Bab 25
Love dulu buat part ini ♥️
Jangan lupa follow vote and Coment
Komen setiap paragrafnya ya biar author semangat update...
Thanks buat 5.58 K komentarnya. Kalian luar biasa. Yuk aku tantang 6 K 💪☺️ pasti bisa 😎🤣
Talibun-talibun...
***
Arsha menatap anak-anak remaja seusianya yang sedang bermain sepak bola.. Arsha mendekat ingin bergabung. Namun anehnya anak-anak itu langsung bubar. Seolah-olah pertandingan selesai.
"Kok udahan mainnya?" tanya Arsha pada salah satu anak di sana.
"Udah selesai," jawab anak itu cepat. Sebenarnya mereka memang berniat pergi ketika melihat Arsha menghampiri mereka.
"Padahalm aku mau ikut gabung."
"Lain kali aja." Perasaan, setiap Arsha datang mereka langsung bubar. Kapan ia diberikan kesempatan bermain?
Anak itu lari meninggalkan Arsha bersama yang lainnya. Arsha memandang mereka dengan curiga. Kenapa sikap mereka jadi buruk padanya? Mereka seakan tak menganggapnya. Apa mereka sengaja menghindar?
Arsha mengembuskan napas, ia memilih meninggalkan lapangan. Saat di jalan pulang, ia tak sengaja melihat anak-anak remaja itu yang sedang nongkrong di warung. Awalnya, Arsha mau gabung, tapi ia menghindar mendengar ucapan salah satu dari mereka.
"Si Arsha ngapain, sih, pake acara ke sini? Capek hidup gue dibandingin terus sama dia. Emak gue tiap hari hobinya muji Arsha."
"Apa-apa yang dipuji Arsha! Anaknya sendiri malah dicaci maki. Arsha yang pinter, nurut sama orang tua, suka bantu ibunya ngapa-ngapain pusing gue dengernya," balas yang lainnya.
Anak laki-laki yang sejak tadi menyimak ikut berbicara. "Ibu gue kalau liat gue main terus, pasti hobinya bilang gini, 'Contoh tuh Arsha, dia seusia kamu sudah beasiswa terus ranking 1 terus penurut lagi sama orangtua, disuruh ibunya ngapa-ngaapin mau. Lah, kamu kerjaan main terus? Apa yang mau dibanggain coba? Rangking aja tiga besar dari bawah.'."
"Gue berharap banget si Arsha pindah dari sini. Jadi, nggak guna juga dia di sini. Bikin kita diomelin terus sama ortu."
Arsha tak sanggup lagi mendengar itu. Jadi ini alasan kenapa ia disisihkan. Bahkan tak ada yang mau bermain dengannya. Padahal, ia tidak pernah menyombongkan dan memamerkan prestasinya.
Arsha tersenyum datar. Ia tidak sedih, hanya kecewa.
Langit berwarna kemerahan, matahari tampak akan tenggelam. Sepi, begitu juga hati Arsha. Sekarang orang-orang menjauhinya, bahkan mengharapkan kepergiannya. Kehadirannya dianggap sebagai kesialan untuk mereka.
Arsha mengembuskan napas. Andai saja ia tidak terlahir pintar, mungkin ia akan bunuh diri sekarang. Sayangnya ia pintar, hidupnya terlalu berharga untuk disia-siakan hanya karena tidak memiliki teman.
Arsha duduk di bawah pohon sawo dekat rumahnya. Ayahnya selalu berkata ketenangan hati bisa didapatkan dengan melihat alam.
"Kak Shaka!"
Arsha menunduk, menatap gadis kecil itu kesal. Kenapa anak itu selalu mengikutinya?
Yola yang dicuekin Arsha cemberut. Gadis itu tidak menyerah dan mencoba memanjat pohon. Ia ingin memperjuangkan cintanya. Baginya, Arsha adalah pangeran impiannya. Namun, baru beberapa menit Yola memanjat. Gadis itu terjatuh ke tanah dan menangis.
Arsha mendesah, ia ingin cuek saja.
"Sakit, Kak," rengek Yola.
"Siapa suruh naik!" balas Arsha jutek.
Yola mendesah, tangisnya semakin kencang mendengar jawaban Arsha. Padahal, ia ingin disayang bukan diomelin. Arsha panik, ia menatap sekeliling. Jangan sampai orang-orang berpikir macam-macam jika ia yang membuat Yola seperti ini.
"Naik!" Arsha menepuk punggungnya memberi kode kepada Yola agar naik ke atas panggungnya.
Yola yang awalnya menangis tersenyum senang. Ia juga tidak memedulikan rasa sakit di kakinya. Ia dengan antusias naik ke punggung Arsha bahkan memeluknya erat. Seakan tak ingin lepas. Kapan lagi coba bisa digendong tetangga cueknya?
"Lala jadi inget, dulu Ayah sering gendong Lala begini," gumam Lala menceritakan masa kecilnya.
"Makasih, ya, Kak. Lala sayang Kak Shaka. Jangan sedih lagi, ya, Kak, kalau kakak nggak punya temen. Kakak cukup inget Lala karena Lala akan selalu jadi temen hidup Kak Shaka."
Arsha terdiam sejenak. Dia hanya geleng-geleng kepala saja mendengar ucapan konyol Lala. Teman hidup? Teman hidup dari Hongkong!
Dasar anak kecil sukanya mengkhayal. Ia melanjutkan langkah kakinya membawa gadis itu pulang.
***
Sore itu di lapangan basket, Antariksa menghampiri Arsha yang sedang duduk menalikan sepatu. Antariksa melempar bola basket ke arah Arsha dengan sigap Arsha mengambilnya. Ia menaikkan alis menatap Antariksa bingung. Apa yang cowok itu inginkan darinya?
"Gue mau kita battle."
"Lo yakin?"
"Ya."
"Kalau lo mau jadi pacar Yola harus lawan gue dulu."
"Emang lo siapa ngatur-ngatur!"
"Gue sahabatnya." Meski sesak mengatakan itu namun Antariksa tetap mengatakannya. Ia tidak terima jika harus dikalahkan oleh Arsha paling tidak ia ingin melegakan hatinya atas penolakan Yola dengan cara bertanding.
"Oke." Mereka berdua Kembali ke lapangan. Hal itu menarik perhatian orang-orang. Mereka jadi penasaran apa yang dilakukan oleh kedua cowok tampan itu. Dan benar saja ternyata mereka sedang battle.
Suasana berubah jadi riuh. Penonton kembali bersorak-sorai. Mereka penasaran melihat Antariksa bertanding dengan Arsha. Ketua BEM Kampus melawan Ketua Basket. Siapakah yang akan menang? Arsha sendiri juga anak basket meskipun bukan Kapten basket. Tapi kemampuannya tidak bisa diremehkan.
Sedangkan Yola lari menuju lapangan untuk menghentikan keduanya. Semua itu karena pesan Antariksa yang mau mengajak Arsha duel.
Antariksa
Gue mau battle sama Arsha
Gue mau buktiin ke lo kalau gue lebih baik dari Arsha
Yola tidak ingin terjadi sesuatu yang buruk di antara mereka hanya kerena dirinya. Sumpah demi apa kenapa malah jadi begini. Sekarang ia merasakan seperti apa menjadi tokoh dalam novelnya sendiri. Ini benar-benar persis dengan salah satu adegan yang pernah ia tulis.
Yola menatap kedua cowok itu bergantian. Kesadarannya pulih seketika. Yola mengusap wajahnya pelan. Kenapa mereka berdua bertanding seenaknya? Bahkan menjadikannya bahan taruhan. Ia harus menghentikan ini. Dirinya bukan barang yang bisa diperebutkan.
Yola hendak melangkah menghampiri keduanya. Tapi Tunjung entah datang darimana malah menghadangnya. "Biarkan drama berjalan semestinya Bu Bos."
"Tapi—"
"Mending Bu bos duduk aja nonton Pak Bos tanding."
Yola menghembuskan napas kesal. Ia berakhir duduk di kursi penonton. Semoga saja tidak ada perkelahian. Yola berdoa penuh harap.
Mereka berdua berdiri di tengah lapangan. Antariksa men-dribble bola, Arsha mencoba memblokir Antariksa untuk menembus pertahanannya. Lalu Antariksa melompat mencoba keberuntungan mencetak skor dari jauh, tapi sial Arsha lebih lincah. Pria itu melompat lebih tinggi lagi menghalau bola bahkan mengambilnya. Arsha mendribble bola dengan cepat, gerakannya lincah bahkan tak mampu dikejar oleh Antariksa. Bahkan dengan mudah Arsha mampu memasukkan bola ke keranjang.
Orang-orang yang menonton bersorak senang ketika Arsha mampu memasukkan bola. Ada juga yang masih menyemangati Antariksa. Suasana di lapangan sangat panas di tambah terik matahari yang semakin membakar.
Arsha mendribble bola kembali, Antariksa mencoba memblokir dan merebut. Tapi sayang Arsha lebih cepat dan tepat sehingga bisa lolos. Selanjutnya skor tercetak lagi. Arsha tersenyum dalam hati. Sedangkan Antariksa tak terima. Ia kali ini mencoba menerobos pertahan Arsha dan akhirnya berhasil meski ia ketinggalan banyak angka.
"Nyerah aja,"
"Gue nggak bakal nyerah, mana ada cowok nyerah buat orang yang dia cinta." Perkataan Antariksa memancing emosi Arsha. Arsha yang biasanya tenang dan tak gampang terprovokasi, kini berbeda jika menyangkut Yola.
Yola dari jauh memperhatikan itu, ia tidak ingin terjadi keributan. Bisa dilihat Arsha yang seperti ingin menyerang Antariksa. Ini tidak boleh terjadi. Ia harus melakukan sesuatu. Yola berdiri tanpa sadar. Ia melangkahkan kakinya mendekat ke arah lapangan. Menghalau rasa malu Yola berlari.
BUG!!
Yola menyundul bola basket yang dipegang Arsha hingga keluar garis lapangan. Saking semangatnya menyundul Yola sampai terpental jatuh di lapangan. Yola mengaduh kesakitan ketika tubuhnya jatuh tengkurap di lapangan. Ketika ia mendongak semua mata tertuju padanya. Yola menelan ludah gugup.
Hening...
Pertandingan tiba-tiba berhenti.
Yola mengigit bibirnya, lalu melirik sekeliling sebentar. Bodoh! Kenapa ia malah menyundul bola seperti itu? Pakai acara jatuh di tengah lapangan segala lagi. Jujur rasanya sakit namun tidak seberapa dengan rasa malunya. Apalagi banyak pasang mata yang menatapnya. Yola merasa dejavu dua tahun yang lalu ia pernah jatuh di lapangan ya meski bukan di tengah lapangan tapi rasa malunya sama saja.
"Kamu baik-baik aja sayang?" tanya Arsha menghampiri Yola. Yola tidak menjawab itu. Ia sibuk menyembunyikan wajahnya.
Ketika Yola hendak berdiri, sialnya ia malah terjengkang karena terbelit kakinya sendiri. Untung dengan sigap Arsha menangkap tubuh Yola. Antariksa yang melihat itu cemburu. Ia selalu kalah cepat dengan Arsha. Yola bingung, sekarang apa yang harus ia lakukan? Rasanya ia ingin tenggelam saja. Lebih baik ia pura-pura pingsan saja. Kemudian Yola memegang kepalanya dan memejamkan matanya. Arsha jadi khawatir. Apa benturan tadi terlalu keras?
"Biar saya yang bawa Yola," setelah mengatakan itu Arsha pergi meninggalkan lapangan.
Penonton mendesah kecewa, karena pertandingan di berhentikan bukan hanya itu panggilan sayang yang dilontarkan Arsha tadi membuat hati mereka patah. Sedangkan Antariksa mengepalkan tangan menatap Arsha kesal. Seharusnya ia yang berada di posisi itu bukan Antariksa.
Arsha menggotong Yola ala bride style. Dari balik bulu matanya Yola diam-diam melihat situasi. Ia tersenyum lega sudah keluar dari lapangan. Pertandingan juga berhasil ia hentikan walau harus menanggung malu.
'Tuttt'
Tubuh Yola terasa kaku, karena tiba-tiba ia kentut. Parahnya lagi menimbulkan suara. Rasanya Yola ingin pingsan sungguhan sekarang. Ia berharap Arsha tidak menyadarinya. Namun mustahil, pasti Arsha sudah mendengarnya bahkan lebih parah mencium kentut.
"Saya baru tahu, orang pingsan bisa buang angin," gumam Arsha berusaha menahan diri untuk tidak tertawa.
Deg!
Rasanya Yola mau menyelam ke dasar samudra saja. Kenapa ia selalu memalukan diri di depan Arsha? Yang terpenting rencananya berhasil untuk menghentikan duel di antara mereka berdua.
"Maafin aku ya, Anta..."
***
GUYS KALAU KALIAN SUKA BAB INI BISA DI SS TRUS DIJADIKAN SG DAN TAG AKU YA ♥️♥️♥️
Follow RPnya
@awlala6
@vivi.andriana57
@tunjung24
@arshaka.lovers
@antariksaregal
***
Gimana part ini?
Ada yang mau disampaikan ke Arshaka?
Ada yang mau disampaikan ke Yolanda?
SPAM NEXT DISINI BIAR CEPET UPDATEEEE
Banyakin komen ya biar aku semangat updateeee
Jangan lupa follow @wgulla_ @wattpadgulla
Istri sahnya Song Jong Ki
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top