Bab 26
Afiqah terdiam ketika Arsena membawanya ke sebuah restaurant mewah. Mereka pulang dari kampus langsung ke tempat ini. Arsena masih menggunakan seragam polisi dan dirinya kemeja biru dan rok putih panjang bekas ia di kampus. Bahkan mereka belum mandi.
"Mas ngapain ke sini?" tanya Afiqah.
"Ngajak kamu privat dinner."
"Astaga Mas, aturan mandi dulu ganti baju yang bagus." Afiqah menggelengkan kepala dengan tingkah Arsena yang aneh itu. Ada-ada saja tingkahnya.
"Gak apa-apa. Gini aja udah bagus. Lagian kamu masih keliatan cantik." Pujian dari Arsena membuat Afiqah tersipu malu. Ia merangkul suaminya dengan manja.
Mereka berjalan masuk ke dalam ruanngan yang telah direservasi Arsena. Mereka disambut oleh pelayan yang menatap mereka ramah.
"Bisa aja kamu, Mas."
"Fakta kok istri aku yang satu ini cantik sekali."
"Cantik gini kemarin-kemarin aja dicuekin."
"Beda kasus sayang."
Lalu terlihat meja makan yang telah dihias dengan mewah. Ada rangkaian bunga dan lilin serta beberapa hiasan lainnya. Arsena menarik kursi untuk Afiqah duduk. Hal itu membuat Afiqah tersipu malu. Bukannya suaminya ingin mengatakan perihal kenapa marah, tapi kenapa malah membawanya Dinner seperti ini.
"Mencurigakan tiba-tiba ajak aku dinner, katanya mau ngomongin soal kenapa kamu marah sama aku, Mas."
"Sekalian makan di sini."
"Aneh aja Mas."
"Kayaknya aku jarang bawa kamu privat dinner ya, sampai kamu ngira hal ini aneh. Kalau begitu nanti aku biasakan seminggu sekali buat privat dinner." mendengar perkataan Arsena membuat Afiqah takjub. Ia tak menyangka kalau Arsena suaminya itu memiliki pemikiran seperti itu.
"Boros Mas mending uangnya ditabung," ucap Afiqah.
"Gak masalah, uang Mas tidak akan habis hanya untuk membahagiakan kamu." Afiqah rasanya tidak kuat lagi, kalau Arsena sudah menggombal seperti ini. Ia hanya bisa senyum-senyum karena salah tingkah.
Tak lama kemudian muncul dua orang pelayan menghidangkan makanan di meja. Lalu tak disangka ada sebucket bunga mawar yang diberikan padanya. Hal itu membuat Afiqah terkejut.
"From your husband," ujar pelayan itu agar Afiqah tidak kebingungan.
Afiqah menatap tidak percaya pada Arsena. Suaminya itu secara tak terduga menyiapkan banyak sekali kejutan. Bahkan bunga yang berada di tangannya. Berapa lama Arsena menyiapkan hal ini.
"Kenapa melihatku dengan tatapan seperti itu? Kamu tidak suka sama kejutan yang saya siapkan?"
"Suka kok. Aku cuma kaget aja, Mas."
"Makan dulu sayang atau mau Mas fotoin dulu. Kamu biasanya kan suka foto?"
"Tau aja suami aku kalau masalah begini."
"Sini hp-nya, biar aku fotoin."
Kemudian Afiqah menyerahkan ponselnya pada Arsena. Ia berpose sambil memeluk bunga yang diberikan Arsena. Arsena dengan sabar mengambil gambar sang istri meski harus berkali-kali.
"Foto berdua Mas, minta fotoin pelayannya."
Arsena menuruti perkataan Afiqah. Ia memanggil karyawan tersebut lalu meminta untuk memfoto mereka berdua. Untung saja Afiqah tidak banyak mau untuk mengulang foto mereka.
"Udahkan, fotonya? Sekarang makan dulu." Arsena sudah lapar. Bahkan perutnya mulai berbunyi karena kelaparan. Afiqah terkikik karena mendengar suara perut Arsena. Sepertinya suaminya rela menahan lapar demi berfoto dengannya.
"Ayo makan, Mas. Aku juga udah laper."
Steak yang tersaji di pirang, Arsena potong-potong terlebih dahulu. Ia juga memotong steak milik Afiqah. Ia menggelengkan kepala melihat istrinya yang sibuk bermain ponsel. Pasti Afiqah sedang mengupload foto tadi di media sosial.
"Pasti lagi upload foto?"
"Hehehe, maaf Mas. Namanya juga anak muda."
Lalu Afiqah meletakkan ponselnya di meja. Ia terpana melihat steak di piringnya sudah di potong oleh Arsena. Ia tak menyadari hal itu, karena ia sibuk mengupload foto di sosmed.
"Makasih Mas."
"Sama-sama sayang, dimakan harus habis."
"Pasti dong."
"Kamu beneran mau tau kenapa saya tiga hari mendiamkan kamu?"
"Iya, Afi pengen tahu. Apa Afi buat salah sama Mas?"
"Mas akan kasih tau, tapi kamu harus jawab jujur apapun yang mas tanyakan. Jangan disembunyikan dan berbohong sama Mas."
Obrolan mereka menjadi serius. Hal itu membuat Afiqah menghentikan makannya. Ia rasa ada hal penting yang mau disampaikan oleh Arsena. Ia jadi merasa was-was tentang apa yang akan Arsena katakan.
"Iya, Mas."
"Andreas kuliah di kampus kamu kan?" mendengar pertanyaan itu membuat tubuh Afiqah bergetar. Ia jadi tahu ternyata Arsena mendiamkannya karena Andreas. Pantas saja Arsena terlihat cuek padanya waktu itu. Afiqah menghembus napas, ia meremas roknya gugup. Ia tidak tahu lagi mau berkata apa. Padahal ia menutupi hal ini, agar Arsena tidak berpikiran buruk. Ternyata hal ini malah menjadi bumerang untuknya.
"Gak usah ditutupin, kamu taukan suamimu ini polisi, jadi jujur aja." Arsena tertawa dalam hati. Sudah dipastika Afiqah pasti ketakutan. Siapa suruh berbohong padanya. Jujur ia tak tega agak keras pada Afiqah. Namun ia tidak bisa membuat Afiqah terus bersifat kekanakan.
Afiqah merasa bodoh. Kenapa ia melupakan fakta satu itu? Arsena polisi, pasti mudah baginya mencari tahu informasi tentang Andreas. Bodoh sekali kamu Afiqah!!! Kenapa bsia-bisanya kamu berbohong di hadapan seorang polisi?
"Iya, Mas. Maafin afi ya bohong sama Mas waktu itu. Aku bohong karena takut Mas marah. Tapi aku bersumpah gak pernah selingkuh sama Andreas. Setiap dia deketin aku, aku pasti menghindar. Aku sama sekali udah gak cinta sama Andreas. Bagi aku dia cuma masa lalu dan udah selesai dan gaka bakal ada lagi di kehidupan aku sekarang. Karena aku gak mau kehilangan keluarga kecil aku." Afiqah berusaha meyakinkan suaminya. Ia tidak punya niat buruk untuk selingkuh.
"Iya sayang, aku percaya kok sama kamu. Lain kali jangan bohong, ingat suami kamu polisi susah buat kamu nutupin sesuatu apalagi kalau bohong, aku bisa nebak hanya dengan liat ekspresi kamu."
Afiqah hanya nyengir mendengar itu.
"Maafin Afi, Mas. Afi janji gak akan ulangin lagi."
"Pokoknya sekarang kamu harus jujur sama aku, kamu tahu sendirikan semarah-marahnya aku. Apa aku pernah main tangan? Berkata kasar? Ngerendahin kamu? Gak kan? Paling aku cuma diam."
"Tapi diamnya mas menyeramkan. Ternyata bener quote kalau marah yang paling serem itu ketika didiamkan."
"Hahahaha, ternyata seseram itu aku kalau marah. Aku cuma pengen kamu tau letak salah kamu, tapi kamu malah godain Mas. Bikin Mas lupa kalau lagi marah sama kamu. Siapa yang ajarin?" Arsena penasaran siapa yang mengajari Afiqah untuk menggoda dirinya.
"Tania."
"Pantes aja Mas kira itu ide kamu."
"Bukanlah Mas. Habis aku gak tahan Mas diemin. Aku sampai sedih, bahkan nangis. Ngerasa kalau Mas bakal ninggalin aku dan udah gak sayang sama aku."
Melihat Afiqah yang sedih. Arsena menghampiri wanita itu, lalu memeluknya dan mengelus kepalanya. "Mas gak akan ninggalin kamu sayang. Mas cuma minta kamu buat jujur. Karena jujur itu penting buat rumah tangga kita agar selalu utuh. Mas akan selalu ada buat kamu, dan mencintai kamu."
****
Mau lanjut?
Spam next di sini!!!
50 komen baru lanjut
Love you
Gulla
. Istrinya Jeno.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top