Bab 13
Love dulu buat part ini ♥️
Jangan lupa follow vote and Coment 💜
Beberapa peraturan baca cerita ini. Karena antusias kalian menentukan cerita ini lanjut atau enggak. Karena kalian tahu aku suka bgt unpublish cerita hahah disaat merasa kurang.
1. Komen disetiap part-nya dan tekan bintang/vote..
2. Follow wattpad aku biar kalian ngk kaget kalau ada bagian yg tiba-tiba hilang.
3. tolong tag juga temen-temen kalian biar ikut bucin
4. Jangan Hate Komentar ya 💜😉
5. Semakin dikit yang komen dan vote semakin lama aku update.
Sebelumnya aku mau ucapin terimakasih atas dukungan kalian
***
Yola menarik napas sebentar, ia melakukan sedikit pemanasan untuk meregangkan badan sebentar. Pagi ini, dia ada janji pukul tujuh untuk makan bubur ayam lagi bersama Antariksa. Ketika Yola berniat mengayuh sepedanya ke jalan. Mobil yang sama seperti yang dikendarai Arsha kemarin berhenti di depannya. Ada apa ini?
"Kak Arsha," sapa Yola, melihat sosok pria berkemeja biru bergaris berdiri di dekat mobil. Arsha tampak habis menelepon seseorang.
"Mobil Kakak mogok?" Dalam hati, Yola mengutuk dirinya yang ingin tahu urusan Arsha. Seharusnya, tadi ia pura-pura tidak melihat saja, bukan turun menghampiri cowok itu. Bodoh! Yola merutuki dirinya sendiri.
"Iya."
"Mau aku bantu cari bengkel?"
Yola hanya sekadar basa-basi.
"Tidak usah, tadi saya sudah menghubungi bengkel."
"Oh, begitu, Kak. Kalau begitu, aku duluan, ya, Kak."
"Tunggu!" Arsha menghentikan Yola yang akan pergi meninggalkannya.
"Kenapa, Kak?"
"Bisa antar saya ke kampus?"
Jangan bilang Arsha mau minta diboncengin. Jantung Yola berdebar, ia jadi mengingat peristiwa ketika Arsha memboncengnya ke kampus. Yang benar saja?
"Tapi, aku ada janji sama temen aku, Kak. Mau sarapan bareng," tolak Yola halus.
"Kalau begitu saya ikut. Saya juga belum sarapan." Arsha penasaran dengan teman yang Yola maksud.
"Tapi, Kak—"
"Kamu berani nolak saya?"
Yola tersenyum kecil mendengar ancaman Arsha. Sudah pasti nggak akan berani nolak, bahkan kalau dilamar Kakak. Pikiran Yola tiba-tiba melantur ke mana-mana. Ini mungkin efek karena terlalu sering mendengar bahasa ambigu Arsha.
Arsha menaruh tas gendongnya di keranjang, lalu duduk di kursi belakang Yola dengan elegan. Yola terdiam, ia kira Arsha yang akan memboncengnya. Tapi ini malah sebaliknya. Yola menarik napas sabar. Kenapa, ia bisa suka dengan makhluk menyebalkan ini?
Napas Yola tersenggal, belum beberapa meter sepeda melaju ia menyerah dan hampir saja jatuh. Kalau Arsha tidak menopangnya. Kedua tangan pria itu tiba-tiba menjulur ke depan memegang stang sepedanya.
"Sepertinya, kamu harus banyak makan setelah ini. Biar saya yang bawa."
Tubuh Arsha begitu dekat, bahkan menempel dengan punggungnya. Pria itu mengambil alih mengayuh sepeda dengan posisi yang membuat jantung Yola seperti beradu adrenalin.
"Kak, kayaknya lebih enak kalau Kakak yang di depan. Aku yang di belakang." Yola tidak kuasa menahan ke-uwu-an ini.
"Kenapa bukannya lebih enak begini?"
Rasanya Yola ingin menggulingkan Arsha saat ini juga. Enak dari mana coba. Badannya seperti dipeluk pria ini dari belakang. Kenapa juga tangan Arsha begitu panjang hingga bisa memegang stang. Bukan hanya itu, tangannya juga ikut berada dalam genggaman cowok itu.
"Pegal, Kak." Yola mencari jawaban paling masuk akal karena dosennya ini susah diakali.
"Oke."
Mereka berganti posisi. Yola bernapas lega. Ia tidak sanggup jika berada di posisi yang tadi. Bisa-bisa jantungnya copot seketika. Bahkan, untuk bernapas saja ia tidak sanggup.
"Di mana tempat kalian janjian?"
"Itu, Kak, bubur ayam dekat kampus."
Kening Arsha berkerut, mendengar kata bubur ayam. Ia jadi teringat kemarin Yola mengatakan jika ia makan bubur ayam dengan Antariksa. Jangan bilang mereka janjian lagi.
Arsha melajukan sepeda milik Yola ketempat bubur ayam yang disebutkan gadis itu. Ada sedikit rasa gelisah di hatinya memikirkan jika Antariksa yang akan menemui Yola. Keningnya berkerut memikirkan beberapa rencana yang harus ia lakukan nanti.
"KAK, ITU TEMPATNYA!" Teriakan Yola memudarkan lamunan Arsha. Pria itu langsung berbelok ke warung tenda yang Yola maksud.
Arsha memarkirkan sepeda gadis itu di depan warung tenda. Lalu, ia merapikan bagian depan rambutnya.
"Kakak beneran mau makan di sini?" Yola tidak yakin orang seperti Arsha bisa makan di tempat kecil seperti ini.
"Kenapa kamu berkata seperti itu?" Penampilan Arsha yang sungguh mewah dan elegan tidak cocok jika harus makan di warung tenda pinggir jalan.
"Nggak kenapa-kenapa, kok, Kak."
"Ayo, kita masuk."
Tiba-tiba Arsha menggenggam tangan Yola. Hal itu membuat gadis itu terkejut. Bahkan belum sempat menghindar, pria itu dengan arogannya menariknya ke tempat bubur ayam. Bagaimana ini jika Antariksa melihat? Bisa mampus dirinya. Pasti Antariksa akan berpikiran macam-macam. Yola bernapas lega, ketika Antariksa belum datang. Ia bersyukur. Warung bubur juga ini masih sepi. Hanya ada tukang penjualnya saja.
"Duduk sini aja, ya, Pak." Yola duduk saling berhadapan dengan Arsha.
Yola sempat mengecek ponselnya. Ternyata Antariksa baru menuju ke tempat ini. Andai saja Antariksa datang duluan, pasti pria itu akan berpikiran negatif padanya.
"Mana teman kamu? Katanya, mau makan bareng?"
"Masih di jalan, Pak."
Arsha meringis sial! Rencananya hancur sudah. Padahal, ia ingin membuat Antariksa terkejut. Ketika melihat dirinya datang bersama Yola sambil gandengan. Ternyata targetnya malah belum datang.
*
Antariksa menyalakan mesin motornya. Ia bangun kesiangan, padahal ia sudah membuat janji pada Yola sedangkan gadis itu sudah tiba duluan. Awalnya, Antariksa ingin berangkat bersama namun Yola tidak mau karena cewek itu sekalian mau olahraga pagi.
Antariksa menjalankan motornya menuju tempat bubur ayam. Ia tidak sabar menghabiskan waktu berdua dengan Yola. Sepeda Yola sudah lebih dahulu terparkir. Tanpa sadar Antariksa tersenyum. Ia menatap kaca sebentar merapikan rambut lalu masuk ke dalam warung tenda tersebut.
Ketika masuk, Antariksa terkejut mendapati Arsha. Mahasiswa paling popular di kampusnya kenapa bisa berada di sini? Lebih anehnya lagi, bisa duduk bersama Yola. Antariksa langsung mengambil posisi duduk di sebelah Yola.
"Hai, Yola."
"Pagi, Kak Arsha." Arsha hanya tersenyum kecil menjawab sapaan Antariksa.
"Belum pesan?" tanya Antariksa melihat hanya ada teh hangat dan beberapa gorengan.
"Iya, nungguin kamu."
Antariksa jadi tak enak hati, ditambah lagi ada Arsha.
"Kamu pesen aja yang kamu mau, nanti aku traktir—"
"Biar saya saja yang bayar." Arsha memotong ucapan Antariksa.
Baik Antariksa maupun Yola hanya bisa mengangguk. Mana berani mereka menolak titah sang Arsha. Pandangan Arsha tak lepas dari kedua manusia di depannya. Tangannya terkepal kuat. Bahkan, di saat bubur pesanan datang. Ia merasa aneh melihat Antariksa yang memberikan perhatian kecil pada Yola. Mulai dari mengambilkan sate usus, menuangkan sambal, bahkan mengambilkan sendok dan kecap. Mereka terlihat seperti sepasang suami istri. Arsha tidak terima hanya dia yang boleh seperti itu.
"Kakak nggak makan?" tanya Yola membuyarkan lamunan Arsha.
"Ambilkan saya sendok dan garpu." Bukannya menjawab pertanyaan Yola malah memerintah gadis itu. Yola menurut walau ia merasa aneh makan bubur menggunakan garpu.
Antariksa menatap keduanya penasaran. Sebenarnya, apa yang terjadi antara Arsha dan Yola.
"Ini, Kak."
"Sekalian kamu lap dengan tisu."
Yola mendesah, mau tidak mau ia menurut. Lama-lama ia akan jadi babunya kalau begini. Padahal, ia lebih suka jadi istrinya Arsha. Yola menggeleng, menghapus pemikiran itu.
"Kak Arsha suka makan bubur di sini juga?" Antariksa berusaha untuk berbaur dengan Arsha.
"Ini kali pertama."
"Saya kira Kakak langganan di sini. Kakak ke sini sendiri?" Antariksa penasaran bagaimana caranya pria itu berada di sini. Jadi, ia berusaha memancingnya.
"Saya bersama Dek Yola ke sini."
Yola yang baru saja akan makan, langsung terkejut karena panggilan Arsha. Untung dia tidak tersedak. Sialan! Kenapa harus panggil 'dek' di saat-saat seperti ini? Lebih parahnya lagi di depan Antariksa. Ia tidak mengerti jalan pikiran Arsha. Antariksa sontak menatapnya penasaran.
"Tadi mobil Kak Arsha mogok di jalan, terus Kak Arsha nebeng aku buat ke kampus. Sekalian makan di sini," jawab Yola sekenanya. Jantungnya berdebar dua kali lipat. Ia seperti diinterogasi. Kedua cowok itu malah menatapnya tajam, seakan-akan ia telah melakukan tindak kejahatan. Yola bersumpah untuk tidak berada satu tempat dengan kedua cowok ini lagi.
"Oh, begitu." Antariksa lega, berbanding terbalik dengan Arsha seperti ingin jungkir balik. Andai saja toko ini miliknya, sudah dipastikan ia akan membalik dan menendang meja makan.
"Kak Arsha nanti ke kampus bareng saya aja." Antariksa menawarkan diri.
"Saya sama Dek Yola. Kami mau membicarakan perihal novel," kata Arsha dengan tegas menolak.
*
Yola gelisah ketika Arsha memboncengnya menuju kampus. Ia duduk menyamping. Banyak sekali yang memperhatikan mereka, pasti setelah ini akan penuh fotonya dengan Arsha di grup chat. Para netizen pasti akan membuat gosip miring dan mengira ia memiliki hubungan istimewa dengan dosennya ini.
Yola berusaha menutupi wajahnya dengan rambut panjangnya. Ia malu sekali, semoga saja tidak ada teman sekelasnya. Pasti ia akan disoraki lagi seperti kemarin. Dalam hati, ia mengutuk Arsha yang menolak ajakan Antariksa. Andai saja Arsha mengiakan, ia bisa tidur dengan santai di indekos. Kenapa Arsha bersikap seperti seorang tuan dan menganggapnya seperti babu yang diperintah ke mana-mana? Anehnya, ia menyukai pria egois ini.
Arsha menghentikan laju sepedanya di depan gedung fakultas. Yola tersenyum kaku, melihat orang-orang yang menatap mereka penasaran. Ingin rasanya ia mengutuk Arsha yang dengan polosnya berhenti di sini. Kenapa tidak di parkiran saja? Kenapa harus di depan keramaian?
"Terima kasih."
"Sama-sama, Kak."
"Kamu boleh pulang," perintah Arsha membuat Yola terkejut. Bukannya, pria itu tadi menyuruhnya bimbingan. Kalau tahu begitu kenapa tadi tidak bareng Antariksa saja. Kalau begini, kan, repot sudah pasti ia akan jadi bahan bully-an lagi di dunia maya.
"Nggak jadi ngobrolin naskah, Kak?"
"Nanti jam sebelas bisa?"
Yola mendesah, tandanya ia harus bolak-balik ke kampus. Mengingat sekarang masih pukul sembilan kurang. Kenapa dosennya ini ribet sekali? Kenapa tidak sekarang saja? Dasar Arshakampret!
"Bisa, Kak. Nanti jam sebelas saya ke sini lagi. Kalau begitu saya pamit pulang dulu, Kak," ujar Yola yang ingin segera pulang.
"Yola," panggil Arsha.
"Iya, Kak."
"Hati-hati."
"Apa Kak?" Tadi Yola tak fokus Ketika melihat Vivi melambaikan tangan ke arahnya. Teman kosnya itu sedang meledeknya dari jauh.
Arsha menghembuskan napas kesal, karena diabaikan. Padahal ia sudah mulai berusaha untuk lebih perhatian.
"Rajin belajar, jangan baca Wattpad terus. Biar pinter." Arsha pergi meninggalkan Yola yang terpaku. Yola cengo sejadi-jadinya. Rasanya, ingin melempar sendal yang ia kenakan ke kepala Arsha. Sial! Padahal, Arsha kan juga suka baca Wattpad-nya. Awas saja ia tidak akan update cerita lagi selama satu bulan!
Dasar Arshakampret!
Dari kejauhan tanpa mereka sadari. Xena berdiri mengamati interaksi keduanya.
****
Follow RPnya
Gimana part ini?
Ada yang mau disampaikan ke Arshaka?
Ada yang mau disampaikan ke Yolanda?
SPAM NEXT DISINI BIAR CEPET UPDATEEEE
Jangan lupa follow @wgulla_ @wattpadgulla
Salam
Gulla
Istri sahnya Lee min ho ♥️
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top