di Wattpad agar impiannya menjadi penulis terwujud.

"Itulah alasan kenapa baru sekarang saya berani mendekati kamu karena sekarang waktu yang tepat untuk kita bersama." Arsha menggengam tangan Yola, seolah-olah takut kehilangan.

Mereka berada di dalam mobil hendak menuju restoran menyusul temannya yang sudah lebih dahulu sampai. Selama perjalanan Yola tak hentinya tersenyum sambil sesekali menatap Arsha yang mengucapkan sajak-sajak puisi untuknya. Ia bahagia memiliki kekasih seperti Arsha. Sekarang, ia semakin yakin untuk melanjutkan cerita mereka yang sempat tertunda menuju akhir yang bahagia.

"Kak Shaka, aku boleh tanya?" Yola teringat satu hal yang masih mengganjal di dalam pikirannya.

"Silakan."

"Nama akun Wattpad Kak Shaka apa, sih?" tanya Yola dengan penasaran.

Arsha meneguk ludah gugup, ia tersenyum tipis. Ia belum sanggup membongkar akun palsunya. Yola pasti akan terkejut setengah mati jika tahu pemilik akun Prince Charming adalah dirinya. Selain itu juga akan menimbulkan konflik yang berkepanjangan. Yola akan menganggapnya sebagai penipu. Arsha mencengkeram setir mobil dengan erat. Hari ini mereka sedang bersenang-senang dan Arsha tidak ingin merusaknya.

"Saya akan beritahu nanti. Sekarang bukan waktu yang tepat." Perkataan Arsha membuat Yola sedikit kesal. Kenapa hal sepele seperti ini harus disembunyikan?

"Kenapa nggak sekarang aja? Aku penasaran."

"Kalau kamu tahu, saya yakin kamu akan lompat keluar dari mobil ini." Yola terdiam sejenak mendengar itu. Apa seburuk itu? Apa Arsha pernah berkomentar dan mengirim pesan macam-macam di lapaknya? Perasaan tidak ada yang aneh di akun ceritanya. Semoga saja ia tidak pernah melakukan hal memalukan.

"Dasar Arshakampret!" Yola berdecak kesal. Ia tanpa sadar keceplosan mengatai Arshaka.

"Saya tidak menyangka jika kamu punya panggilan sayang buat saya. Arshakampret terdengar romantis sekali."

Jleb....

Yola menelan ludahnya gugup. Ia ingin menghilang saat ini juga. Bisa-bisanya ia mengatakan itu langsung di depan orangnya.

"Ah itu-"

"Saya jadi mau hukum kamu..."

"Kak Shaka nggak usah aneh-aneh ya."

"Kamu mau dicium atau...."

"Kak itu restorannya." Yola mengalihkan perhatian. Ia menghembuskan napas lega melihat restoran yang mereka tuju. Arsha langsung masuk dan memarkirkan mobilnya. Ketika Yola hendak melepas sabuk pemangaman.

Cup

Tiba-tiba sebuah kecupan singgah di pipi kanannya. Arsha mencium Yola tanpa dosa, yola yang mendapatkan ciuman itu tersipu malu. Bisa-bisanya Arsha menciumnya tiba-tiba. Gimana kalau ada yang liat?

"I love you, Yolanda Aufarina." Setelah mengatakan itu Arsha keluar meninggalkan Yola yang terpaku di dalam mobil.

*

Vivi agak canggung karena duduk bersebelahan dengan Rama. Kenapa kebetulan sekali mereka duduk bersebelahan? Sejak di mobil, ia tidak berani menatap bahkan berbicara dengan lelaki itu. Ia takut sekali jika Rama tahu jika ia bukan tukang ojek.

"Tumben, Vi, diem aja. Biasanya lo paling berisik."

Vivi memelotot ke arah Adelia.

"Vivi kesambet kuyang kali," seru Kiran sambil melempar tisu ke arah Vivi.

"Aku cuma capek aja," balas Vivi singkat.

"Capek kenapa lo? Mikir tugas akhir atau drama Korea?" balas Adelia sambil tertawa.

"Kalau capek ojek, mending berhenti aja. Kasian badan kamu kalau dipaksain." Perkataan Tunjung membuat keadaan menjadi sunyi seketika. Mereka menatap keduanya aneh.

Tunjung bingung kenapa mereka menatapnya aneh. Ia hanya sekadar memberikan perhatian pada Vivi. Apa tindakannya salah?

"Vivi ojek, maksudnya?" Kiran lebih dahulu mengutarakan isi hatinya.

Yola berpikir sebentar, lalu ia teringat perkataan Vivi bahwa gadis itu pernah disangka tukang ojek oleh cowok ganteng.

"Vivi kerja sampingannya tukang ojek online. Saya kira, kalian sebagai teman Vivi tahu," balas Tunjung.

Tawa Yola, Adelia, dan Kiran seketika meledak dengan kencang. Vivi hanya bisa tersenyum pasrah.

"Loh, kok, kalian ketawa?" Tunjung bingung bukan main. Apa perkataannya tadi mengandung unsur jenaka?

"Mas, kayaknya salah orang, deh. Teman saya yang pemalas ini, mana mungkin jadi tukang ojek. Hobi aja rebahan. Ya, kali, mau kerja sampingan."

Sial!

Vivi memelotot menatap Kiran. Ia bahkan sampai menggeleng untuk memberi Kiran peringatan.

"Jadi, Vivi bukan tukang ojek? Tapi, waktu itu dia pakai atribut ojek, kok." Tunjung merasa bersalah karena dulu mengira Vivi tukang ojek. Kenapa gadis itu tidak jujur saja? Ternyata mereka saling membohongi satu sama lain.

"Itu mah punya kakak sepupunya," sahut Yola tanpa rasa bersalah.

Vivi benar-benar tersudut. Astaga, tiga lawan satu! Kenapa sahabatnya malah membongkar rahasianya? Sahabat macam apa mereka?

****

GUYS KALAU KALIAN SUKA BAB INI BISA DI SS TRUS DIJADIKAN SG DAN TAG AKU YA ♥️♥️♥️

Follow Instagram RPnya
@arshakaxavier.a
@awlala6
@vivi.andriana57
@tunjung24
@arshaka.lovers
@antariksaregal

Gimana part ini?

Ada yang mau disampaikan ke Arshaka?

Ada yang mau disampaikan ke Yolanda?

SPAM 'AKU SUKA ARSHA' DISINI BIAR AKU CEPET UPDATEEEE

Banyakin komen ya biar aku semangat updateeee

Jangan lupa follow Instagram @wgulla_ @wattpadgulla

Gulla Casssano

Istri sahnya Song Jong Ki

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top