Bab 2
Love dulu buat part ini ♥️
Jangan lupa follow vote and Coment 💜
Komen disetiap part-nya.. tolong tag juga temen-temen kalian biar ikut bucin 🤣🤣
Follow juga Instagram aku @wgulla_ agar dapet info dari cerita ini
Arshaaa
****
Malam yang sunyi, tak lantas membuat Yola terlelap begitu saja di kasur. Ia masih sibuk menggerakan jemarinya di keyboard laptop untuk menulis cerita Wattpad. Padahal, jam di depan layar laptopnya sudah menunjukkan pukul sembilan malam.
Yola berada di dalam kos yang ditinggalinya sejak semester satu. Meski hanya berbentuk satu ruangan persegi, tapi ukurannya lumayan luas. Selain itu juga terdapat kasur, kamar mandi dalam, lemari, rak buku kecil yang berada di dinding, dan meja belajar dekat kasur. Sementara itu, dapur dan jemuran baju berada di luar.
Baru kali ini Yola frustrasi dalam menulis. Mungkin, ia sudah berekspetasi tinggi, tapi berbulan lamanya tak membuat pembacanya meningkat drastis. Ia baru menulis enam bab, tapi rasanya malas untuk melanjutkan karena komentar atau vote yang begitu minim di lapaknya.
Menulis di Wattpad ternyata tidak semudah yang Yola bayangkan. Meskipun tulisannya rapi, tapi belum tentu ada yang membacanya. Hanya beberapa orang yang mampir ke ceritanya. Karena bosan, dia memilih untuk berselancar untuk membaca beberapa cerita. Tiba-tiba sebuah pesan masuk di Wattpad-nya. Tertulis akun Prince Charming. Foto profilnya hanya menampakkan jas hitam dari depan. Karena penasaran, Yola membukanya.
Prince Charming
|Saya suka sama cerita kamu. Mau saya kasih masukan biar cerita kamu lebih menarik lagi?
Yola tertegun membacanya. Biasanya, orang yang suka mengiriminya pesan itu akan meneror update, tapi ini berbeda. Orang itu ingin membantu memperbaiki ceritanya. Benar-benar misterius. Yola membuka akun profilnya, dilihat belum ada cerita sama sekali. Aneh, kenapa orang itu menawarkan diri, dia saja tidak memiliki salah satu cerita apa pun.
Awlala
Makasih sudah suka cerita aku. Tapi, maaf sebelumnya, maksud kamu mau kasih masukkan gimana, ya?|
Kamu memang buat cerita juga kayak aku?|
Prince Charming
|Saya bukan penulis seperti kamu, tapi saya penikmat sastra. Saya suka mengomentari beberapa jenis karya sastra.
Yola penasaran dengan sosok akun ini. Lagi pula tidak ada salahnya memiliki teman diskusi, mengingat teman-temannya di kelas tidak ada satu pun yang bisa dimintai bantuan terkait cerita yang dibuatnya. Setiap kali ia meminta pendapat, pasti hanya dibilang bagus-bagus saja.
Awlala
Oke, aku juga lagi butuh temen diskusi.|
Ngomong-ngomong, nama kamu siapa? Prince charming beneran?|
Prince chaming
|Bukan, ini cuma nama samaran aja.
|Kamu bisa panggil aku Sha atau terserah kamu.
Yola tersenyum membaca pesan tersebut. Sudah ia duga, tidak mungkin bukan ada orang yang memiliki nama asli Prince Charming. Ia harap, ini menjadi langkah awalnya untuk bisa berkembang menjadi lebih baik lagi. Kalau tidak mencoba dan berjuang tidak akan pernah tahu hasilnya, bukan?
*
Dua tahun kemudian.
Hari ini, Yola sedang mengajukan judul untuk proposal tugas akhirnya. Entah takdir apa yang sedang berjalan di kehidupan Yola, ia harus bertemu lagi dengan Arshaka Xavier yang harus menggantikan Ketua Jurusan yang sering pergi dinas selama satu semester. Lagi dan lagi Arshaka selalu dipercaya untuk menjadi asisten oleh beberapa dosen karena kecerdasannya. Arshaka kali ini menjadi asisten dosen program vokasi jurusan Penerbitan sekaligus mahasiswa semester akhir S-1 Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di universitas tempatnya berkuliah.
Di dalam sebuah ruangan berukuran tiga kali empat, dipenuhi dengan tumpukan kertas dan beberapa piala kejuaraan basket yang berada di atas meja. Lemari yang berada di sisi kanan ruangan juga terlihat tak mampu menampung piala dan berbagai sertifikat yang didapatkan para anggota UKM Basket di kampusnya. Ia menatap sosok pria di depannya yang sibuk membaca kertas yang disondorkannya tadi. Kening pria itu berkerut, tangannya tak berhenti mengetuk-ngetuk bolpoin di meja. Semerbak aroma vanilla memenuhi indra penciumannya. Ia baru tahu ada pria yang suka vanilla. Yola berusaha untuk bersikap setenang mungkin.
Yola bosan, ia menatap ke arah samping kanan asdosnya. Ia baru sadar, ada sebuah cermin lumayan besar di sana kira-kira 20 sentimeter panjangnya. Untuk apa kaca di sana? Jangan bilang, hobi anggota basket dikampusnya itu bercermin. Pantas saja mereka semua selalu rapi ketika bermain basket apalagi Arsha—Yola langsung menggelengkan kepalanya reflek.
Kenapa harus Arshaka lagi yang gue pikirin, gumam Yola pada dirinya sendiri.
"Kenapa?" suara bariton Arshaka mengagetkan Yola yang langsung membuatnya menatap Arshaka sambil tersenyum kikuk.
"Gak apa-apa kok, Kak. Aku lagi lihatin piala-piala UKM basket. Ternyata banyak banget ya, aku baru pertama kali masuk ke ruang UKM basket," ujar Yola basa-basi pada Arshaka. Seperti biasa Arshaka mengacuhkan setiap ucapannya dan kembali fokus dengan kertas di tangannya. Melihat asdosnya yang mendiamkannya, Yola mencoba mencari topik pembicaraan lain agar ruangan ini tidak terasa mencekam.
"Kak Arsha, ini pasti piala olimpiade tahun lalu ya. Gila, keren banget deh anak basket bisa juara terus." Ucap Yola sambil berjalan menghampiri rak piala. "Pas Maharani Cup aku nonton Kak Arsha turnamen tau. Kak Arsha sama yang lain keren banget apalagi pas defense-nya rapih banget. Pasti latihannya gak main-main ya, Kak?"
"Iya," jawab Arshaka yang membuat Yola langsung membalikkan badannya kaget. Akhirnya satu kata keluar dari mulut Arshaka, ini sebuah kemajuan.
"Duduk, Yola." Perintah Arshaka yang langsung dituruti Yola.
Tiba-tiba suasana kembali menegang ketika Arshaka mulai meletakkan kertas proposalnya di atas meja. Hanya terdengar suara dentingan jarum jam. Yola mendesah, ia kembali menatap asdosnya pasrah. Ingin sekali ia berbicara lagi, tapi tidak berani karena orang dihadapannya ini terlihat tidak bersahabat.
Dalam lamunannya sebenarnya jantung Yola berdebar menanti pernyataan Arshaka. Ia berharap judul proposal tugas akhirnya segera diterima, kalau perlu ia mendapatkan dosen pembimbing yang menyenangkan. Jangan sampai ia mendapatkan dosen seperti Arshaka. Bisa mati gaya setiap bimbingan seperti sekarang.
"Yolanda Aufarina."
"Iya, Kak?" jawab Yola gugup.
"Hobi kamu halu, bukan?" tanya Arsha sambil melepas kacamatanya. Ia menautkan kedua jemari tangannya dan memangkunya di atas meja. Pria itu terlihat sangat tampan dengan mengenakan kemeja biru yang membalut tubuh tegapnya.
Dunia Yola seakan-akan berputar mendengar itu. Apa maksud dari asisten dosennya tersebut? Saat ini mereka sedang mendiskusikan proposal tugas akhir, bukan berbicara yang tidak penting.
"Maksud, Kak Arsha?" Tanpa sadar Yola meremas roknya gugup. Ia menggunakan outfit kemeja lilac yang dipadukan dengan rok kerutan cokelat. Tas selempangnya, ia pangku di atas paha.
"Kamu suka halu nulis cerita cinta tentang asisten dosen dan mahasiswa, kan?"
Mulut Yola ternganga mendengar itu. Apa yang baru saja Arshaka katakan? Dari mana pria ini tahu? Yola menelan ludah gugup. Apakah Arshaka membaca ceritanya di Wattpad? Yola semakin merinding memikirkan hal itu. Ia malu jika itu benar-benar terjadi. Apalagi, banyak sekali adegan dewasa yang ia tulis. Habislah harga dirinya.
"Sepertinya, Kak Arsha salah orang."
"Bagaimana bisa saya salah orang? Saya pembaca cerita kamu di Wattpad."
Yola mematung mendengar itu. Bagaimana bisa dosennya yang terkenal garang itu membaca Wattpad dan apa itu tadi ... pembaca di Wattpad-nya? Tubuh Yola semakin bergetar memikirkan hal itu. Rasanya, Yola ingin menenggelamkan diri ke dasar laut sekarang juga. Ia malu sekali.
"Kalau boleh tau kenapa Kak Arsha membahas cerita Wattpad?" Hanya itu yang bisa Yola tanyakan. Ia takut salah bicara yang mungkin saja akan membawanya jatuh ke dasar jurang.
"Kembangkan bakat halu kamu atau kamu mau apa yang kamu tulis jadi kenyataan?" Padahal, Arsha mengucapkan hal itu dengan datar, tapi bisa membuat Yola berdebar. Apa maksud dari Arsha mengatakan itu? Mewujudkan tulisannya menjadi nyata? Pipi Yola bersemu, mengingat apa yang ia tulis. Sebuah cerita tentang mahasiswa yang menikah dengan asisten dosennya.
"Kak Arsha bisa aja," balas Yola terkekeh malu. Jangan sampai ceritanya jadi kenyataan. Apalagi, kalau ia sampai mendapatkan asdos yang kejam sama seperti di ceritanya bisa gila.
"Aku nggak nyangka, Kak Arsha hobi baca Wattpad."
"Selain menjadi asisten dosen, keluarga saya memiliki penerbitan. Jadi, saya harus paham pasar agar buku-buku saya laku. Jadi, apa salah saya membaca cerita di Wattpad?" kelahnya, ia merapikan rambut bagian depannya ke belakang.
"Tidak, Kak." Kak Arsha selalu benar pokoknya, keluh Yola dalam hati.
"Judul yang kamu buat terlalu mudah. Anak SMA juga bisa kalau cuma menyunting naskah mekanis dengan berbekal PUEBI dan KBBI."
Terlalu mudah?
Yola berusaha untuk tidak berbicara, meski ia ingin sekali berkata, 'Mudah dari mana, Kak?'. Dijalanin aja belum. Baginya tidak ada judul proposal tugas akhir yang mudah. Kalau ada, pasti semua mahasiswa di Indonesia menyukai proposal tugas akhir. Mungkin otak Kak Arshaka itu yang terlalu pintar jika dibanding dirinya yang hanya pandai dalam ber-halu ria.
"Dan, editor juga kelihatannya bukan passion kamu ...."
Hah? Fashion?
Otak Yola berputar, salah mendengar dan berujung tidak mengerti apa maksud dari pembicaraan Arsha. Kemudian, otaknya berpikir mencari tahu apa kolerasi antara fashion dan tugas akhir. Lama-lama ia bisa gila berada di sini.
"Maksud Kak Arsha bagaimana, ya?" tanya Yola tidak mengerti.
"Kamu itu berbakat di dunia menulis. Seharusnya, kamu memilih keahlian yang sesuai dengan kemampuan kamu. Contohnya, kamu bisa ambil tema creative writing, tapi kamu malah ambil bidang editorial naskah."
Yola terdiam mendengar itu. Ia memang sengaja mengambil tema yang mudah dan ia pahami. Tapi, kenapa dosennya ini malah seolah-olah lebih mengenal dirinya daripada dirinya sendiri. Yola murung, apakah artinya ia harus mencari judul baru lagi. Mencari tiga judul saja kepalanya sudah pusing kenapa harus ditambah lagi. Sampai-sampai, ia tidak update Wattpad seminggu lebih hanya karena judul proposal tugas akhir.
Yola merasa keputusannya menulis cerita di Wattpad itu salah. Gara-gara hal itu, ia harus menderita. Bagaimana juga dosennya ini bisa baca Wattpad dan menjadi pengikutnya? Rasanya, Yola ingin menangis. Kenapa ini harus terjadi padanya? Malang sekali nasibnya.
"Berarti saya harus merubah tugas judul proposal serta tugas akhirnya ya, Kak?"
"Tentu saja," ujar Arsha sambil merapikan rambutnya ke belakang lagi. Yola speechless melihatnya, baru ia sadari jika Arsha suka sekali merapikan rambut. Padahal, rambutnya rapi.
"Baik, Kak."
Baru saja Yola ingin mengambil kertasnya yang hanya dicoret-coret Arsha. Pria itu menulis sesuatu di kertasnya, membuat Yola mengurungkan niatnya. Mau apalagi asisten dosennya yang tampan ini?
"Setelah dapat judul, datangi saya lagi."
"Iya, Kak."
"Ada satu lagi yang tertinggal."
"Eh, iya, Kak, gimana?"
"Kamu jadi mahasiswa bimbingan saya karena saya diamanahkan Pak Daru untuk menggantikannya."
Hah?
Bukannya dia belum dapat judul. Kenapa ia sudah dapat dosen pembimbing? Ini aneh! Kening Yola berkerut memikirkannya. Bahkan, rambut yang sudah ia ikat masih bisa membuatnya panas, padahal ruangan ini memiliki AC.
"Aku jadi anak bimbingan Kak Arsha?"
"Iya."
"Bagaimana bisa, Kak? Judul aku saja belum jadi." Yola berharap, jika ini hanyalah sebuah mimpi. Dari semua dosen yang yang ia hindari, Arshaka adalah daftar nomor satunya. Menurut cerita kakak tingkat, dosennya ini sulit memberikan acc. Kapan dia bisa lulus jika terjebak dengan dosen ini, sedangkan orang tuanya selalu mengoceh tentang pertanyaan kapan lulus.
"Kenapa tidak bisa? Saya lihat nama kamu sudah tertulis disini dan Pak Daru pemegang kuasa tertinggi di jurusan ini, jadi dia bisa kapan saja mengambil keputusan. Lagi pula, seharusnya kamu beruntung bisa menjadi mahasiswa bimbingan saya. Kapan lagi bisa dididik oleh asisten dosen jenius seperti saya?" Arsha dengan sombongnya mengatakan itu. Tatapan matanya tetap saja tajam hingga membuat Yola heran.
Yola hanya bisa meringis mendengar pernyataan Arsha. Bisakah ia menolak? Tapi, apalah daya, ia hanya seorang mahasiswa biasa, jika ia menolak Arshaka pasti segala urusannya akan dipersulit dan belum lagi harus berhadapan langsung dengan Pak Daru.
"Baik, Kak."
"Kalau begitu, sekarang kamu resmi jadi mahasiswa bimbingan saya Yolanda Aufarina." Sepertinya, Yola akan bertemu terus dengan Arsha hingga ia lulus. Inikah yang dinamakan masuk neraka? Acc judul saja sulit, bagaimana dengan yang lain. Sejak saat itulah Yola merasa hidupnya tidak akan lagi tenang.
Semoga saja ada keajaiban yang membantunya dalam mengerjakan tugas akhir. Dan, ia berharap asisten dosennya ini tidak mempermainkannya. Ia hanya ingin lulus bukan mewujudkan khayalan di dunia Wattpad yang ia tulis, yaitu menikah dengan asisten dosennya.
"Kak, kan, saya belum ada surat tugas pembimbing Pak Daru ataupun Kak Arsha biar datanya di-input di siakad sama akademik. Gimana, Kak? Saya mau bikin itu, tapi judul saya belum di acc."
"Kamu buatnya nanti, setelah dapat acc dari saya."
Yola mendengkus, bukannya ini sama saja statusnya seperti digantung. Ia tidak yakin judulnya diterima dengan mudah. Apa asisten dosennya ini memiliki dendam dengannya? Pikiran Yola pecah, ia tidak sanggup mengingat apa pun.
Yola bangkit dari kursi. Ia hendak mengambil kertas pengajuan judulnya yang sudah tidak terbentuk lagi. Padahal, ia berjuang keras untuk mencari judul-judul tersebut, sampai mengunduh puluhan jurnal. Tapi, tidak ada satu pun yang lolos. Saat dia ingin meraih kertas tersebut, tiba-tiba saja tas yang dipangkunya jatuh. Membuat seluruh isinya berceceran di lantai. Sial! Yola menunduk untuk mengambilnya, tapi sayang kepalanya malah terjedot di tepian meja. Yola meringis menahan rasa sakit. Ia berusaha tersenyum, seolah-olah tak terjadi apa-apa.
"Are you okay?" Arsha bangkit dari kursi.
Yola kira Arsha akan membantunya. Sialnya, pria itu malah menatap cermin sambil bersandar di lemari, lalu menyilangkan kedua kakinya yang dibalut celana putih panjang. Pria itu sibuk merapikan rambutnya. Yola tertekan, ingin rasanya mengumpat, tapi hanya bisa ia pendam. Ia masih menghargai status Arsha yang berada di atasnya.
"Ternyata, sifat ceroboh kamu tidak pernah berubah."
"Maksud, Kak Arsha?" tanya Yola kesal. Apa pria itu sedang menghinanya? Rasanya, ia seperti bom yang ingin meledak menahan semua ini dari tadi. Pasti kejadian Swallow kuning beberapa tahun kemarin.
"Bukan apa-apa," sahut Arsha.
"Kalau begitu saya pamit dulu, ya, Kak"
"Yola." Suaranya terdengar mendadak.
"Iya, Kak." Yola hampir saja sampai di pintu keluar, tapi langkahnya terhenti oleh panggilan Arsha.
"Jangan lupa update. Saya sudah seminggu menunggu lanjutan cerita kamu."
Tubuh Yola kaku mendengar itu. Rasanya ia akan gila. Yolanda ingin menghapus cerita di akun Wattpad-nya agar Arsha tidak dapat membacanya lagi. Ia benar-benar malu.
Ceritanya itu, adegan romantis yang kekanak-kanakan. Pasti Arsha akan memandangnya sebelah mata. Ia tidak bisa membayangkan ekspresi Arshasaka sedang membaca ceritanya. Pasti geli-geli muak gitu.
Mama, tolong Yola!
Kenapa malu sekali rasanya tadi? Pake acara kejedot segala.
****
Gimana part ini?
Sebelum Next Vote dulu ya ♥️
Lapak Wajib Bar-bar
SPAM ♥️
SPAM 🔥
SPAM "AKU SUKA ARSHAKA" Buat yg mau tau kelanjutannya
Jangan lupa follow Instagram mereka yaaa
Ada yang mau disampaikan ke Arshaka?
Ada yang mau disampaikan ke Yolanda?
Jangan lupa follow @wgulla_ @wattpadgulla
Salam
Gulla
Istri sahnya Lee min ho ♥️
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top